Selasa, 30 Maret 2010

Sepat rawa, (Trichogaster trichopterus)


teman-teman semua tau kan ikan sepat rawa......
tubuh nya yang mungil bikin gemesin,,,,

baiklah,,
disini kita akan membahas tentang ikan sepat siam dari berbagai informasi,,,,

Sepat rawa, Trichogaster trichopterus, atau sering disebut sepat (biasa) adalah sejenis ikan anggota suku gurami (Osphronemidae). Seperti kerabatnya yang bertubuh lebih besar, sepat siam (T. pectoralis), ikan ini merupakan ikan konsumsi yang disukai orang, meski umumnya hanya bernilai lokal. Namun di samping itu terdapat pula varian-varian hiasnya yang berwarna menarik, yang populer sebagai ikan akuarium.

Ikan ini banyak dikenal dengan nama-nama lokal seperti sepat sawah, sepat jawa, sepat biru, sepat ronggeng (Mly.), sapek (Min.) dan lain-lain. Dalam perdagangan ikan hias, bergantung pada varietasnya, ikan ini dikenal dengan nama-nama (Ingg.) seperti Three spot gourami, Blue gourami, Cosby gourami, Gold gourami, Golden gourami, serta Opaline gourami[.
kan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25cm; namun umumnya kurang dari 20 cmLebar pipih, dengan mulut agak meruncing.

Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari-jari keras atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX-XI, 36–38.

Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor


Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air. Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah.

Sebagian besar makanan sepat siam adalah tumbuh-tumbuhan air dan lumut. Namun ikan ini juga mau memangsa hewan-hewan kecil di air, termasuk ikan-ikan kecil yang dapat termuat di mulutnya. Ikan ini sering ditemui di tempat-tempat yang kelindungan oleh vegetasi atau sampah-sampah yang menyangkut di tepi air.

Ikan sepat siam menyimpan telur-telurnya dalam sebuah sarang busa yang dijagai oleh si jantan. Setelah menetas, anak-anak sepat diasuh oleh bapaknya itu hingga dapat mencari makanan sendiri.

Sebagaimana kerabat dekatnya yakni tambakan, gurami, betok dan cupang, sepat siam tergolong ke dalam anak bangsa Anabantoidei. Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain.Akan tetapi, tak seperti ikan-ikan yang mempunyai kemampuan serupa (lihat misalnya ikan gabus, betok, atau lele), ikan sepat tak mampu bertahan lama di luar air. Ikan ini justru dikenal amat mudah mabuk dan lekas mati jika ditangkap.

Penyebaran asli ikan ini adalah di wilayah Asia Tenggara, terutama di lembah Sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam; juga dari lembah Sungai Chao Phraya. Ikan ini diintroduksi ke Filipina, Malaysia, Indonesia, Singapura, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Kaledonia Baru.. Sepat siam dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1934, untuk dikembangkan pembudidayaannya di kolam-kolam dan sawah[3]. Tahun 1937, sepat ini dimasukkan ke Danau Tempe di Sulawesi dan sedemikian berhasil, sehingga dua tahun kemudian ikan ini mendominasi 70% hasil ikan Danau Tempe. Saat ini sepat siam telah meliar dan berbiak di berbagai tempat di alam bebas, termasuk di Jawa.

ini dia klasifikasinya:

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Osphronemidae
Genus: Trichogaster
Spesies: T. trichopterus

carangidae versi bahasa inggris

Carangidae adalah keluarga ikan yang meliputi jack, pompanos , mackerels jack , dan scads.

They are marine fish found in the Atlantic , Indian and Pacific Oceans . Mereka adalah ikan laut ditemukan di Atlantik , Indian dan Pasifik Samudra . Most species are fast-swimming predatory fishes that hunt in the waters above reefs and in the open sea; some dig in the sea floor for invertebrates. spesies Kebanyakan cepat-berenang ikan predator perburuan di perairan atas terumbu dan di laut terbuka; beberapa menggali di lantai laut untuk invertebrata.

The largest fish in the family, the giant trevally , Caranx ignobilis , grows up to 1.7 m in length; most fish in the family reach a maximum length of 25–100 cm. Ikan terbesar di keluarga, selar raksasa , ignobilis Caranx, tumbuh menjadi 1,7 m panjang; ikan paling dalam keluarga mencapai panjang maksimum 25-100 cm.

The family contains many important commercial and game fish, notably the Pacific jack mackerel , Trachurus symmetricus , and the other jack mackerels in the genus Trachurus . Keluarga berisi komersial penting banyak dan permainan ikan, terutama makarel jack Pasifik , symmetricus Trachurus, dan mackerels jack lainnya dalam genus Trachurus .

Many genera have fairly extensive fossil records, particularly Caranx and Seriola , which extend into the early Paleogene (late Thanetian ), and are known from whole and incomplete specimens, skeletal fragments, and otoliths . genera Banyak fosil catatan ekstensif cukup, khususnya Caranx dan Seriola, yang memperpanjang ke awal Paleogen (terlambat Thanetian ), dan dikenal dari seluruh dan tidak lengkap spesimen, fragmen skeletal, dan otoliths . There are several extinct genera, including Archaeus , Pseudovomer , and Eastmanalepes . Ada beberapa punah genera, termasuk Archaeus , Pseudovomer , dan Eastmanalepes .

ikan teri

pasti semua udah tau tentang ikan teri kan????
mmmm,,
enak kalau digoreng cabe,,,
anak kos2an biasanya paling sering masak ikan teri ini,,,,,
ikan teri atau ikan bilis adalah sekelompok ikan laut kecil anggota keluarga Engraulidae. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh perak kehijauan atau kebiruan.

Walaupun anggota Engraulidaei ada yang memiliki panjang maksimum 23 cm, nama ikan teri biasanya diberikan bagi ikan dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul dengan gigi yang kecil dan tajam pada kedua-dua rahangnya. Mangsa utama ikan teri ialah plankton.
Baiklah,,,
ini klasifikasi ikan teri:


Kerajaan: Hewan
Filum: Kordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Clupeiformes
Famili: Engraulidae

Selain itu teman-teman teri mencegah dari OSTEOPOROSIS
Mengonsumsi ikan sejak anak-anak bukan hanya membuat otak menjadi lebih cerdas dan tubuh menjadi lebih sehat. Menurut berbagai kajian, ikan juga mampu mencegah timbulnya beragam penyakit.

Salah satunya yang dianjurkan adalah mengonsumsi ikan teri, sayur-sayuran, dan buah-buahan setiap hari untuk mencegah keropos tulang (osteoporosis) di masa tua. Hal itu diungkapkan Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi beberapa waktu lalu.

"Saat ini rata-rata penduduk Indonesia hanya mengonsumsi 254 mg kalsium per hari, padahal kebutuhan kalsium 1.000 mg per hari per orang untuk memperkuat tulang," katanya. Oleh karena itu, harus memperbanyak makanan yang banyak mengandung kalsium seperti halnya ikan teri.

Sebuah kajian lain mengungkapkan bahwa penguatan tulang bisa dilakukan dengan berolahrarga secara teratur. Gerak olah fisik secara rutin akan melatih tulang sehingga memiliki respons yang baik terhadap beban yang dipikulnya.

Selain menganjurkan makan ikan teri, Menkes juga mengatakan bahwa kurangnya kalsium dalam tubuh bisa disebabkan oleh konsumsi rokok dan alkohol. Jadi kalau tidak ingin keropos di hari tua, sebaiknya hindari rokok dan alkohol. (L-11)

Sumber : http:/www.suarapembaruan.com

masyarakat madani

Masyarakat Madani
Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak masa Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada abad pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda, civil society mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa ke masa. Di zaman pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh para filsuf dan tokoh-tokoh ilmu-ilmu sosial seperti Locke, Hobbes, Ferguson, Rousseau, Hegel, Tocquiville, Gramsci, Hebermas.Dahrendorf, Gellner dan di Indonesia dibahas oleh Arief Budiman, M.Amien Rais, Fransz, Magnis Suseso, Ryaas Rasyid, AS. Hikam, Mansour Fakih.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan indifidu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan .
Peradaban adalah istilah Indonesia sebagai terjemahan dari civilization. Asal katanya adalah a-dlb yang artinya adalah kehalusan?(refinement), pembawaan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun, tata-susila, kemanusiaan atau kesasteraan. Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih.
Secara harfiah, civil society itu sendiri adalah terjemahan dari istilah Latin, civilis societas, mula-mula dipakai oleh CICERO (106-43 S.M), -- seorang orator dan pujangga Roma --, yang pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik (political society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup. Adanya hukum yang mengatur pergaulan antar individu menandai keberadaban suatu jenis masyarakat tersendiri. Masyarakat seperti itu, di zaman dahulu adalah masyarakat yang tinggal di kota. Dalam kehidupan kota penghuninyatelah menundukkan hidupnya di bawah satu dan lain bentuk hukum sipil (civil law) sebagai dasar dan yang mengatur kehidupan bersama. Bahkan bisa pula dikatakan bahwa proses pembentukan masyarakat sipil itulah yang sesungguhnya membentuk masyarakat kota.
Rahardjo (1997: 17-24) menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, civil society. Istilah civil society sudah ada sejak Sebelum Masehi. Orang yang pertama kali mencetuskan istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani Kuno. Civil society menurut Cicero ialah suatu komunitas politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat kota yang memiliki kode hukum sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan) dan urbanity (budaya kota), maka kota difahami bukan hanya sekedar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan
Di zaman modern, istilah itu diambil dan dihidupkan lagi oleh John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778) untuk mengungkapkan pemikirannya mengenai masyarakat dan politik. Locke umpamanya, mendefinisikan masyarakat sipil sebagai "masyarakat politik" (political society). Pengertian tentang gejala tersebut dihadapkan dengan pengertian tentang gejala "otoritas paternal" (peternal authority) atau "keadalan alami" (state of nature) suatu kelompok manusia. Ciri dari suatu masyarakat sipil, selain terdapatnya tata kehidupan politik yang terikat pada hukum, juga adanya kehidupan ekonomi yang didasarkan pada sistem uang sebagai alat tukar, terjadinya kegiatan tukar menukar atau perdagangan dalam suatu pasar bebas, demikian pula terjadinya perkembangan teknologi yang dipakai untuk mensejahterakan dan memuliakan hidup sebagai ciri dari suatu masyarakat yang telah beradab.
Masyarakat politik itu sendiri, adalah merupakan hasil dari suatu perjanjian kemasyarakatan (social contract), suatu konsep yang dikemukakan oleh Rousseau, seorang filsuf sosial Prancis abad ke-18. Dalam perjanjian kemasyarakatan tersebut anggota masyarakat telah menerima suatu pola perhubungan dan pergaulan bersama. Masyarakat seperti ini membedakan diri dari keadaan alami dari suatu masyarakat.
Dalam konsep Locke dan Rousseau belum dikenal pembedaan antara masyarakat sipil dan negara. Karena negara, lebih khusus lagi, pemerintah, adalah merupakan bagian dan salah satu bentuk masyarakat sipil. Bahkan keduanya beranggapan bahwa masyarakat sipil adalah pemerintahan sipil, yang membedakan diri dari masyarakat alami atau keadaan alami.
Menurut cendekiawan Muslim yang gigih memperjuangkan pembentukan masyarakat madani, Nurcholish Madjid, istilah "madani" mengacu pada "madinah". Sedangkan kata ini berasal dari kata dasar "dana-yadinu", yang berarti tunduk, patuh, atau taat. Dari kata dasar inilah terambil kata "din" untuk pengertian "agama", yaitu "ikatan ketaatan". Jadi istilah "masyarakat madani" yang mengacu pada kata "madinah" (kota) mengandung dalam dirinya konsep pola kehidupan bermasyarakat (bermukim) yang patuh, yaitu pada hukum, dalam hal ini hukum Allah, sebagaimana dipegang agama Islam, jadi God-centered.
Perbincangan tentang masyarakat madani (civil society) di negara kita pada masa akhir-akhir ini menjadi marak bila dibandingknan dengan masa masa sebelumnya. Pembicaraannya bukan hanya mnuncul di kalangan akademik melalui berbagai pertemuan ilmiah, akan tetapi juga dikemukakan oleh para politisi dalam berbagai forum politik.
Para pejabat kita juga sudah mulai latah bicara tentang hal ini dalam berbagai pidato dan sambutannya seperti presiden dalam pidato kenegaraan, dalam SI MPR dalam peringatan hari besar keagmaan. Mereka bicara menurut visi dan pandangan sendiri-sendiri yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Sehingga secara sadar atau tidak kita telah bersepakat bahwa masyarakat madani adalah suatu
Masyarakat madani, yang merupakan kata lain dari masyarakat sipil (civil society), kata ini sangat sering disebut sejak kekuatan otoriter orde baru tumbang selang satu tahun ini. Malah cenderung terjadi sakralisasi pada kata itu seolah implementasinya mampu memberi jalan keluar untuk masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa kita. Kecenderungan sakralisasi berpotensi untuk menambah derajat kefrustasian yang lebih mendalam dalam masyarakat bila terjadi kesenjangan antara realisasi dengan harapan. Padahal kemungkinan untuk itu sangat terbuka, antara lain, kesalahan mengkonsepsi dan juga pada saat manarik parameter-parameter ketercapaian.
Saat ini gejala itu sudah ada, sehingga kebutuhan membuat wacana ini lebih terbuka menjadi sangat penting dalam kerangka pendidikan politik bagi masyarakat luas.
Masyarakat Sipil Vs Militer
Dalam tataran praktis sementara orang melihat, masyarakat madani dianggap sebagai institusi sosial yang mampu mengkoreksi kekuatan “militer “ yang otoriter. Dalam arti lain masyarakat sipil memiliki konotasi sebagai antitesa dari masyarakat militer. Oleh sebab itu eksistensi masyarakat sipil selalu dianggap berjalan linier dengan penggugatan Dwi Fungsi ABRI. Dengan begitu menurut yang pro pada pemikiran ini, konsep Indonesia baru yang dicita-citakan merupakan masyarakat tanpa pengaruh dan dominasi kekuatan militer. Maka dengan demikian dinamika kehidupan sosial dan politik harus memiliki garis batas pemisah yang jelas dengan dinamika pertahanan dan keamanan.
Koreksi kritis terhadap peran sosial ABRI bagi sementara orang merupakan keharusan sejarah setelah melihat betapa rezim lama memposisikan ABRI sebagai “backing” untuk melindungi kepentingan-kepentingan kelompok ekonomi kuat tertentu yang memiliki akses bagi penguatan legitimasi politik Soeharto. Sementara mereka tidak melihat komitmen yang sebanding untuk fungsi substansialnya yakni pertahanan dan keamanan.
Berlanjutnya kerusuhan di beberapa tempat dan terancamnya rasa aman masyarakat, serta kekurangprofesionalan dalam teknik penanganan pada kasus-kasus politik tertentu merupakan bukti kuat bahwa militer tidak cukup memiliki kecakapan pada fungsi utamanya. Maka sangat wajar bila kader-kader militer dipersilahkan untuk hengkang dari posisi eksekutif dan legislatif, ke tempat yang lebih fungsional yakni barak-barak.
Kekurangsetujuan terhadap implementasi Dwi Fungsi ABRI, khususnya tugas kekaryaan, sebenarnya syah-syah saja namun masalahnya apakah masyarakat madani tepat bila hanya dipersepsikan sebagai bentuk peminggiran peran militer. Kebutuhan untuk keluar dari rasa takut akibat distorsi peran militer selama masa orde baru menyebabkan terjadinya proses kristalisasi konsep masyarakat madani yang berbeda dengan konsep bakunya. Dengan kata lain telah terjadi gejala “contradictio internemis” pada wacana masyarakat madani dalam masyarakat kita dewasa ini.
Masyarakat Sipil Vs Negara
Masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society) dalam wacana baku ilmu sosial pada dasarnya dipahami sebagai antitesa dari “masyarakat politik” atau negara. Pemikiran itu dapat dilacak dari pendapatnya Hobbes, Locke, Montesquieu, Hegel, Marx, Gramsci dan lain-lain. Pemikiran mengenai masyarakat sipil tumbuh dan berkembang sebagai bentuk koreksi radikal kepada eksistensi negara karena peranannya yang cenderung menjadi alat kapitalisme.
Substansi pembahasannya terletak pada penggugatan hegemoni negara dalam melanggengkan kekuatan kelompok kapitalis dengan memarjinalkan peran masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah kekuatan non-pemerintah yang mampu mengimbangi dan mencegah kekuatan negara untuk mengurangi tekanan-tekanan yang tidak adil kepada rakyatnya. Akan tetapi di sisi lain, mendukung peran pemerintah dalam menjadi juru damai dan penjaga keamanan dari kemungkinan konflik-konflik antar kepentingan dalam masyarakat.
Dengan kata lain perlu adanya reposisi struktural dan kultural antar komponen dalam masyarakat, sederhananya, “serahkan urusan rakyat pada rakyat, dan posisikan pemerintah sebagai pejaga malam”.
Penggugatan peran pemerintah oleh rakyat dalam konstelasi sosial di Indonesia bukan sama sekali baru. Bob S.Hadiwinata (1999) mencatat sejarah panjang gerakan sosial di Indonesia, yakni sejak abad ke-19 sampai masa orde baru. Menurutnya pemerintahan orde baru, Soeharto, telah “berhasil” mengangkangi hak-hak sipil selama 32 tahun, dengan apa yang ia sebut “tiga strategi utama”. Dan selama itu pula proses marjinalisasi hak-hak rakyat terus berlangsung, untuk kepentingan sekelompok pengusaha kroninya, dengan bermodalkan slogan dan jargon “pembangunan”.
Celakanya rembesan semangatnya sampai pada strata pemerintahan yang paling bawah. Camat, lurah, sampai ketua RT pun lebih fasih melantunkan slogan dan jargon yang telah dipola untuk kepentingan ekonomi kuat. Tetapi sementara mereka menjadi gagap dalam mengaksentuasikan kepentingan rakyatnya sendiri. Maka yang terjadi, pasar yang telah mentradisonal menghidupi ribuan masyarakat kecil di bongkar untuk dijadikan mall atau pasar swalayan. Demikian pula, sawah dan kebun petani berubah fungsi menjadi lapangan golf. Perubahan yang terjadi di luar jangkauan kebutuhan dan pemikiran masyarakat karena mekanisme musyawarah lebih banyak didengungkan di ruang penataran ketimbang dalam komunikasi sosial.
Masyarakat Peradaban dan Jahiliyah
Umat Islam telah memperkenalkan konsep masyarakat peradaban, masyarakat madani, atau civil society, adalah Nabi Muhammad, Rosullullah s.a.w sendiri yang memberikan teladan ke arah pembentukan masyarakat peradaban tersebut. Setelah perjuangan di kota Makkah tidak menunjukkan hasil yang berarti, Allah telah menunjuk sebuah kota kecil, yang selanjutnya kita kenal dengan Madinah, untuk dijadikan basis perjuangan menuju masyarakat peradaban yang dicita-citakan. Di kota itu Nabi meletakan dasar-dasar masyarakat madani yakni kebebasan. Untuk meraih kebebasan, khususnya di bidang agama, ekonomi, sosial dan politik, Nabi diijinkan untuk memperkuat diri dengan membangun kekuatan bersenjata untuk melawan musuh peradaban. Hasil dari proses itu dalam sepuluh tahun, beliau berhasil membangun sebuah tatanan masyarakat yang berkeadilan, terbuka dan demokratis dengan dilandasi ketaqwaan dan ketaatan kepada ajaran Islam. Salah satu yang utama dalam tatanan masyarakat ini adalah pada penekanan pola komunikasi yang menyandarkan diri pada konsep egaliterian pada tataran horizontal dan konsep ketaqwaan pada tataran vertikal. Nurcholis Madjid (1999:167-168) menyebut dengan semangat rabbaniyah atau ribbiyah sebagai landasan vertikal, sedangkan semangat insyanyah atau basyariah yang melandasi komunikasi horizontal.
Sistem sosial madani ala Nabi s.a.w memiliki ciri unggul, yakni kesetaraan, istiqomah, mengutamakan partisipasi, dan demokratisasi. Esensi ciri unggul tetap relavan dalam konteks waktu dan tempat berbeda, sehingga pada dasarnya prinsip itu layak diterapkan apalagi di Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim tanpa mengusik kepentingan dan keyakinan kelompok minoritas. Mengenai hal yang terakhir ini Nabi s.a.w telah memberi cotoh yang tepat, bagaimana sebaiknya memperlakukan kelompok minoritas ini.
Berdasarkan kajian di atas masyarakat madani pada dasarnya adalah sebuah komunitas sosial dimana keadilan dan kesetaraan menjadi fundamennya. Muara dari pada itu adalah pada demokratisasi, yang dibentuk sebagai akibat adanya partisipasi nyata anggota kelompok masyarakat. Sementara hukum diposisikan sebagai satu-satunya alat pengendalian dan pengawasan perilaku masyarakat. Dari definisi itu maka karakteristik masyarakat madani, adalah ditemukannya fenomena, (a) demokratisasi, (b) partisipasi sosial, dan (c) supremasi hukum; dalam masyarakat.
Pertama, sehubungan dengan karakteristik pertama yakni demokratisasi, menurut Neera Candoke (1995:5-5) social society berkaitan dengan public critical rational discource yang secara ekplisit mempersyaratkan tumbuhnya demokrasi. Dalam kerangka itu hanya negara yang demokratis yang menjamin masyarakat madani. Pelaku politik dalam suatu negara (state) cenderung menyumbat masyarakat sipil, mekanisme demokrasi lah yang memiliki kekuatan untuk mengkoreksi kecenderungan itu. Sementara itu untuk tumbuhnya demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran berpribadi, kesetaraan, dan kemandirian. Syarat-syarat tersebut dalam konstatasi relatif memiliki linearitas dengan kesediaan untuk menerima dan memberi secara berimbang. Maka dalam konteks itu, mekanisme demokrasi antar komponen bangsa, terutama pelaku praktis politik, merupakan bagian yang terpenting dalam menuju masyarakat yang dicita-citakan tersebut.
Kedua, partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang baik untuk terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi bilamana tersedia iklim yang memungkinkan otonomi individu terjaga. Antitesa dari sebuah masyarakat madani adalah tirani yang memasung secara kultural maupun struktural kehidupan bangsa. Dan menempatkan cara-cara manipulatif dan represif sebagai instrumentasi sosialnya. Sehingga masyarakat pada umumnya tidak memiliki daya yang berarti untuk memulai sebuah perubahan, dan tidak ada tempat yang cukup luang untuk mengekpresikan partisipasinya dalam proses perubahan.
Tirani seperti inilah, berdasarkan catatan sejarah, menjadi simbol-simbol yang dihadapi secara permanen gerakan masyarakat sipil. Mereka senantiasa berusaha keras mempertahankan status quo tanpa memperdulikan rasa keadilan yang berkembang dalam masyarakat. Pada masa orde baru cara-cara mobilisasi sosial lebih banyak dipakai ketimbang partisipasi sosial, sehingga partisipasi masyarakat menjadi bagian yang hilang di hampir seluruh proses pembangunan yang terjadi. Namun kemudian terbukti pemasungan partisipasi secara akumulatif berakibat fatal terhadap keseimbangan sosial politik, masyarakat yang kian cerdas menjadi sulit ditekan, dan berakhir dengan protes-protes sosial serta pada gilirannya menurunnya kepercayaan masyarakat kepada sistem yang berlaku. Dengan demikian jelaslah terbukti bahwa partisipasi merupakan karakteristik yang harus ada dalam masyarakat madani. Demokrasi tanpa adanya partisipasi akan menyebabkan berlangsungnya demokrasi pura-pura atau pseudo democratic sebagaimana demokrasi yang dijalankan rezim orde baru.
Ketiga, penghargaan terhadap supremasi hukum merupakan jaminan terciptanya keadilan. Al-Qur’an menegaskan bahwa menegakan keadilan adalah perbuatan yang paling mendekati taqwa (Q.s. Al Maidah:5-8). Dengan demikian keadilan harus diposisikan secara netral, dalam artian, tidak ada yang harus dikecualikan untuk memperoleh kebenaran di atas hukum. Ini bisa terjadi bilamana terdapat komitmen yang kuat diantara komponen bangsa untuk iklas mengikatkan diri dengan sistem dan mekanisme yang disepakati bersama. Demokrasi tanpa didukung oleh penghargaan terhadap tegaknya hukum akan mengarah pada dominasi mayoritas yang pada gilirannya menghilangkan rasa keadilan bagi kelompok lain yang lebih minoritas. Demikian pula partisipasi tanpa diimbangi dengan menegakkan hukum akan membentuk masyarakat tanpa kendali (laissez faire).

literatur ekologi perairan

LITERATUR EKOPER
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat yang sangat berdaya guna,yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah besar dari pada zat cair lainnya.Sifat-sifat ini dapat dilihat dari banyak unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut.(Hutabarat, 2000)
Ekosistem air laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertical.Secara horizontal laut dibagi menjadi dua yakni laut pesisir(zona neritik) yang meliputi daerah paparan benua,dan laut lepas(Zona oseanik).Sedangkan pembagian secara vertical dilakukan berdasarkan intensitas cahaya matahari yang memasuki kolam perairan yaituzona fotik,dan zona afiotik.(Dahuru ete el ,1996)
Seperti diketahui air laur rasanya asin karena mengandung garam.Anehnya orang jarang menanyakan asal - usul garam tersebut.Mula-mula diperkirakan bahwa zat-zat kimia yang menyebabkan air laut asin berasal dari darat yang dibawa oleh sungai-sungai yang mengalir ke laut, entah itu dari pengikisan batu-batuan darat,dari tanah longsor,dari hujan,atau dari gejala alam lainnya,yang terbawa oleh arus air sunga ke laut.Jika hal ini benar terjadinya tentunya susmen kimiawi sungai tidak akan berbeda dengan susmen air laut.(Hutabarat,2000)
Laut merupakan ekosistem terbesar di bumi.Laut di dunia merupakan kesatuan ekosistem di mana serangkaina komunitas dapat mempengaruhi factor-faktor fisika-kimia air laut di sekelilingnya.Ekosistem yang besar ini dapat dibagi menjadi daerah-daerahyang kecil.Parameter fisika dan kimia mempengaruhu laut dan sekitarnya yang berbeda terhadap populasi di daerah tersebut(Nyebaken, 1988)
Odum(1971)mengatakan rendahnya tingkat produktivitas di perairan pada umumnya berhubungan dengan tingkat atau cara pengeloaan yang baik.Cara ini membahayakan kelestarian populasi ikan di perairan tersebut.Akibat tidak adanya perhitungan sama sekali mengenai populasi ikan pada tahun-tahun berikut.
Weber dalam Sedana (1988) mengatakan bahwa indeks keragaman merupakan salah suatu alat untukmengukur kualitas lingkingan yang berdasarkan pada jumlah spesies dan distribusi individu dalam masing-masing spesies.
Nilai keseragaman yang digunakan untuk menilai keseimbangan penyebaran jenis pada suatu periaran karena ia merupakan ratio dari jumlah dari taksa yang semestinya ada pada indeks keseragaman.(Odum ,1971
1.PARAMETER FISIKA
1.1.SUHU
Menurut Nontji(1979)menyatakan bahwa suhu air di permukaan dipegaruhi oleh kondisi meteorology yakni curah hujan,penguapan ,kelembapan udara,suhu udara,keceptan angina,dan intesitas radiasi matahari.Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pada musiman.
Suhu perairan biasanya akan meningkat apabila intesitas cahaya matahari yang masuk ke dalam periaran dalam jumlah yang besar.Menurut dahuri et el (1996)suhu periaran dipengaruhi oleh radiasi dan posisi matahari ,letak geografis, musim,kondisi awan,proses interaksi air dengan udara seperti kenaikan panas,penguapan dan hembusan angin.
Suhu yang menghubungkan suhu yang sama(isoterm)secara umum dari barat ke timur.Dekat pantai keadaan arus mungkin akan membelokkan isoterm ini ke arah utara atau selatan.Sepanjang batas timur lautan juga dijumpai suhu yang terendah pada permukaan yang disebabkan oleh up welling dari lapisan air di bawah permukaan.(Ghalib,1999)
1.2.KECERAHAN
Schram(1990)menyatakan bahwa kecerahan suhu perairan dapat mempengaruhi suplai oksigen, yang mana cahaya matahari yang masuk ke dalam periaran akan dimanfaatkan oleh tumbuhan air untuk melangsungkan fotosintesis sehingga menghasilkan oksigen.
Nilai kecerahan suatu perairan berlawanan dengan nilai kekeruhan dan kekeruhan perairan berkaitan erat dengan jenis sedimen yang terakumulasi dan kuat arus.Di mana pada perairan yang kandungan sedimennya didominasi oleh fraksi lumpur dan senantiasa teraduk oleh arus.Sedimen yang berlumpur akan lebih keruh jika dibandingkan dengan perairan yang sedimennya berpasir.(Lukman,1994)
Menurut Nyebaken(1992) bagi tumbuhan akuatik intesitas cahaya sangat menentukan dalam penggunaan energi untuk fotosintesis.Dengan kata lain tumbuhan akan berkurang energi jika intensitas cahaya berkurang.Semakin cerah suatu perairan maka semakin jauh cahaya matahari dapat menembus ke dalam perairan.
Selanjutnya menurut Nyebaken (1992) rendahnya tingkat kecerahan aatau tingginya kekeruhan menyebabkan penetrasi cahaya menurun sehingga fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan bentik akan terganggu dan mengakibatkan produksi primer menurun.
1.3.KEDALAMAN
Kedalaman diukkur dengan menggunakan tali yang telah diberi pemberat yang alatnya dimasukkan ke dalam perairan sampai pemberat mencapai dasar perairan.Kemudian pengukuran dimulai dari tali dari permukaan perairan sampai pada alat pemberat(Haslinda,1992)
Arus akan dipengaruhi oleh topografi dasar perairan ,olehkarena itu distribusi fraksi sedimen sangat tergantung dari bentuk dasar peraian terutama keadaan kedalaman karena akan mempengaruhi bentuk dan pola arus.(Panggabean,1994)
1.4.KEKERUHAN
Kekeruhan atau turbiditas adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan d dalam air yang disebabkan oleh bahan yang melayang bak oganik maupun onargonik.Bahan yang melayang ini mrnyebabkan kekeruhan yang akan mempengaruhi warna air(Haslinda,1992).
Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan leh erosi di daerah hulu maupun kegiatan pergerakan sehingga menyebabkan terganggunya penetrasi cahaya,dan juga dapat merusak habitat dasar dan metabolisme hewan dasar karena terjadi penyumbatan.(Dahuri et el,1996)
2.PARAMETER KIMIA
2.1.pH
Derajat keasaman(pH) adlah suatu ukuran dari konsentrasi ion H+ dan menunjukkan suasana air tersebut apakah dalam keadaan asam atau basa.Secara alamiah oH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa-senyawa bersifat asam.(Hasibuan, 2001)
Walaupun air murni mempunyai pH netral karena diasosiasi molekul air menghasilkan jumlah ion-ion H+ dan OH- yang sama,keadaan CO2 dan sifat basa yang kuat dari ion natrium,kalium dan kalsium dari dalam air laut sedikit basa.Biasanya sedikit bervariasai antara pH 7,5 sampai pH 8,4(Nyebaken, 1992)
Derajat keasaman mempengaruhi daya tahan organisme di mana perairan yang pH-nya rendah maka penyerapan O2 oleh organisme akan terganggu.(Pennak, 1990)
2.2.Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan parameter yang samgat penting dalam kehidupan organisme.Setiap organisme membutuhkan O2 untuk respirasi dan selanjutnya untuk metabolisme yang diperuntukan untuk perombakan organik menjadi sari makanan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan energi, perkembangan biak dan bergerak.(Sedana et el,2001)
Nyebaken(1992) menyatakan bahwa ada dua macam gas yaitu oksigen dan karbondioksida yang terlarut di dalam air.Kelarutan gas-gas dalam perairan adalah suatu funfsi dari suhu.Makin rendah suhu maka makin besar kelarutannya.Oleh karena itu semakin dingin suatu perairan maka makin banyak oksigen yang dikandungnya.
Fardiaz(1992) menyatakan bahwa oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kebutuhan organismeair.Di mana oksigen terlarut ini difungsikan untuk mempertahankan kinsentrasi O2 maksimal yang dibutuhkan untuk kehidupan.
Sastrawijaya(1991)menyatakan bahwa kadar oksigen dapat dijadikan ukuran untuk melakukan atau untuk menentukan mutu air.Kehidupan di air dapat bertahan jika ada O2 minimal 5 mg setiap liter(5 ppm)
Pengukuran DO melalui titrasi berpatokan pada Metode Winkler(Alert dan Santika, 1984).Air mampu diambil dengan mengunakan botol BOD tanpa terjadi atau tanpa terdapat gelembung udara,kemudian ditambah 1 ml larutan KI alkaline dan 1 ml asan Sutrat dikocok dengan jati-hati hingga semau endapan hilang.Setelah itu diindahkan ke dalam erlemeyer bervolume 100 ml dan titrasi dengan tiosulfat hingga berbentuk kuning muda lalu masukkan 2-3 tetes indikator amilum hingga warna biru tua muncul.
2.3.KARBONDIOKSIDA BEBAS
Karbondioksida merupakan gas yang dubutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan ,air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis.Konsentrasi karbondioksida yang baik tidak lebih dari 25 ppm dan tidak kurang dari 10 ppm(Kordi, 2000)
Selanjutnay Odum(1993) menyatakan kandungan karbondioksida bebas dalam air tidak boleh dari 25 ppm.
2.PLANKTON
2.1.Fitoplankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen(1889) berasal dari bahasa Yunani yaitu plankton yang artiny a mengembara atau kekeliaran.Menurut Boney(1975) plankton tersusun atas jaad-jasad hewani mikroskopis (phytoplankton) dan jasad-jasad hewani (Zooplankton) yang terdapat di laut maupun di air tawar ,hidup bebas terapung dan gerakannya bersifat pasif tergantung adanya arus dan angin.
Siagian(2001)menjelaskan bahwa phytoplankton merupakan tumbuhan air yang sangat kecil yang terdiri dari beberapa kelas ,yag sangat tergantung pada cahaya matahari terdapat pada permukaan air sampai kedalaman penetrasi cahaya matahari.Dan phytoplankton ini merupakan produsen utama(Primery producer) zat-zat organik yang komplek dari bahan-bahan organik dan dari bahan anorganik yang sederhana melalui proses fotosintesis.
Keberadaan fitoplankton perlu didukung oleh adanya unsur hara dan zat organik lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis.Walaupun demikian beebagai faktor lingkungan lainnya juga berperan penting dalam kehidupan plankton .Faktor tersebut antara lain suhu, Ph ,kadar O2 ,CO2 bebas, kecerahan ,alkalinitas, arus dan hubungan antara spesies.(Elita ,1997)
Kelimpahan fitoplankton didefenisikan sebagai jumah individu fitoplankton per satuan liter air(Raymont ,1962). Sedangkan menurut Boney (1975) menyatakan bahwa kelimpahan fitoplankton di daerah tropis lebih rendah jika dibandingkan daerah sedang.
Selanjutnya menurut Goldmen (Dalam dalam Jummariani, 1994) perairan yang tingkat kesuburannya rendah mencapai kelimpahan kurang dari 10 4 sel/ml atau lebih.

Sabtu, 27 Maret 2010

lumba-lumba

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo : Cetacea

Upaordo:Odontoceti

Famili: Delphinidae

Lumba-lumba adalah mamalia laut yang sangat cerdas, selain itu sistem alamiah yang melengkapi tubuhnya sangat kompleks. Sehingga banyak teknologi yang terinspirasi dari lumba-lumba. Salah satu contoh adalah kulit lumba-lumba yang mampu memperkecil gesekan dengan air, sehingga lumba-lumba dapat berenang dengan sedikit hambatan air. Hal ini yang digunakan para perenang untuk merancang baju renang yang mirip kulit lumba-lumba.
Lumba-lumba memiliki sebuah sistem yang digunakan untuk berkomunikasi dan menerima rangsang yang dinamakan sistem sonar, sistem ini dapat menghindari benda-benda yang ada di depan lumba-lumba, sehingga terhindar dari benturan. Teknologi ini kemudian diterapkan dalam pembuatan radar kapal selam. Lumba-lumba adalah binatang menyusui. Mereka hidup di laut dan sungai di seluruh dunia. Lumba-lumba adalah kerebat paus dan pesut. Ada lebih dari 40 jenis Lumba-lumba.
Bayi lumba-lumba yang baru lahir akan dibawa ke permukaan oleh induknya agar bias menghirup udara. Lumba-lumba perlu naik ke permukaan untuk bernafas supaya tetap hidup. Lumba-lumba bernafas melalui lubang udara yang terletak di atas kepalnya. Tubuhnya yang licin dan ramping sangat sesuai untuk berenang. Induk Lumba-lumba menyusui anaknya dengan susu yang gurih dan menyediakan energi bagi anaknya supaya cepat besar. Setiap anak lumba-lumba selalu berada di dekat induknya, sehingga ibunya bisa melindungi dari bahaya. Lumba-lumba selalu menjaga hubungan dengan anaknya hingga tumbuh semakin besar. Induk lumba-lumba memanggil anak anaknya dengan siulan khusus yang bisa mereka kenali.
Lumba-lumba hidup dan bekerja dalam kelompok atau disebut kawanan. Mereka sering bermain bersama. Seekor lumba-lumba tidak bisa tidur nyenyak di bawah air. Ia bisa tenggelam. Oleh karena itu, ia setengah tidur beberapa saat dalam sehari. Lumba-lumba makan cumi dan ikan seperti ikan mullet abu-abu. Kadang kadang Lumba-lumba menggiring kawanan ikan agar mudah ditangkap. Lumba-lumba mencari jalan dengan mengirimkan suara didalam air. Jika suara itu mengenai suatu benda, suara itu akan dipantulkan kembali sebagai gema. Kadang kadang, suara gaduh di laut akibat pengeboran minyak dapat membingungkan Lumba-lumba. Mereka akan mengalami kesulitan dalam mengirim dan menerima pesan.
Manusia senantiasa tertarik dengan kisah lumba-lumba. Bangsa Romawi telah membuat gambar mozaik Lumba-lumba sekitar 2.000 tahun lalu. Sekarang, manusia senang berenang di laut bersama binatang yang pandai dan bersahabat seperti lumba-lumba. Lumba-lumba harus berhati hati terhadap ikan hiu yang mungkin menyerang mereka sewaktu waktu. Mereka melindungi diri dengan gigi giginya, terkadang mereka menggunakan paruhnya sebagai pelantak. Manusia dapat menjala banyak sekali ikan bagi lumba-lumba untuk makanannya. Kadang kadang, lumba-lumba tertangkap oleh jaring nelayan. Mereka tidak dapat menghirup napas di permukaan, akibatnya mereka tenggelam. Ketika bahan kimia yang berbahaya dibuang ke laut, limbah itu bisa meracuni makanan yang dimakan Lumba-lumba. Pembangunan waduk di sungai dan pengeringan danau hanya menyisakan sedikit tempat bagi binatang seperti lumba-lumba Brazil untuk hidup.
Lumba-lumba tergolong sebagai mamalia yang cerdas. Lumba-lumba dapat menolong manusia, bila lumba-lumba sudah terlatih, bahkan lingkaran api pun dapat mereka terobos. Singa laut, spesies primata, ikan paus dan anjing juga termasuk binatang yang cerdas. Lumba-lumba yang sudah terlatih dapat melakukan berbagai atraksi dan mereka juga dapat berhitung, tetapi Lumba-lumba liar belum dapat melakukan berbagai atraksi. Sekarang ini, lumba-lumba dan ikan paus sudah langka, maka lumba-lumba dan ikan paus harus dilindungi. Lumba-lumba dan ikan paus telah mulai dilindungi di seluruh dunia.

STOIKIOMETRI LARUTAN

STOIKIOMETRI LARUTAN
A. Zat yang mudah larut
Untuk menentukan jumlah volume larutan (V), mol (n), molaritas (M) zat yang hanya diketahui salah satu zat yang bereaksi, dapat ditentukan dengan perbadingan koefisien reaksi.
Rumus yang berhubungan dengan stoikiometri larutan ini adalah :

 mol (mol)

 Molaritas (mol/L)

 Mol STP

 Mol tidak STP
PV = nRT

Cara mudah menentukan V, n, M:
 Buat persamaan reaksi setarakan koefisien reaksi.
 Tentukan mol atau mmol zat yang diketahui.
 Cari mol yang ditanya dengan membandingkan koefisien zat dit/koefisien dik dikali dengan mol yang diketahui.
Ex.
1. Tentukan volume larutan Ba(OH)2 0,1 M yang diperlukan, jika direaksikan dengan 100 mL HCl 0.3 M.
Jawab:
2HCl + Ba(OH)2  BaCl2 + 2H2O
 mmol HCl = volume HCl x konsentrasi HCL
= 100 mL x 0.3 M = 30 mmol
 mmol BaOH brx =
= = 15 mmol
 Vol Ba(OH)2 =
B. Zat yang sukar larut
Bila zat yang dilarutakan berupa zat yang sukar larut dalam air akan terbentuk endapan. Pembentukan endapan menunjukkan perubahan sifat kelarutan. Beberapa senyawa dibawah yang sukar larut sebagai berikut:
Anion (-) Kation (+) Seny yg terbentuk(end)
Cl-, Br-, I- Ag+, Pb+2,Hg+¬ dan Cu+2 AgCl, AgBr, AgI, PbCl2, PbBr2, PbI2, HgCl2, HgBr2, HgI2, CuCl2, CuBr2,CuI2
SO42- Ag+, Pb2+ dan beberapa unsur gol IIA (Sr-2,Ba2+) Ag2SO4, Pb SO4, SrSO4, dan BaSO4
OH- Mg2+ dan beberapa unsur gol transisi (Cu, Zn dan Fe) Mg(OH)2, Cu(OH)2, Fe(OH)3 dan Zn(OH)2
S2- Bebrapa unsur transisi (Cu, Ag, Pb dan Zn CuS,Ag2S, PbS, ZnS

Ex. Jika 11, 2 g logam besi (Ar Fe= 56 g/mol) direaksikan dengan larutan HCL 0,25 M. Tentukan volume HCl yang diperlukan dan gas hidrogen yang dihasilkan pada keadaan STP.
Jawab:
2Fe(s) + 6HCl(aq)  2FeCl3(aq) + 3H2 (g)
 mol Fe = g/Ar = 11.2g/56 g/mol = 0.2 mol
 mol HCl = koef HCl/koef Fe x mol Fe
= 6/2 x 0,2 mol= 0,6 mol
Vol HCl = mol HCl/M HCL
= 0.6 mol/0.25 M= 2.4 L
 mol H2 = koef H2/ koef Fe x mol Fe
= 3/2 x 0,2 mol = 0,3 mol
Vol H2 = 0,3 mol x 22,4 L/mol = 6,27 L
C. Pereaksi pembatas
Dalam perhitungan kimia biasanya hanya diketahui jumlah mol mula-mula yang diketahui adalah satu pereaksi saja. Jadi jumlah mol pereaksi yang lain dapat diketahui dengan cara membandingkan mol sesuai dengan koefisien reaksi setiap zat. Dari sini bisa ditentukan reaksi pembatas (pereaksi yang habis bereaksi.
Cara cepat untuk mengetahui pereaksi pembatas (pereaksi yang habis bereaksi):
 Tentukan jumlah mol yang diketahui.
 Buat persamaan reaksi setarakan koefisien reaksinya
 Buat jumlah mol mula-mula dari masing-masing zat yang berx
 Bandingan jumlah mol dengan koefisien rx masing-masing zat.
Ex.
Mg (s) + 2HCl  MgCl2(aq) + H2 (g)
Mula2 0.2 0.3

 Hasil bagi mol per koefisien reaksi yang terkecil adalah zat yang habis bereaksi (pereaksi pembatas). Hasil bagi mol yang besar adalah zat yang bersisa.
 Tentukan mol zat yang berx dengan cara bandingkan koefisien dengan mol zat prx pembatas.
Mol Mg brx =
 Mol zat sisa = mol awal – mol brx, kemudian tentukan massa sisa.
 Untuk seterusnya bisa ditentukan dengan cara-cara sebelumnya adalah sama.
Ex. Sebanyak 4,8 g logam magnesium direaksikan dengan 30 mL larutan HCl 1 M menghasilkan garam MgCl2 dan gas Hidrogen. Tentukan massa garam MgCl2 yang terbentuk, volume gas hidrogen yang terbentuk pada STP dan pereaksi yang habis dan jumlah sisa pereaksi? (Ar Mg = 24, Cl = 35)
Jawab:
Mg (s) + 2HCl  MgCl2(aq) + H2 (g)
Mula2 0.2 0.3

 Preaksi pembatas HCl (nilai terkecil)
 mol Mg = g/Ar = 4,8 g/ 24 g/mol = 0,2 mol
 mol HCl = 300 mL x 1 M = 300 mmol = 0,3 mol HCl
 mol MgCl2 = koef MgCl/koef HCl x mol HCl
= ½ x 0.3 mol = 0.15 mol
Massa MgCl2 yang terbentuk = mol x Mr
= 0.15 mol x 95 g/mol = 14.25 g
 mol gas H2 = koef H2/koef HCl x mol HCl
= ½ x 0,3 mol = 0.15 mol
Vol H2 = mol H2 x Vol STP = 0.15 mol x 22.4 L/mol = 3.36 L
 pereaksi yang habis dan yang bersisa
- mol Mg yang bereaksi = koef Mg/koef HCl x mol HCl
= ½ x 0,3 mol = 0.15 mol
- mol Mg sisa = mol Mg awal – mol Mg brx
= 0.2 mol – 0.15 mol = 0.05 mol
- massa Mg sisa = mol x Ar Mg = 0.05 mol x 24 g/mol= 1,2 g

D. Hukum gas
Juga bisa digunakan untuk perbadingan dua gas dan pada gas dalam tekanan dan suhu yang sama. Berlaku hukum-hukum gas.
 Hukum Avogadro
Pada tekanan dan suh yang sama, gas-gas yang bervolume sama akan memiliki mol yang sama. Dengan rumus sebagai berikut:

Ex. Reaksi logam aluminium dengan asam sulfat encer menghasilkan gas H2 sebanyak 6 liter. Berapa gram Al telah bereaksi jika gas H2 diukur pada tekanan dan suhu dimana 0.5 liter gas NO massanya 0.75 g?
Jawab:
2Al + 3H2SO4  Al2(SO4)3 + 3H2
 Mol NO = g/Mr = 0,75 g / 30 g/mol = 0,025 mol
 V NO = 0,5 liter
 V H2 = 6 L


n H2 =
 Mol Al =
= = 0.2 mol
Massa Al = gram x Ar = 0,2 mol x 27 g/mol = 5,4 gram

 Hukum Keadaan standart (STP)
Setiap 1 mol pada suhu 00C dan tekanan 1 atm memiliki volume 22,4 L (22,4 dm3). Berlaku rumus:
Liter STP = mol x 22,4 L/mol
 Hukum dalam keadaan tidak standar jika suhu dan tekanan diketahui.
Pv = nRT

DAFTAR OF FRESH AIR DARI fitoplankton LENTIC (mengalir) Waters

DAFTAR OF FRESH AIR DARI fitoplankton LENTIC (mengalir) Waters

I CYANOPHYTA Aku CYANOPHYTA

1. Aphanothece Aphanothece
2. Synechocystis Synechocystis
3. Chroococcus Chroococcus
4. Gloeothece Gloeothece
5. Dactylococcopsis Dactylococcopsis
6. Gomphosphaeria Gomphosphaeria
7. Gloeocapsa Gloeocapsa
8. Synechococcus Synechococcus
9. Merismopedia Merismopedia
10. Microcystis Microcystis
11. Aphanocapsa Aphanocapsa
12. Coelosphaerium Coelosphaerium
13. Oscillatoria Oscillatoria
14. Arthospira Arthospira
15. Chlorogloea Chlorogloea

II CHLOROPHYTA II Chlorophyta

1. Scenedesmus Scenedesmus
2. Desmids Desmids

III PYRROPHYTA III PYRROPHYTA

IV CHRYSOPHYTA IV CHRYSOPHYTA

1. Diatoms Diatom
2. Dinobryon Dinobryon

1. 1. CYANOPHYCEAE CYANOPHYCEAE

1. Aphanothece Aphanothece
2. Synechocystis Synechocystis
3. Chroococcus Chroococcus
4. Gloeothece Gloeothece
5. Dactylococcopsis Dactylococcopsis
6. Gomphosphaeria Gomphosphaeria
7. Gloeocapsa Gloeocapsa
8. Synechococcus Synechococcus
9. Merismopedia Merismopedia
10. Microcystis Microcystis
11. Aphanocapsa Aphanocapsa
12. Oscillatoria Oscillatoria
13. Chlorogloea Chlorogloea
14. Spirulina Spirulina

2. 2. CHLOROPHYCAE CHLOROPHYCAE

1. Cosmarium Cosmarium
2. Protococcus Protococcus
3. Desmids Desmids

(Unidentified) (Teridentifikasi)

3. 3. BACILLARIOPHYCEAE Bacillariophyceae

1. Melosira Melosira
2. Diatom Diatom

(Unidentified) (Teridentifikasi)

4. 4. PYRROPHYCEAE PYRROPHYCEAE

5. 5. CHRYSOPHYCEAE CHRYSOPHYCEAE

1. Dinobryon Dinobryon

SYSTEMATIC LIST OF ZOOPLANKTON SPECIES IDENTIFIED FROM THE MANDOVI-ZUARI ESTUARIANE SYSTEM & NEAR SHORE WATERS OF GOA DAFTAR sistematis zooplankton IDENTIFIED DARI JENIS MANDOVI-ZUARI ESTUARIANE SYSTEM & DEKAT air SHORE GOA

Phylum: Coelenterata Filum: Coelenterata

Class: Hydrozoa Kelas: Hydrozoa

Order: Hydroida Order: Hydroida

Family: Companulariidae Keluarga: Companulariidae
Blackfordia virginica ( Mayer) Blackfordia virginica (Mayer)

Family: Eirenidae Keluarga: Eirenidae
Eirene menoni (Kramp) Eirene menoni (Kramp)

Family: Eutimidae Keluarga: Eutimidae
Eutima commensalis (Santhakumari) Eutima commensalis (Santhakumari)

Order: Siphonohphora Order: Siphonohphora
Suborder: Chondrophorae Subordo: Chondrophorae
Porpita species Porpita spesies

Phylum: Ctenophora Filum: Ctenophora

Class: Tentaculata Kelas: Tentaculata

Order: Cydippida Order: Cydippida
Pleurobrachia globosa ( Moser) Pleurobrachia globosa (Moser)

Class: Atentaculata Kelas: Atentaculata

Order: Beroida Order: Beroida
Beroe species Beroe spesies

Phylum: Chaetognatha Filum: Chaetognatha

Class: Sagittoidea Kelas: Sagittoidea
Sagitta bedoti (Be'raneck) Sagitta bedoti (Be'raneck)
S. enflata ( Grassi) S. enflata (Grassi)

Phylum: Arthropoda Filum: Arthropoda

Class: Crustacea Kelas: Crustacea
Order: Cladocera Order: Cladocera
Evadne tergestina ( Claus) Evadne tergestina (Claus)
Penilia avirostris, ( Dana) Penilia avirostris, (Dana)

Subclass: Ostracoda Subclass: Ostracoda
Family: Cypridinidae Keluarga: Cypridinidae
Cypridina species Cypridina spesies

Subclass: Copepoda Subkelas: Copepoda
Order: Calanoida Order: Calanoida
Family: Calanidae Keluarga: Calanidae
Nannocalanus minor (Claus) Nannocalanus minor (Claus)
Cosmocalanus darwini (Lubbock) Cosmocalanus darwini (Lubbock)
Undinula vulgaris (Dana) Undinula vulgaris (Dana)
Canthocalanus pauper (Giesbrecht) Canthocalanus miskin (Giesbrecht)

Family: Eucalanidae Keluarga: Eucalanidae
Eucalanus attenuatus (Dana) Eucalanus attenuatus (Dana)
E. mucronatus ( Giesbrecht) E. mucronatus (Giesbrecht)
E. pileatus ( Giesbrecht) E. pileatus (Giesbrecht)
E. subcrassus ( Giesbrecht) E. subcrassus (Giesbrecht)
E. elongatus (Dana) E. elongatus (Dana)

Family: Paracalanidae Keluarga: Paracalanidae
Paracalanus species Paracalanus spesies
Acrocalanus species Acrocalanus spesies

Family: Calocalanidae Keluarga: Calocalanidae
Calocalnus pavo (Dana) Calocalnus Pavo (Dana)
C. plumulosus (Claus) Plumulosus C. (Claus)
C. pubes ( Andronov) C. kemaluan (Andronov)
C. tenuis ( Farran) C. tenuis (Farran)
C. styliremis ( Giesbrecht) C. styliremis (Giesbrecht)

Family: Clausocalanidae Keluarga: Clausocalanidae
Clausocalanus species Clausocalanus spesies

Family: Aetideidae Keluarga: Aetideidae
Euchirella bella ( Giesbrecht) Euchirella bella (Giesbrecht)
E. pulchra (Lubbock) E. pulchra (Lubbock)

Family: Euchaetidae Keluarga: Euchaetidae
Euchaeta rimana ( Bradford) Euchaeta rimana (Bradford)
E. indica ( Wolfenden) E. indica (Wolfenden)
E. concinna ( Dana) E. concinna (Dana)

Family: Scolecithricidae Keluarga: Scolecithricidae
Scolcithricella ctenopus (Giesbrecht) Scolcithricella ctenopus (Giesbrecht)
S. minor ( Brady) S. minor (Brady)

Family: Temoridae Keluarga: Temoridae
Temora turbinata (Dana) Temora turbinata (Dana)
T. discauda ( Giesbrecht) T. discauda (Giesbrecht)
Temoropia mayumbaensis (T. Scott) Temoropia mayumbaensis (T. Scott)

Family: Metridinidae Keluarga: Metridinidae
Pleuromamma indica (Wolfenden) Pleuromamma indica (Wolfenden)
P. gracilis (Claus) P. gracilis (Claus)

Family: Centropagidae Keluarga: Centropagidae
Centropages furcatus (Dana) Centropages furcatus (Dana)
C. tenuiremis ( Thompson and Scott) C. tenuiremis (Thompson dan Scott)
C. alcocki ( Sewell) C. alcocki (Sewell)
C. orsinii ( Giesbrecht) C. orsinii (Giesbrecht)
C. trispinosus ( Sewell) C. trispinosus (Sewell)

Family: Lucicutiidae Keluarga: Lucicutiidae
Lucicutia flavicornis (Claus) Lucicutia flavicornis (Claus)

Family: Augaptilidae Keluarga: Augaptilidae
Haloptilus longicornis (Claus) Haloptilus longicornis (Claus)

Family: Arietellidae Keluarga: Arietellidae
Metacalanus aurivilli (Cleve) Metacalanus aurivilli (Cleve)

Family: Candaciidae Keluarga: Candaciidae
Candacia bradyi ( A. Scott) Candacia bradyi (A. Scott)
C. catula (Giesbrecht) C. catula (Giesbrecht)
C. curta (Dana) C. curta (Dana)
Paracandacia truncata (Dana) Paracandacia truncata (Dana)

Family: Pontellidae Keluarga: Pontellidae
Calanopia minor ( A. Scott) Calanopia minor (A. Scott)
C. elliptica (Dana) C. elliptica (Dana)
C. aurivilli ( Cleve) C. aurivilli (Cleve)
C. thompsoni ( A. Scott) C. thompsoni (A. Scott)
C. herdmani ( A. Scott) C. herdmani (A. Scott)
Labidocera pectinata ( Thompson and Scott) Labidocera pectinata (Thompson dan Scott)
L. pavo ( Giesbrecht) L. Pavo (Giesbrecht)
L. acuta (Dana) L. acuta (Dana)
L. minuta ( Giesbrecht) L. minuta (Giesbrecht)
L. detruncata (Dana) L. detruncata (Dana)
L. stylifera ( Thompson and Scott) L. stylifera (Thompson dan Scott)
Pontella danae ( Giesbrecht) Pontella danae (Giesbrecht)
P. principes ( Dana) P. Principes (Dana)
P. diagonalis ( Wilson) P. diagonalis (Wilson)
Pontellopsis macronyx ( A. Scott) Pontellopsis macronyx (A. Scott)
P. herdmani ( Thompson and Scott) P. herdmani (Thompson dan Scott)
P. scotti ( Sewell) P. Scotti (Sewell)
Pontellina plumata (Dana) Pontellina plumata (Dana)
P. morli ( Fleminger and Hulsemann) P. morli (Fleminger dan Hulsemann)

Family: Tortanidae Keluarga: Tortanidae
Tortanus forcipatus (Giesbrecht) Tortanus forcipatus (Giesbrecht)

Family: Diaptomidae Keluarga: Diaptomidae
Heliodiaptomus cinctus (Gurney) Heliodiaptomus cinctus (Gurney)
H. contortus (Gurney) H. contortus (Gurney)

Family: Pseudodiaptomidae Keluarga: Pseudodiaptomidae
Pseudodiaptomus serricaudatus (T. Scott) Pseudodiaptomus serricaudatus (T. Scott)
P. sewelli ( TC Walter) P. sewelli (TC Walter)
P. bowmani ( TC Walter) P. bowmani (TC Walter)
P. jonesi ( Pillai) P. jonesi (Pillai)
P. annandalei ( Sewell) P. annandalei (Sewell)
P. binghami malayalus ( Wellershaus) P. binghami malayalus (Wellershaus)
P. tollingerae ( Sewell) P. tollingerae (Sewell)

Family: Acatiidae Keluarga: Acatiidae
Acartia ( Dana) Acartia (Dana)
Acartia negligens ( Dana) Acartia negligens (Dana)
A. danae ( Giesbrecht) A. danae (Giesbrecht)
A. amboinensis ( Carl) A. amboinensis (Carl)
A. centrura ( Giesbrecht) A. centrura (Giesbrecht)
A. bowmani ( Abraham) A. bowmani (Abraham)
A. spinicauda ( Giesbrecht) A. spinicauda (Giesbrecht)
A. erythraea ( Giesbrecht) A. erythraea (Giesbrecht)
A. southwelli ( Sewell) A. southwelli (Sewell)
A. pacifica ( Steur) A. pacifica (Steur)
A. tropica ( Ueda & Hiromi) A. tropica (Ueda & Hiromi)

Subgenus: Acartiella ( Sewell) Genus: Acartiella (Sewell)

Acartiella keralensis ( Wellershaus) Acartiella keralensis (Wellershaus)
Ac. Ac. Gravelyi ( Sewell) Gravelyi (Sewell)

Order: Harpacticoida Order: Harpacticoida
Family: Tachidiidae Keluarga: Tachidiidae
Euterpina acutifrons (Dana) Euterpina acutifrons (Dana)

Family: Longipediidae Keluarga: Longipediidae
Longipedia species Longipedia spesies

Family: Ectionsomidae Keluarga: Ectionsomidae
Microsetella species Microsetella spesies

Family: Macrosetellidae Keluarga: Macrosetellidae
Macrosetella species Macrosetella spesies
Miracia efferata (Dana) Miracia efferata (Dana)

Family: Clytemnestridae Keluarga: Clytemnestridae
Clytemnestra scutellata (Dana) Clytemnestra scutellata (Dana)

Order: Cyclopoida Order: Cyclopoida

Family: Oithonidae Keluarga: Oithonidae
Oithona species Oithona spesies

Family: Cyclopoidae Keluarga: Cyclopoidae
Cyclops species Spesies Cyclops

Family: Metidae Keluarga: Metidae
Metis jousseaumei (Richard) Metis jousseaumei (Richard)

Order: Poecilostomatoida Order: Poecilostomatoida

Family: Oncaeidae Keluarga: Oncaeidae
Oncaea species Oncaea spesies

Family: Corycaeidae Keluarga: Corycaeidae
Corycaeus species Corycaeus spesies
Copilia species Copilia spesies

Family: Sapphirinidae Keluarga: Sapphirinidae
Sapphirina species Sapphirina spesies

Family: Bomolochidae Keluarga: Bomolochidae
Bomolochus species Bomolochus spesies

Order: Monstrilloida Order: Monstrilloida

Family: Monstrillidae Keluarga: Monstrillidae
Monstrilla species Monstrilla spesies

Order: Mysidacea Order: Mysidacea

Family: Mysidae Keluarga: Mysidae
Siriella species Siriella spesies

Order: Decapoda Order: Decapoda

Family: Sergestidae Keluarga: Sergestidae
Lucifer hanseni (Nobili) Lucifer hanseni (Nobili)
Acetes species Acetes spesies

Phylum: Chordata Filum: Chordata

Class: Appendiculata Kelas: Appendiculata
Order: Appendicularia Order: Appendicularia
Oikopleura species Oikopleura spesies

Class: Thaliacea Kelas: Thaliacea
Order: Desmomyaria Order: Desmomyaria
Thalia democratica (Forskal) Thalia democratica (Forskal)

Order: Cyclomyaria Order: Cyclomyaria
Doliolum Doliolum species spesies

Source: Dr.SC Goswami Sumber: Dr.SC Goswami
SALT WATER FISH AIR GARAM IKAN

No. Goan names Scientific names No Goan nama nama ilmiah

1. Tambso Lutianus argentimaculatus Tambso Lutianus argentimaculatus
2. Gobro Serranus diacanthus Gobro Serranus diacanthus
3. ' Serranus malabaricus 'Serranus malabaricus
4. " Serranus sexfascicitus "Serranus sexfascicitus
5. " Apogon multitaeniatus "Apogon multitaeniatus
6. Karkaro Therapon therapas Karkaro Therapon therapas
7. " Therapon puta "Therapon puta
8. Callas Pristipoma maculatus Pristipoma Callas maculatus
9. " Diagramma spp. "Diagramma spp.
10. Burbudo Scolopsis leucotaenia Burbudo Scolopsis leucotaenia
11. Shatuk Gerres filamantossus Shatuk Gerres filamantossus
12. Rane Synagris japonicus Rane Synagris japonicus
13. Combo Chactodon vittatus Chactodon combo vittatus
14. " Zanclus cornatus "Zanclus cornatus
15. " Drepane punctata "Drepane punctata
16. Rane Upenioides sulphureus Rane Upenioides sulphureus
17. " Upenioides vittatus "Upenioides vittatus
18. " Upeneus indicus "Upeneus indicus
19. Palu Chyrsophrys datnia Palu Chyrsophrys datnia
20. " Chrysophrys berda "Chrysophrys berda
21. Tambade Pterois russellii Tambade Pterois russellii
22. Unkir corpaenopsis exycephalus Unkir corpaenopsis exycephalus
23. Bande Minous monodactytus Bande Minous monodactytus
24. Ghugum Polycaulis uranoscopus Ghugum Polycaulis uranoscopus
25. Ranwans Polynemus heptadactyius Ranwans Polynemus heptadactyius
26. " Polynemus sextarius "Polynemus sextarius
27. Ghol Pseudosciaena diacanthus Ghol Pseudosciaena diacanthus
28. Dodiaro Sciaena sina Dodiaro Sciaena sina
29. " Sciaena axillaries "Sciaena axillaries
30. " Sciaenoides microdon "Sciaenoides microdon
31. " Otolithus argenteus "Otolithus argenteus
32. Bale Trichiurus muticus Bale Trichiurus muticus
33. Arro Caranx kurra Arro Caranx kurra
34. Sheluk Caranx hippas Sheluk Caranx hippas
35. Arro Caranx rottleri Arro Caranx rottleri
36. Diana Chorinemus toloe Diana Chorinemus toloe
37. " Chorinemus moadetta "Chorinemus moadetta
38. Combo Platax teira Combo Platax teira
39. Khapi Equula dussumieri Khapi Equula dussumieri
40. " Equula insidi atrix "Equula insidi atrix
41. Khapi Equula blochii Khapi Equula blochii
42. " Equuala daura "Equuala daura
43. Saundale Lactarius lactarius Saundale Lactarius lactarius
44. " Psenes indicus "Psenes indicus
45. Surgnti Pampus argenteus Surgnti Pampus argenteus
46. Pamplet Pampus sinensis Pamflet Pampus sinensis
47. Halwa Parastromateus niger Parastromateus halwa niger
48. Hamp Mene maculata Hamp Mene maculata
49. Bangada Rastralliger kanagurta Bangada Rastralliger kanagurta
50. Bokado Thunnus (Kishinoella) tenggo Bokado Thunnus (Kishinoella) tenggo
51. " Thunnus (Neothunnus) albacares "Thunnus (Neothunnus) albacares
52. " Euthynnus affinis – affinis "Euthynnus affinis - affinis
53. Visvan Cybium commersonii Visvan Cybium commersonii
54. " Cybium guttatum "Cybium guttatum
55. " Cybium lineolatus "Cybium lineolatus
56. Morso Elacate nigra Morso Elacate nigra
57. Luski Echeneis remora Luski Echeneis halangan
58. Bhuyari Platycephalus scambar Bhuyari Platycephalus scambar
59. Tonki Sphyraenao btusata barracuda Barracuda Tonki Sphyraenao btusata
60. Dinas Atherina forskali Dinas Atherina forskali
61. Lamb tonki Fistularia serrata Domba tonki Fistularia serrata
62. Lep Psettodes erumei LEP Psettodes erumei
63. " Pseudorhombus javanicus "Pseudorhombus javanicus
64. " Pseudorhombus tricellatus "Pseudorhombus tricellatus
65. Lep Solea ovata LEP solea ovata
66. " Cynoglossus elongates "Cynoglossus berelongasi
67. " Cynoglossumss emifasciatus "Cynoglossumss emifasciatus
68. Tikle lep Synaptura commersoniana Tikle LEP Synaptura commersoniana
69. Sangat Arius thalassinus Sangat Arius thalassinus
70. " Rita spp. "Rita spp.
71. Kodem Plotosus arab Kodem Plotosus arab
72. Buckalhao Saurida tumbil Buckalhao Saurida tumbil
73. Xevane Exocaetus spp. Xevane Exocaetus spp.
74. Bonzale Engraulis purava Bonzale Engraulis purava
75. Tarlo Sardinella longiceps Tarlo Sardinella longiceps
76. Ped Sardinella fimbriata Ped Sardinella fimbriata
77. Velli Kowala Coval Velli Kowala Coval
78. Pedwe Hilsa Ilisha Pedwe Hilsa Ilisha
79. Dawak Pellona indica Dawak Pellona indica
80. Tarsulo Dussumieria acuta Tarsulo Dussumieria acuta
81. " Opisthopterus tartoor "Opisthopterus tartoor
82. Karli Chirocentrus dorab Karli Chirocentrus dorab
83. Valm Muraenex telabonoides Valm Muraenex telabonoides
84. Tadpani Muraena undulata Tadpani Muraena undulata
85. Samudracho ghoddo Hippocampus guttulatus Samudracho ghoddo Hippocampus guttulatus
86. Chamat Tricanthus brevirostris Chamat Tricanthus brevirostris
87. " Monocanthus spp. "Monocanthus spp.
88. Banchocho Ostracium cornutus Banchocho Ostracium cornutus
89. Banchocho Tetradon inaermis Banchocho Tetradon inaermis
90. " Diodon hystrix "Diodon hystrix
91. Mori Carchcarius melanoptera Mori Carchcarius melanoptera
92. " Carchcarius palsorroh "Carchcarius palsorroh
93. " Scoliodon serrakewah "Scoliodon serrakewah
94. Kanara mori Zygaena blochii Kanara mori Zygaena blochii
95. " Zygaena malleus "Zygaena maleus
96. Sunare Stegostoma tigrinum Sunare Stegostoma tigrinum
97. " Chiloscyllium indicum "Chiloscyllium indicum
98. Vimsi Pristis cuspidatus Vimsi Pristis cuspidatus
99. " Pristis perrotteti "Pristis perrotteti
100. Phadke Rhynchobatus oljeddensis Phadke Rhynchobatus oljeddensis
101. " Rhinobatus granulatus "Rhinobatus granulatus
102. Shokk Narcine timlei Shokk Narcine timlei
103. Waghole Trygon bleckeri Waghole Trygon bleckeri
104. " Trygon imbricata "Trygon imbricata
105. " Trygon sephan "Trygon sephan
106. Shavane Myliobatis nieuhofii Shavane Myliobatis nieuhofii
107. waghole Aetobatis narinari waghole Aetobatis narinari
108. Waghi Penaeus Monodon Waghi Penaeus Monodon
109. Sungot Penaeus indicus Sungot Penaeus indicus
110. Sungot Penaeus canaliculatus Sungot Penaeus canaliculatus
111. " Penaeus semisulcatus "Penaeus semisulcatus
112. " Metapenaeus monoceros "Metapenaeus monoceros
113. Solar Metapenaeus dobsoni Solar Metapenaeus dobsoni
114. " Metapenaeus affinis "Metapenaeus affinis
115. " Metapenaeus brevicornis "Metapenaeus brevicornis
116. " Parapenaeopsis stylifera "Parapenaeopsis stylifera
117. Para Penaeopsis hardwickii Para Penaeopsis hardwickii
118. Galmo Acetes spp. Galmo Acetes spp.
119. Sungat Hippolysmata ensirostris Sungat Hippolysmata ensirostris
120. Shivod Panulirus homarus Shivod Panulirus Homarus
121. " Panulirus polyphagus "Panulirus polyphagus
122. Kulli Scylla serrata Kulli Scylla serrata
123. Kulli Portunus pelagicus Kulli Portunus pelagicus
124. " Portunus sanguinolentus "Portunus sanguinolentus
125. Vichu Squilla spp. Vichu Squilla spp.
126. Bebo Sepia spp. Bebo Sepia spp.
127. Manki Loligo spp. Manki Loligo spp.
128. " Octopus spp. "Octopus spp.
129. Tissario Paphia spp. Tissario Paphia spp.
130. Sinani Mytilum spp. Sinani Mytilum spp.
131. " Mytilus viridis "Mytilus viridis
132. Kalwa Crassostrea spp. Kalwa Crassostrea spp.

FRESH WATER FISH FRESH AIR IKAN

No. Goan names Scientific names No Goan nama nama ilmiah

1. Chanak Lates calcarifer Chanak Lates calcarifer
2. Tambso Lutianus Johnii Tambso Lutianus Johnii
3. Burranto Ambassis commersonii Burranto Ambassis commersonii
4. Burranto Ambassis gymnocephalus Burranto Ambassis gymnocephalus

literatur ikan tambakan

Ikan mempunyai makanan yang berbeda. Jika dilihat dari jenis makanannya maka ikan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu herbivora, karnivora dan omnivora. Berdasarkan cara makannya ikan dibedakan menjadi lima golongan yaitu pemangsa (predator), penggerogot (grazer), penyaring (strainer), penghisap (sucker) dan parasit (Mudjiman, 2001).
Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki cita rasa yang lezat dan kandungan protein yang tinggi sehingga banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, ikan ini juga dijadikan ikan hias karena bentuk dn gerakannya yang cukup menarik. Karena mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan konsumsi dan ikan hias, sehingga diharapkan nantinya ikan ini bisa menjadi ikan yang menjanjikan keuntungan bagi pembudidayanya (Desrino, 2009).
Ikan Tambakan adalah jenis ikan omnivora, makanan utama ikan ini adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil seperti plankton dan alga yang hidup menempel pada akar tumbuhan air dan substrat. Ikan tambakan juga menyukai jenis makanan seperti cacing Tubifex dan cacing tanah yang berukuran kecil (Wiki, 2005).
Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil.
Ikan dari genus Osteichilus ukuran panjang tubuhnya lebih besar daripada tinggi tubuhnya, badannya ditutupi dengan sisik cicloid atau stenoid, sirip ekor bercagak dua dan bentuknya simetris, mulutnya terletak didepan kepala dan menyerupai gelembung rehang yang terbagi dalam dua bagian, bagian belakang lebih kecil daripada bagian depan. Dari bentuk tubuh dan sisiknya, ikan ini habitatnya adalah sungai, selain itu suka hidup dirawa-rawa dan danau, menyukai perairan yang berarus sedang dan diperairan yang lebar dengan air yang jernih dan banyak ditumbuhi tanaman. Diperairan umum, ikan ini memijah pada musim penghujan (Aimeri, 2007).

dreams(the cranberries)

Oh my life is changing everyday
Every possible way
Though my dreams, it’s never quite as it seems
Never quite as it seems

I know I felt like this before
But now I’m feeling it even more
Because it came from you

Then I open up and see
The person fumbling here is me
A different way to be

I want more, impossible to ignore
Impossible to ignore
They’ll come true, impossible not to do
Impossible not to do

Now I tell you openly
You have my heart so don’t hurt me
For what I couldn’t find

Talk to me amazing mind
So understanding and so kind
You’re everything to me

Oh my life is changing everyday
Every possible way
Though my dreams, it’s never quite as it seems
’cause you’re a dream to me
Dream to me

Linger(the cranberries)

Linger
Artist: Cranberries
If you, if you could return
Don’t let it burn, don’t let it fade
I’m sure I’m not being rude
But it’s just your attitude
It’s tearing me apart
It’s ruining everything
And I swore, I swore I would be true
And honey so did you
So why were you holding her hand
Is that the way we stand
Were you lying all the time
Was it just a game to you

But I’m in so deep
You know I’m such a fool for you
You got me wrapped around your finger
Do you have to let it linger
Do you have to, do you have to
Do you have to let it linger

Oh, I thought the world of you
I thought nothing could go wrong
But I was wrong
I was wrong
If you, if you could get by
Trying not to lie
Things wouldn’t be so confused
And I wouldn’t feel so used
But you always really knew
I just wanna be with you

And I’m in so deep
You know I’m such a fool for you
You got me wrapped around your finger
Do you have to let it linger
Do you have to. do you have to
Do you have to let it linger

And I’m in so deep
You know I’m such a fool for you
You got me wrapped around your finger
Do you have to let it linger
Do you have to, do you have to
Do you have to let it linger

You know I’m such a fool for you
You got me wrapped around your finger
Do you have to let it linger
Do you have to, do you have to
Do you have to let it linger

Ode to my family(the cranberries)

Ode to my family
Doo, doo, doo, doo, doo, doo, doo, doo...

Understand the things I say, don't turn away from me,
'Cause I've spent half my life out there, you wouldn't disagree.
Do you see me? Do you see? Do you like me?
Do you like me standing there? Do you notice?
Do you know? Do you see me? Do you see me?
Does anyone care?

Unhappiness where's when I was young,
And we didn't give a damn,
'Cause we were raised,
To see life as fun and take it if we can.
My mother, my mother,
She hold me, she hold me, when I was out there.
My father, my father,
He liked me, oh, he liked me. Does anyone care?

Understand what I've become, it wasn't my desing.
And people ev'rywhere think, something better than I am.
But I miss you, I miss, 'cause I liked it,
'Cause I liked it, when I was out there. Do you know this?
Do you know you did not find me. You did not find.
Does anyone care?

Unhappiness where's when I was young,
And we didn't give a damn,
'Cause we were raised,
To see life as fun and take it if we can.
My mother, my mother,
She hold me, she hold me, when I was out there.
My father, my father,
He liked me, oh, he liked me.

Does anyone care?... X9
Doo, doo, doo, doo, doo, doo, doo, doo...

parasit ikan

Berikut ini beberapa istilah yang perlu dipahami dalam mempelajari parasit dan penyakit ikan:

— Parasit : organisme yang dalam hidupnya menumpang pada inang dan bersifat merugikan.

— Penyakit ikan : suatu kondisi ketidak normalan yang terjadi pada tubuh ikan.

— Pathogen atau bibit penyakit : organisme yang menyebabkan terjadinya serangan penyakit.

— Lingkungan : lokasi/daerah/tempat inang (ikan/udang/organisme air lainnya) dan pathogen hidup

— Hama ikan : organisme pengganggu yang dpt merugikan dlm bidang perikanan

— Vektor : organisme, bahan atau material lain yang dpt menjadi perantara penularan penyakit ikan

— Pengendalian : upaya menanggulangi serangan penyakit ikan (pencegahan dan pengobatan)

Beberapa pengertian menurut UU NO.16 2002 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan:

1. Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia;
2. Karantina hewan, ikan, dan tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, atau organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia;
3. Hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, atau organisme pengganggu tumbuhan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian hewan, ikan, atau tumbuhan;
4. Hama dan penyakit hewan karantina adalah semua hama dan penyakit hewan yang ditetapkan Pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam, tersebarnya di dalam, dan keluarnya dari wilayah negara Republik Indonesia
5. Hama dan penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu tumbuhan karantina adalah semua hama dan penyakit ikan atau organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan Pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam wilayah negara Republik Indonesia

Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)

Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)

Oktober 10, 2009 in Ikan Air Tawar

Klasifikasi dari ikan Betutu (Lie Siauw foey, 1968 dalamKomarudin, 2000):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Superkelas : Pisces

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Subordo : Gobiodea

Family : Eleotridae

Species : Oxyeleotris marmorata

Gambar Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)

Betutu (Oxyeleotris marmorata) memiliki nama lokal yang beragam, yaitu bloso, ikan malas, ikan bodoh (Jawa); bakut, batutuk, belutu, ikan hantu (Kalimantan); bakut, beluru, bekutut (Sumatera). Menurut Komarudin, (2000), nama yang paling populer adalah betutu, sekaligus digunakan sebagai nama resmi dalam dunia perikanan di Indonesia.

Morfologi

Tubuh betutu terdiri dari kepala, badan dan ekor dengan perbandingan ketiganya 1 : 4 : 1. Tubuh besar pada bagian kepala kemudian mengecil ke bagian ekor. Kepala bisa dibilang besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh. Tutup insang, mata, hidung, mulut menghiasi bagian itu. Tutup insang berupa lempengan yang menutup bagian belakang kepala yang bisa membuka dan menutup. Mata kecil dengan bagian tengah berwarna coklat muda dan bagian tepi berwarna coklat agak tua yang melingkar seperti cincin. Hidung juga kecil dan terletak di bagian atas kepala. Sedangkan mulut berada di depan kepala yang membelah hampir sebagian kepala.

Seluruh tubuhnya ditutup dengan sisik-sisk kecil, mulai dari belakang kepala sampai perbatasan pangkal ekor dengan warna dasar coklat muda. Pada bagian tertentu adan bercak-bercak hitam dan coklat tua, yang divariasi dengan titik-titik dengan warna yang sama. Pada bagian itu pula, sirip-siripnya menempel. Betutu memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubuh dan sirip ekor. Kelima sirip nampak besar (Komarudin, 2000).

Habitat dan Persebaran

Ikan ini banyak ditemukan di perairan yang tenang, seperti danau, rawa, waduk, dan perairan tenang lainnya, terutama di Pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Hidup bukan di daerah yang dalam, tetapi lebih suka di daerah yang dangkal. Ikan betutu tidak senang pada perairan yang deras, karena ikan ini sangat fasif, atau lebih banyak diam. Ikan betutu juga banyak ditemukan di negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Penyebarannya tidak seluas ikan sidat yang mendunia. Ikan betutu hanya tersebar di Asia Tenggara saja (Usniarie, 2008).

Ikan Manyung (Arius thalassinus)

Ikan Manyung (Arius thalassinus)
KLASIFIKASI
Menurut Saanin (1968), ikan Manyung (Arius thalassinus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Ostariophysis
Famili : Ariidae
Genus : Arius
Spesies : Arius thalassinus
Arius thalassinus tergolong pada famili Ariidae, mempunyai duri pada sirip dada dan sirip punggung depan. Sirip punggung belakang bentuknya kecil dan tidak berjari sirip yang dinamakan sirip lemak. Sungut ada tiga pasang yaitu dua pasang pada rahang bawah dan satu pasang pada rahang atas serta langit-langit bergigi, dan pemakan udang, moluska serta ikan kecil lainnya (Djuhanda, 1981).

MORFOLOGI
Ikan Manyung hidup di perairan estuari dan laut. Kebanyakan ikan ini hidup di dua habitat, yaitu mula-mula di air tawar lalu beruaya ke perairan estuari untuk memijah. Ruaya ikan Manyung ini sampai ke laut lepas. Ikan Manyung dapat dikelompokan sebagai ikan demersal besar. Bentuk badan memanjang, kepala picak (gepeng), bersungut tiga pasang (dua pasang pada rahang bawah dan satu pasang pada rahang atas). Perisai kepala beralur dan berbintik (www.pelabuhanperikanan.or.id).
Ciri khusus dari ikan ini adalah adanya adipose fin, yaitu sirip tambahan berupa lemak yang terletak dibelakang sirip dorsal dan tidak berhubungan. Sirip punggung, dada, dan dubur masing-masing berjari keras satu dan mengandung bisa. Sirip lengkap yaitu sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan caudal. Mulut tidak dapat disembulkan dengan posisi mulut terminal. Linea literalis lengkap berada di permukaan kulit, karena tidak mempunyai sisik dan berada di atas sirip pektoral. Warna merah sawo atau merah sawo keabuan bagian atas, putih merah maya-maya bagian bawah. Sisip-siripnya (punggung, dubur) ujungnya gelap. Jenis ikan ini dapat berukuran besar. Umumnya tertangkap pada ukuran 250-700 mm dan dapat mencapai panjang 1500 mm. Berat ikan Manyung berkisar antara 190-4500 gram pada panjang 195-580 mm, dan 553-5000 gram pada panjang 280-600 mm (www.pelabuhanperikanan.or.id).

PENYEBARAN DAN HABITAT
Menurut Kailola (1980) dalam Moosa (1987), suku Ariidae hidup di ketiga wilayah tropis dunia, yaitu Atlantik tengah, Laut Merah, dan Samudera Hindia hingga ke Indonesia, Filipina, Taiwan, Papua Nugini dan Australia Utara. Pusat penyebaran utama suku Ariidae ini berada di bagian Utara Amerika, Selatan India, Indonesia, dan Papua Nugini. Penyebaran ikan Manyung di Indonesia meliputi perairan laut barat Sumatera Selatan, Jawa, Selat Malaka, Timur Sumatera, Utara Jawa, Bali-Nusa Tenggara Timur, Selatan dan Barat Kalimantan, Selatan Sulawesi, Utara sulawesi, Maluku dan Irian. Menurut Suhendra (1991), ikan Manyung di Indonesia ini banyak ditemukan hampir di seluruh perairan pantai Indonesia terutama pada pantai yang ada muara sungainya (estuari), yaitu pada dasar perairan muara sungai menuju laut pada kedalaman 20-100 m.
Diposkan oleh vivacious di 19:26

Sabtu, 20 Maret 2010

ASAM DAN BASA

ASAM DAN BASA
I. Konsep asam basa
Larutan asam dan larutan basa merupakan larutan elektrolit. Larutan tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

A. Arrhenius (1884)
Asam adalah zat yang yang dapat memberikan ion H+ bila dilarutkan dalam air..
Ex. HCl (aq) + H2O H3O+ + Cl-
HCl (aq) H+ + Cl-
Asam yang menghasilkan banyak menghasilkan ion H+ disebut asam kuat. Sedangkan asam yang menghasilkan ion H+ yang sedikit disebut juga dengan asam lemah.
Basa adalah zat yang menghasilkan ion OH- bila direaksikan dalam air.
Ex. NaOH (aq) Na+ + OH-
Basa yang menghasilkan banyak menghasilkan ion OH- disebut basa kuat. Sedangkan basa yang menghasilkan ion OH- yang sedikit disebut juga dengan basa lemah.
 Bronsted-Lowry (1923)
- Asam adalah senyawa yang dapat memberikan proton kepada senyawa lain (donor proton).

Ex. HCl + H2O H3O+ + Cl-
HSO4- + H2O H3O+ + SO42-
- Basa adalah senyawa yang dapat menerima proton dari senyawa lain (penerima proton).
Ex. NH3 + H2O NH4+ + OH-
CH3COO + H2O CH3COO+ + OH-
 Lewis (Gilber Newton Lewis, 1923)
Asam adalah penerima (akseptor) pasangan electron.
Basa adalah penderma (donor) electron
Teori Arrhenius
Teori air-ion Bronsted-Lowry
Teori proton Lewis
Teori elektron
Asam Menghasilkan H+ dalam air Penderma proton Penerima pasangan electron
Basa Mengahasilkan OH- dalam air Penerima proton Penderma pasangan electron
Penetralan Pembentukan air Perpindahan proton Pembentukan ikattan kovalen
Reaksi H+ + OH- = H2O HA + B HB+ + A- A + B A : B

Batasan Hanya larut dalam air Hanya reaksi perpindahan proton Teori yang lebih umum

II. Hidrolisa
Hidrolisa adalah reaksi penguraian asam dan basa jika bereaksi dengan air. Asam dan basa jika dihidrolisa akan menghasilkan ion H+ dan OH-. Banyak atau sedikit ion yang dihasilkan akan membedakan sifat kekuatan atau lemahnya dari asam atau basa.
a. Asam kuat
Asam yang menghasilkan banyak menghasilkan ion H+ disebut asam kuat.
b. Basa kuat
Basa yang menghasilkan banyak menghasilkan ion OH- disebut basa kuat.
c. Asam lemah
Asam yang menghasilkan ion H+ yang sedikit disebut juga dengan asam lemah.
d. Basa lemah
Basa yang menghasilkan ion OH- yang sedikit disebut juga dengan basa lemah.
Asam kuat Nama Asam lemah Nama
HCl
HBr
HI
HNO3
H2SO4
HClO3
HClO4 Asam klorida
Asam bromide
Asam iodide
Asam nitrat
Asam sulfat
Asam klorat
Asam perklorat HF
CH3COOH
HCN
H2S
H3PO4
HNO2
H2CO3 Asam flourida
Asam asetat
Asam sianida
Asam sulfide
Asam fosfat
Asam nitrit
Asam karbonat

Basa kuat Nama Basa lemah Nama
NaOH
KOH
Ca(OH)
Sr(OH)2
Ba(OH)2 Natrium hidroksida
Kalium hidroksida
Kalsium hidroksida
Stronsium hidroksida
Barium hidroksida NH3
Al(OH)3

Fe(OH)3
Ammonia
Aluminium hidroksida
Besi (III) hidroksida

 Pengukuran pH Larutan
pH adalah derajat keasaman yang menyatakan jumlah konsentrasi ion H+ dalam larutan. Derajat keasaman atau pH tersebut mempunyai harga dari 0 (nol) sampai dengan 14 (empat belas), yang dapat ditulis dengan diagram sebagai berikut:











Didalam laboratorium pH larutan dapat ditentukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu:
1. Beberapa indikator
Mengukur pH larutan elektrolit A dengan cara titrasi. Mengamati perubahan dari perubahan warna. Indikator dalam bentuk larutan bermacam-macam seperti: metal jingga, metal merah, bromintimol biru dan fenolfltalein.
Indikator yang paling sederhana digunakan adalah kertas lakmus (lakmus merah dan lakmus biru). Perubahan terjadi jika kertas lakmus dicelupkan dalam larutan yang akan diukur pH:
- Larutan asam : memerahkan kertas lakmus biru
- Larutan basa : membirukan kertas lakmus merah
- Larutan netral : tidak mengubah warna lakmus
2. Indikator universal
Merupakan gabungan dari beberapa indikator. Ada yang berupa kertas serap yang dikemas dalam kotak yang dilengkapi dengan warna. Penggunaan dengan mencelupkan kedalam larutan yang akan diukur pH kemudian bandingkan dengan perubahan warna yang terjadi dengan peta warna yang tersedia, hasil yang ditunjukkan sesuai dengan skala pH
3. Menggunakan pH meter
pH meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang sangat tinggi. Daoat menyatakan pH larutan sampai dua angka desimal. Cara menggunakan pH meter yang sangat sedehana, yaitu dengan mencelupkan alat yang menghubungkan larutan yang akan diperiksa dengan pH meter.

 Skala pH
pH angka yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Asam kuat : [H+] = a. Ma
Asam Lemah : [H+] =
Basa kuat : [OH-] = b. Mb
Basa lemah : [OH-] =
Ket: a = valensi asam kuat
Ma = konsentrasi larutan dalam molaritas
Ka = konstranta asam lemah
b = valensi basa kuat
Mb = konsentrasi larutan dalam molaritas
Kb = konstanta basa lemah
pH = - log [H+]
pOH = - log [OH-]
pH = 14 – pOH
Larutan netral : pH = 7
Larutan asam : pH < 7
Larutan basa : pH > 7

Satu molekul asam yang dalam pelarut air dapat memberikan satu ion H+ disebut asam monoprotik dan dapat memberikan dua ion H+ dalam larutannya disebut asam diprotik, sedangkan yang dapat memberikan tiga ion H+ dalam larutannya disebut asam triprotik. Dari jenis asam ini akan dapat menentukan jenis asam kuat atau lemah. Untuk asam kuat akan menunjukan valensi asam (a)
Ex. Asam bervalensi satu:
HNO3 → H+ + NO3- (valensi 1)
H2SO4 → 2H+ + SO42- (valensi 2)
Sama dengan halnya dengan basa juga dapat memberikan satu ion OH-, valensi basa (b) = 1. Untuk membedakan basa kuat dan basa lemah:
Basa kuat : semua golongan logam IA (alkali) kecuali H valensi basa (b)= 1, serta golongan logam II A (alkali tanah) kecuali Be valensi basa = 2.
Basa lemah : semua logam kecuali golongan IA dan IIA.
Contoh soal:
 pH larutan asam kuat dan basa kuat:
1. Hitung pH larutan dari:
a. Larutan 0,1 M HNO3
Jawab :
HNO3 →H+ + NO3-
0,1M 0,1M 0,1 M
[H+] = [HNO3] = 1 x 0,1 M = 1. 10-1
pH = - log [H+]
= - log 1.10-1
= 1- log 1 = 1- 0 = 1
b. Larutan 0,005 M H2SO4
Jawab:
H2SO4 → 2H+ + SO42-
0,005M 2x0,005M 0,005M
[H+] = 2 x 0,005 M = 0,01 = 1. 10-2
pH = - log [H+]
= - log 1.10-2
= 2- log 1 = 2 – 0 = 2
2. Hitung pH larutan dari:
a. Hitung pH 7,4 gram Ca(OH)2 dalam 250 mL!
Jawab:
M Ca(OH)2 = mol x
= x = 0,4 M
Ca(OH)2 → Ca+2 + 2 OH-
0,4M 0,4M 2 x 0,4 M
[OH-] = 2 x 0,4 M = 0,8 M
pOH = - log [OH-]
= - log 8.10-1
= 1 – log 8
= 1- 0,9 = 0,1
pH = 14 – 0,1 = 13,9
b. Larutan NaOH 0,002 M!
Jawab:
NaOH Na+ + OH-
[OH-] = 0,002 M = 2.10-3
pOH = - log 2.10-3
= 3 – log 2
= 3- 0,47 = 2,53
pH = 14 – 2,53 = 11,47

 Tetapan ionisasi (derajat ionisasi) asam dan basa
Berdasarkan banyaknya ion yang dihasilkan pada ionisasi asam dan basa dalam larutan maka kekuatan asam dan basa dikelompokkan menjadi asam kuat dan asam lemah serta basa kuat dan basa lemah. Kekuatan asam dan basa tersebut dapat dinyatakan dengan derajat ionisasi (α).


- Tetapan ionisasi asam lemah
HA (aq) H+(aq) + A-(aq)
Jika [HA] mula-mula = Ma
Derajat ionisasi HA = α
HA yg terionisasi = Ma. α
HA sisa = Ma – Ma α
Konstanta kesetimbangan ionisasi asam lemah (Ka)
Ka
Karena [H+] = [A-] (koefisien sama), dan [HA] sisa = [HA] mula-mula (derajat ionisasi sangat kecil), maka:
Ka =
[H+]2 = Ka. Ma
[H+] =

HA (aq) H+(aq) + A-(aq)
Ma Ma. α Ma. α
Karena: [H+] = Ma. α dan [HA] = Ma
[H+] =
Maka: Ma.α =
α =

- Tetapan ionisasi basa lemah
LOH (aq) L+(aq) + OH-(aq)
Jika [LOH] mula-mula = Mb
Derajat ionisasi LOH = α
LOH yg terionisasi = Mb. α
LOH sisa = Mb – Mb α
Konstanta kesetimbangan ionisasi basa lemah (Kb)
Kb
Karena [L+] = [OH-] (koefisien sama), dan [LOH] sisa = [LOH] mula-mula (derajat ionisasi sangat kecil), maka:
Kb =
[OH-]2 = Kb. Mb
[OH-] =
Dengan cara yang sama seperti asam lemah, diperoleh:

Contoh soal:
1. Tentukan pH dari larutan CH3COOH 0,01 M dalam air, dimana Ka= 1.75.10-5?
Jawab:
CH3COOH(aq) H+(aq) + CH3COO-(aq)
[H+] =
=
=
[H+] = 4,18 x 10 -4
pH = - log [H+]
= - log 4,18 x 10 -4
= 4 – 0,62 = 3,37

2. Tentukan pH dan derajat ionisasi dari HF 0,01 M , Ka= 1.10-4?
Jawab:
HF(aq) H+(aq) + F-(aq)
[H+] =
=
=
[H+] = 1x10-3
pH = - log [H+]
= - log 1x10-3
= 3- log 1 = 3

3. Tentukan pH larutan 0,1 M amonia (NH3) dalam air bila derajat ionisasi 0,014, Kb = 1,8x10-5?
Jawab:
NH3(aq) + H2O(aq) NH+(aq) + OH-(aq)
[OH-] = α . Mb
= 0,014 x 0,1
= 0,0014 = 1,4x10-3
pOH = - log 1,4x10-3
= 3 – log 1,4
= 2,85
pH = 14 – pOH
= 14 – 2,85
= 11,15
4. Tentukan pH dari hidrazin (NH2BH2) 0,04 M, Kb = 1.7x10-6
Jawab:
[OH-] =
=
pOH = - log 2,6x10-4
= 4 – log 2,6
= 3,58
pH = 14 – pOH
= 14 – 3,58
= 10,42
 Garam
Jika larutan asam dan basa dicampur dalam perbandingan yang tepat, sifat asam dan sifat basa dua macam larutan itu dapat saling meniadakan. Jika larutan tersebut airnya diuapkan sampai kering maka sisanya adalah zat padat yang disebut garam. Reaksi yang terjadi jika larutan asam dan basa dicampur dalam perbandingan yang tepat disebut dengan reaksi penetralan.
Garam merupakan berasal dari asam atau basa lemah yang dilarutkan ke dalam air, maka ion-ion tersebut diuraikan oleh air (mengalami hidrolisis) menghasilkan H+ atau OH-, sehingga larutan garam tersebut bersifat asam atau basa.


Untuk mengetahui konsentrasi dan pH larutan garam dengan cara Titrasi. Titrasi adalah metode analisa penentuan larutan
Titk ekivalen
Dalam titrasi titk ekivalen tersebut dites
Cara analisis pengukuran jumlah larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat
- Garam dari asam kuat dan basa kuat (tidak terhidrolisis), bersifat netral pH = 7
- Garam dari asam lemah dan basa kuat (terhidrolisis sebagian), bersifat basa, pH > 7

- Garam dari asam kuat dan basa lemah (terhidrolisa sebagian), bersifat asam, pH < 7

- Garam dari asam lemah dan basa lemah (terhidrolisis sempurna), pH bervariasi.


III. Larutan penyangga (buffer)
Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang terdiri dari campuran asam atau basa konjungasinya (garam), yang mempunyai pH konstan (tetap) meski ditambah dengan sedikit asam atau basa. pH larutan buffer ini tidak berubah dikarenakan ion H+ dan OH- yang datang segera ditangkap oleh partikel-partikel zat tertentu.
Ada dua jenis larutan penyangga:
a. Campuran asam lemah dan basa konjugasinya (garam)

b. Campuran basa lemah dan asam konjugasinya (garam)

Daur Belerang (Sulfur)

Daur Belerang (Sulfur)

Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4).
Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
Sulfur / belerang diudara karena adanya aktifitas gunung berapi , juga karena pembakaran bahan bakar fosil (SO2) yang oleh hujan akan dibawa ke daratan kembali untuk dirubah menjadi Sulfat yang penting untuk tumbuhan .
Yang terpenting untuk dipahami dalam siklus Biogeokimia (siklus apa saja) ini ada 3 hal pokok yaitu
1. terjadi daur aliran zat kimia dari Bio ke Geo atau dari Mahkluk hidup ke Bumi ( penguraian , zat sisa ekskresi.fotosintesis , respirasi dll yang ditujukan kebumi dari mahkluk hidup)
2. terjadi daur aliran zat kimia dari Geo ke Bio yang tidak lain adalah pemanfaatan zat kimia entah dalam bentuk organik maupun anorganik, biasanya oleh tumbuhan lewat akarnya, ataupun segala yang ada di bumi yang dimanfaatkan untuk survivalnya entah itu respirasi,fotosintesis)
3. terjadi daur aliran zat kimia dari Geo ke Geo maksudnya senyawa kimia di udara bisa pindah ke darat misalnya lewat hujan - darat ke udara - darat ke air - air ke darat dll karena pelapukan , erosi, pengendapan . Yang tentu semua itu pasti untuk suatu keseimbangan . OK
untuk daur aliran zat dari Bio ke Bio tentu sudah anda bisa ketahui di Rantai makanan atau Jaring makana

zombie

Zombie….

Another head hangs lowly,

Child is slowly taken

And the violence caused such silence,

Who are we mistaken?
But you see, it's not me, it's not my family

In your head, in your head they are fighting,

With their tanks and their bombs,

And their bombs and their guns

In your head, in your head, they are crying...

In your head, in your head,

Zombie, zombie, zombie,

Hey, hey, hey

What's in your head,

In your head,

Zombie, zombie, zombie?

Hey, hey, hey, hey, oh, dou, dou, dou, dou, dou...

Another mother's breakin',

Heart is taking over

When the vi'lence causes silence,

We must be mistaken

It's the same old theme since nineteen-sixteen

In your head, in your head

they're still fighting,

With their tanks and their bombs,

And their bombs and their guns

In your head, in your head, they are dying...

In your head, in your head,

Zombie, zombie, zombie,

Hey, hey, hey. What's in your head,

In your head,

Zombie, zombie, zombie?

Hey, hey, hey, hey, oh, oh, oh,

Oh, oh, oh, oh, hey, oh, ya, ya-a...

budidaya tiram

BUDIDAYA TIRAM MUTIARA

1. PENDAHULUAN
Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia. Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).
2. PEMILIHAN LOKASI
1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3. Kecerahan cukup tinggi.
4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 0 C.
7. Bebas pencemaran.
3. PEMASANGAN INTI
1. Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2. Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam(nacre)terlihat jelas

Gambar Pemasangan Inti Mutiara Bulat
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
o Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
o Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
o Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.


4. PEMELIHARAAN
1. Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
4. Pemasangan inti mutiara blister










5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.
6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.

7. KONTAK HUBUNGAN
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.

A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.

Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).

Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.

Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis
plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.

C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.
Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.
Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.
2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi
penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008
Tiram Mabe
Pteria pinguin merupakan salah satu jenis tiram mabe yang dibudidayakan sebagai penghasil mutiara sebelah (half pearl). Jenis tiram ini terdapat di perairan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Tiram mabe merupakan pemakan plankton dengan cara penyaringan (filter feeder). Oleh karena itu, lokasi tempat budi dayanya harus cukup subur.

Hasil analisa isi perut tiram mabe menunjukkan bahwa hewan air tersebut pemakan plankton, khususnya ganggang kersik, seperti Nitzschia spp., Chaetoceros, Thalassiotrix, dan Coscinodiscus spp.

Budi daya tiram mabe yang dimaksud dalam tulisan ini terutama dalam proses pengumpulan benih sampai mencapai ukuran siap untuk operasi penyuntikan inti yang berukuran lebar cangkang 7-9 cm. Pengumpulan benih ini sudah biasa dilakukan masyarakat, yang hasilnya akan dijual ke pengusaha budi daya tiram mutiara untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan inti, pembesaran dan panen biji mutiara.
A. Sistematika
Famili : Pteridae
Spesies : Pteria pinguin
Nama dagang : wing's oyster
Nama lokal : tiram kupu-kupu
B. Ciri-ciri dan aspek biologi
1. Ciri fisik
Cangkang berbentuk bujur telur yang agak miring. Telinga sebelah belakang berkembang menyerupai sayap. Engsel cangkangnya memiliki 1-2 gigi (tonjolan) kecil. Sudut engsel
menonjol dan tampak jelas. Permukaan bagian luar cangkang kasar bersisik. Lebar cangkang lebih dari tingginya. Cangkangnya berwarna hitam. Bagian nonnacrea pada cangkang sebelah dalam relatif besar.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan tiram mabe banyak dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus yang optimal untuk pertumbuhan tiram mabe berada pada kisaran 20-40 cm/detik. Pada kondisi lingkungan dengan kecepatan arus di atas 20 cm/detik, laju pertumbuhnya dapat mencapai 15 mm/bulan atau 20 g/bulan.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Tiram mabe hidup di perairan laut berkadar garam tinggi 32— 35 ppt, suhu 20-25 derajat celsius Kecerahan tinggi (> 5 m), dasar perairan berupa lapisan karang mati, kondisi perairan subur, dan berarus sedang.
D. Wadah Budi Daya
pengumpulan tiram mabe menggunakan jaring sebagai spat collector untuk penempelan larva tiram mabe dan dipasang pada perairan teluk, kemudian dipanen pada bulan ke 10 setelah pemasangan spat collector.
Kolektor terbuat dari jaring nilon dengan ukuran mata jaring 4-6 inci dan tali ris nilon ukuran 4 atau 5 mm. Luas jaring 7 m x 1,5 m yang dipasang pada frame kayu, kemudian digantung di rakit pada kedalaman 15-25 m dan menggunakan pemberat dari batu.
Pembesaran tiram mabe yang telah disuntik inti menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit. Rakit yang berukuran 4 m x 4 m dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Keranjang yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan berbentuk empat persegi panjang yang rangkanya terbuat dari besi begel dan kantongnya dari bahan jaring. Ukuran keranjang cukup 0,4 m x 0,6 m. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Benih yang diperlukan untuk budi daya tiram ini masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan spat collector. Cara lainnya adalah mengumpulan tiram muda atau yang berukuran lebih besar yang hidup menempel secara alami pada berbagai substrat yang ada di dalam air. Dewasa ini benih hasil hatchery belum tersedia.
2. Penebaran benih
Pada kegiatan ini lebih banyak ditekankan pada proses pengumpulan benih menggunakan spat kolektor. Adapun penebaran benih dilakukan setelah penyuntikan inti. Keranjang/ jaring untuk pemeliharaan tiram mabe berukuran o,4 m x o,6 m yang berisi 6 ekor tiram. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang/jaring.
3. Pembesaran
Pembesaran jenis tiram ini dilakukan di laut dengan menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit yang terbuat dari bambu atau kayu. Caranya adalah benih yang sudah cukup ukurannya (4-6 cm) ditempatkan dalam keranjang setelah dibersihkan dan dipelihara selama 6 bulan.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada tiram mabe adalah organisme pembusuk, pengebor cangkang, dan predator. Hama organisme pembusuk dapat diberantas/dicegah dengan cara pembersilian cangkang tiram secara rutin, yaitu perendaman dalam air tawar selama beberapa jam.
G. Panen
Panen tiram mabe dapat dilakukan setelah kolektor jaring dipasang (terendam) selama 8— 10 bulan. Panen dengan cara pengambilan tiram yang menempel pada jaring. Tiram mabe yang sudah cukup ukuran operasi, yaitu sekitar 7-9 cm langsung dijual kepada pengusaha mutiara. Namun, tiram yang ukurannya < 7 cm masih perlu dipelihara lagi pada raki budi daya sampai ukuran 7-9 cm.





Daftar Pustaka

Derile,Gray.2003.Pemeliharaan Tiram.Jakarta:Gramedia
www.budidaya//tiram dan kerang.com
www.google//pelestarian tiram//panen.com



















BUDIDAYA TIRAM MUTIARA

1. PENDAHULUAN
Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia. Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).
2. PEMILIHAN LOKASI
1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3. Kecerahan cukup tinggi.
4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 0 C.
7. Bebas pencemaran.
3. PEMASANGAN INTI
1. Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2. Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam(nacre)terlihat jelas

Gambar Pemasangan Inti Mutiara Bulat
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
o Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
o Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
o Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.


4. PEMELIHARAAN
1. Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
4. Pemasangan inti mutiara blister










5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.
6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.

7. KONTAK HUBUNGAN
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.

A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.

Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).

Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.

Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis
plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.

C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.
Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.
Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.
2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi
penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008
Tiram Mabe
Pteria pinguin merupakan salah satu jenis tiram mabe yang dibudidayakan sebagai penghasil mutiara sebelah (half pearl). Jenis tiram ini terdapat di perairan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Tiram mabe merupakan pemakan plankton dengan cara penyaringan (filter feeder). Oleh karena itu, lokasi tempat budi dayanya harus cukup subur.

Hasil analisa isi perut tiram mabe menunjukkan bahwa hewan air tersebut pemakan plankton, khususnya ganggang kersik, seperti Nitzschia spp., Chaetoceros, Thalassiotrix, dan Coscinodiscus spp.

Budi daya tiram mabe yang dimaksud dalam tulisan ini terutama dalam proses pengumpulan benih sampai mencapai ukuran siap untuk operasi penyuntikan inti yang berukuran lebar cangkang 7-9 cm. Pengumpulan benih ini sudah biasa dilakukan masyarakat, yang hasilnya akan dijual ke pengusaha budi daya tiram mutiara untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan inti, pembesaran dan panen biji mutiara.
A. Sistematika
Famili : Pteridae
Spesies : Pteria pinguin
Nama dagang : wing's oyster
Nama lokal : tiram kupu-kupu
B. Ciri-ciri dan aspek biologi
1. Ciri fisik
Cangkang berbentuk bujur telur yang agak miring. Telinga sebelah belakang berkembang menyerupai sayap. Engsel cangkangnya memiliki 1-2 gigi (tonjolan) kecil. Sudut engsel
menonjol dan tampak jelas. Permukaan bagian luar cangkang kasar bersisik. Lebar cangkang lebih dari tingginya. Cangkangnya berwarna hitam. Bagian nonnacrea pada cangkang sebelah dalam relatif besar.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan tiram mabe banyak dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus yang optimal untuk pertumbuhan tiram mabe berada pada kisaran 20-40 cm/detik. Pada kondisi lingkungan dengan kecepatan arus di atas 20 cm/detik, laju pertumbuhnya dapat mencapai 15 mm/bulan atau 20 g/bulan.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Tiram mabe hidup di perairan laut berkadar garam tinggi 32— 35 ppt, suhu 20-25 derajat celsius Kecerahan tinggi (> 5 m), dasar perairan berupa lapisan karang mati, kondisi perairan subur, dan berarus sedang.
D. Wadah Budi Daya
pengumpulan tiram mabe menggunakan jaring sebagai spat collector untuk penempelan larva tiram mabe dan dipasang pada perairan teluk, kemudian dipanen pada bulan ke 10 setelah pemasangan spat collector.
Kolektor terbuat dari jaring nilon dengan ukuran mata jaring 4-6 inci dan tali ris nilon ukuran 4 atau 5 mm. Luas jaring 7 m x 1,5 m yang dipasang pada frame kayu, kemudian digantung di rakit pada kedalaman 15-25 m dan menggunakan pemberat dari batu.
Pembesaran tiram mabe yang telah disuntik inti menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit. Rakit yang berukuran 4 m x 4 m dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Keranjang yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan berbentuk empat persegi panjang yang rangkanya terbuat dari besi begel dan kantongnya dari bahan jaring. Ukuran keranjang cukup 0,4 m x 0,6 m. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Benih yang diperlukan untuk budi daya tiram ini masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan spat collector. Cara lainnya adalah mengumpulan tiram muda atau yang berukuran lebih besar yang hidup menempel secara alami pada berbagai substrat yang ada di dalam air. Dewasa ini benih hasil hatchery belum tersedia.
2. Penebaran benih
Pada kegiatan ini lebih banyak ditekankan pada proses pengumpulan benih menggunakan spat kolektor. Adapun penebaran benih dilakukan setelah penyuntikan inti. Keranjang/ jaring untuk pemeliharaan tiram mabe berukuran o,4 m x o,6 m yang berisi 6 ekor tiram. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang/jaring.
3. Pembesaran
Pembesaran jenis tiram ini dilakukan di laut dengan menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit yang terbuat dari bambu atau kayu. Caranya adalah benih yang sudah cukup ukurannya (4-6 cm) ditempatkan dalam keranjang setelah dibersihkan dan dipelihara selama 6 bulan.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada tiram mabe adalah organisme pembusuk, pengebor cangkang, dan predator. Hama organisme pembusuk dapat diberantas/dicegah dengan cara pembersilian cangkang tiram secara rutin, yaitu perendaman dalam air tawar selama beberapa jam.
G. Panen
Panen tiram mabe dapat dilakukan setelah kolektor jaring dipasang (terendam) selama 8— 10 bulan. Panen dengan cara pengambilan tiram yang menempel pada jaring. Tiram mabe yang sudah cukup ukuran operasi, yaitu sekitar 7-9 cm langsung dijual kepada pengusaha mutiara. Namun, tiram yang ukurannya < 7 cm masih perlu dipelihara lagi pada raki budi daya sampai ukuran 7-9 cm.





Daftar Pustaka

Derile,Gray.2003.Pemeliharaan Tiram.Jakarta:Gramedia
www.budidaya//tiram dan kerang.com
www.google//pelestarian tiram//panen.com



















BUDIDAYA TIRAM MUTIARA

1. PENDAHULUAN
Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia. Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).
2. PEMILIHAN LOKASI
1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3. Kecerahan cukup tinggi.
4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 0 C.
7. Bebas pencemaran.
3. PEMASANGAN INTI
1. Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2. Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam(nacre)terlihat jelas

Gambar Pemasangan Inti Mutiara Bulat
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
o Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
o Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
o Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.


4. PEMELIHARAAN
1. Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
4. Pemasangan inti mutiara blister










5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.
6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.

7. KONTAK HUBUNGAN
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.

A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.

Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).

Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.

Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis
plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.

C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.
Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.
Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.
2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi
penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008
Tiram Mabe
Pteria pinguin merupakan salah satu jenis tiram mabe yang dibudidayakan sebagai penghasil mutiara sebelah (half pearl). Jenis tiram ini terdapat di perairan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Tiram mabe merupakan pemakan plankton dengan cara penyaringan (filter feeder). Oleh karena itu, lokasi tempat budi dayanya harus cukup subur.

Hasil analisa isi perut tiram mabe menunjukkan bahwa hewan air tersebut pemakan plankton, khususnya ganggang kersik, seperti Nitzschia spp., Chaetoceros, Thalassiotrix, dan Coscinodiscus spp.

Budi daya tiram mabe yang dimaksud dalam tulisan ini terutama dalam proses pengumpulan benih sampai mencapai ukuran siap untuk operasi penyuntikan inti yang berukuran lebar cangkang 7-9 cm. Pengumpulan benih ini sudah biasa dilakukan masyarakat, yang hasilnya akan dijual ke pengusaha budi daya tiram mutiara untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan inti, pembesaran dan panen biji mutiara.
A. Sistematika
Famili : Pteridae
Spesies : Pteria pinguin
Nama dagang : wing's oyster
Nama lokal : tiram kupu-kupu
B. Ciri-ciri dan aspek biologi
1. Ciri fisik
Cangkang berbentuk bujur telur yang agak miring. Telinga sebelah belakang berkembang menyerupai sayap. Engsel cangkangnya memiliki 1-2 gigi (tonjolan) kecil. Sudut engsel
menonjol dan tampak jelas. Permukaan bagian luar cangkang kasar bersisik. Lebar cangkang lebih dari tingginya. Cangkangnya berwarna hitam. Bagian nonnacrea pada cangkang sebelah dalam relatif besar.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan tiram mabe banyak dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus yang optimal untuk pertumbuhan tiram mabe berada pada kisaran 20-40 cm/detik. Pada kondisi lingkungan dengan kecepatan arus di atas 20 cm/detik, laju pertumbuhnya dapat mencapai 15 mm/bulan atau 20 g/bulan.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Tiram mabe hidup di perairan laut berkadar garam tinggi 32— 35 ppt, suhu 20-25 derajat celsius Kecerahan tinggi (> 5 m), dasar perairan berupa lapisan karang mati, kondisi perairan subur, dan berarus sedang.
D. Wadah Budi Daya
pengumpulan tiram mabe menggunakan jaring sebagai spat collector untuk penempelan larva tiram mabe dan dipasang pada perairan teluk, kemudian dipanen pada bulan ke 10 setelah pemasangan spat collector.
Kolektor terbuat dari jaring nilon dengan ukuran mata jaring 4-6 inci dan tali ris nilon ukuran 4 atau 5 mm. Luas jaring 7 m x 1,5 m yang dipasang pada frame kayu, kemudian digantung di rakit pada kedalaman 15-25 m dan menggunakan pemberat dari batu.
Pembesaran tiram mabe yang telah disuntik inti menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit. Rakit yang berukuran 4 m x 4 m dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Keranjang yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan berbentuk empat persegi panjang yang rangkanya terbuat dari besi begel dan kantongnya dari bahan jaring. Ukuran keranjang cukup 0,4 m x 0,6 m. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Benih yang diperlukan untuk budi daya tiram ini masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan spat collector. Cara lainnya adalah mengumpulan tiram muda atau yang berukuran lebih besar yang hidup menempel secara alami pada berbagai substrat yang ada di dalam air. Dewasa ini benih hasil hatchery belum tersedia.
2. Penebaran benih
Pada kegiatan ini lebih banyak ditekankan pada proses pengumpulan benih menggunakan spat kolektor. Adapun penebaran benih dilakukan setelah penyuntikan inti. Keranjang/ jaring untuk pemeliharaan tiram mabe berukuran o,4 m x o,6 m yang berisi 6 ekor tiram. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang/jaring.
3. Pembesaran
Pembesaran jenis tiram ini dilakukan di laut dengan menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit yang terbuat dari bambu atau kayu. Caranya adalah benih yang sudah cukup ukurannya (4-6 cm) ditempatkan dalam keranjang setelah dibersihkan dan dipelihara selama 6 bulan.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada tiram mabe adalah organisme pembusuk, pengebor cangkang, dan predator. Hama organisme pembusuk dapat diberantas/dicegah dengan cara pembersilian cangkang tiram secara rutin, yaitu perendaman dalam air tawar selama beberapa jam.
G. Panen
Panen tiram mabe dapat dilakukan setelah kolektor jaring dipasang (terendam) selama 8— 10 bulan. Panen dengan cara pengambilan tiram yang menempel pada jaring. Tiram mabe yang sudah cukup ukuran operasi, yaitu sekitar 7-9 cm langsung dijual kepada pengusaha mutiara. Namun, tiram yang ukurannya < 7 cm masih perlu dipelihara lagi pada raki budi daya sampai ukuran 7-9 cm.





Daftar Pustaka

Derile,Gray.2003.Pemeliharaan Tiram.Jakarta:Gramedia
www.budidaya//tiram dan kerang.com
www.google//pelestarian tiram//panen.com



















BUDIDAYA TIRAM MUTIARA

1. PENDAHULUAN
Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia. Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).
2. PEMILIHAN LOKASI
1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3. Kecerahan cukup tinggi.
4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 0 C.
7. Bebas pencemaran.
3. PEMASANGAN INTI
1. Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2. Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam(nacre)terlihat jelas

Gambar Pemasangan Inti Mutiara Bulat
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
o Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
o Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
o Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.


4. PEMELIHARAAN
1. Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
4. Pemasangan inti mutiara blister










5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.
6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.

7. KONTAK HUBUNGAN
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.

A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.

Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).

Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.

Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis
plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.

C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.
Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.
Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.
2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi
penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008
Tiram Mabe
Pteria pinguin merupakan salah satu jenis tiram mabe yang dibudidayakan sebagai penghasil mutiara sebelah (half pearl). Jenis tiram ini terdapat di perairan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Tiram mabe merupakan pemakan plankton dengan cara penyaringan (filter feeder). Oleh karena itu, lokasi tempat budi dayanya harus cukup subur.

Hasil analisa isi perut tiram mabe menunjukkan bahwa hewan air tersebut pemakan plankton, khususnya ganggang kersik, seperti Nitzschia spp., Chaetoceros, Thalassiotrix, dan Coscinodiscus spp.

Budi daya tiram mabe yang dimaksud dalam tulisan ini terutama dalam proses pengumpulan benih sampai mencapai ukuran siap untuk operasi penyuntikan inti yang berukuran lebar cangkang 7-9 cm. Pengumpulan benih ini sudah biasa dilakukan masyarakat, yang hasilnya akan dijual ke pengusaha budi daya tiram mutiara untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan inti, pembesaran dan panen biji mutiara.
A. Sistematika
Famili : Pteridae
Spesies : Pteria pinguin
Nama dagang : wing's oyster
Nama lokal : tiram kupu-kupu
B. Ciri-ciri dan aspek biologi
1. Ciri fisik
Cangkang berbentuk bujur telur yang agak miring. Telinga sebelah belakang berkembang menyerupai sayap. Engsel cangkangnya memiliki 1-2 gigi (tonjolan) kecil. Sudut engsel
menonjol dan tampak jelas. Permukaan bagian luar cangkang kasar bersisik. Lebar cangkang lebih dari tingginya. Cangkangnya berwarna hitam. Bagian nonnacrea pada cangkang sebelah dalam relatif besar.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan tiram mabe banyak dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus yang optimal untuk pertumbuhan tiram mabe berada pada kisaran 20-40 cm/detik. Pada kondisi lingkungan dengan kecepatan arus di atas 20 cm/detik, laju pertumbuhnya dapat mencapai 15 mm/bulan atau 20 g/bulan.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Tiram mabe hidup di perairan laut berkadar garam tinggi 32— 35 ppt, suhu 20-25 derajat celsius Kecerahan tinggi (> 5 m), dasar perairan berupa lapisan karang mati, kondisi perairan subur, dan berarus sedang.
D. Wadah Budi Daya
pengumpulan tiram mabe menggunakan jaring sebagai spat collector untuk penempelan larva tiram mabe dan dipasang pada perairan teluk, kemudian dipanen pada bulan ke 10 setelah pemasangan spat collector.
Kolektor terbuat dari jaring nilon dengan ukuran mata jaring 4-6 inci dan tali ris nilon ukuran 4 atau 5 mm. Luas jaring 7 m x 1,5 m yang dipasang pada frame kayu, kemudian digantung di rakit pada kedalaman 15-25 m dan menggunakan pemberat dari batu.
Pembesaran tiram mabe yang telah disuntik inti menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit. Rakit yang berukuran 4 m x 4 m dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Keranjang yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan berbentuk empat persegi panjang yang rangkanya terbuat dari besi begel dan kantongnya dari bahan jaring. Ukuran keranjang cukup 0,4 m x 0,6 m. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Benih yang diperlukan untuk budi daya tiram ini masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan spat collector. Cara lainnya adalah mengumpulan tiram muda atau yang berukuran lebih besar yang hidup menempel secara alami pada berbagai substrat yang ada di dalam air. Dewasa ini benih hasil hatchery belum tersedia.
2. Penebaran benih
Pada kegiatan ini lebih banyak ditekankan pada proses pengumpulan benih menggunakan spat kolektor. Adapun penebaran benih dilakukan setelah penyuntikan inti. Keranjang/ jaring untuk pemeliharaan tiram mabe berukuran o,4 m x o,6 m yang berisi 6 ekor tiram. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang/jaring.
3. Pembesaran
Pembesaran jenis tiram ini dilakukan di laut dengan menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit yang terbuat dari bambu atau kayu. Caranya adalah benih yang sudah cukup ukurannya (4-6 cm) ditempatkan dalam keranjang setelah dibersihkan dan dipelihara selama 6 bulan.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada tiram mabe adalah organisme pembusuk, pengebor cangkang, dan predator. Hama organisme pembusuk dapat diberantas/dicegah dengan cara pembersilian cangkang tiram secara rutin, yaitu perendaman dalam air tawar selama beberapa jam.
G. Panen
Panen tiram mabe dapat dilakukan setelah kolektor jaring dipasang (terendam) selama 8— 10 bulan. Panen dengan cara pengambilan tiram yang menempel pada jaring. Tiram mabe yang sudah cukup ukuran operasi, yaitu sekitar 7-9 cm langsung dijual kepada pengusaha mutiara. Namun, tiram yang ukurannya < 7 cm masih perlu dipelihara lagi pada raki budi daya sampai ukuran 7-9 cm.





Daftar Pustaka

Derile,Gray.2003.Pemeliharaan Tiram.Jakarta:Gramedia
www.budidaya//tiram dan kerang.com
www.google//pelestarian tiram//panen.com