Senin, 26 April 2010

MONSTER SHARK

Glowing Fish

Make wood pellets from Biomass materails (Free Heat)

Pellet Mill 120B, Biomass Fuels, Pellet Stoves

pellet mill machine

Budidaya Jambal Siam

Budidaya Jambal Siam

Jambal siam (Pangasius sutchi) merupakan ikan introduksi dari Thailand yang memepunyai prospek pasar yang baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor terutama dalam bentuk benih.

Dilihat dari peluang pasar yang baik tersebut, maka perlu diusahakan pengembangannya khususnya dibidang pembenihan. Karena benih ikan Jambal Siam selain sebagai ikan konsumsi juga banyak dimanfaatkan sebagai ikan hias.

Mengingat hal tesebut di atas, maka penguasaan teknologi pembenihan untuk jenis ikan Jambal Siam ini perlu dilakukan. Dengan demikian usaha dibidang ini merupakan peluang yang potensial


METODE DAN CARA

Pematangan Gonad

* Induk dipelihara dalam kolam khusus dengan kepadatan 0,1-0,25 kg/m2
* Pakan berupa pelet komersial dengan kandungan protein 25-28%, diberikan sejumlah 3 % dari berat biomas dengan frekwensi 2-3 kali per hari
* Pemupukan dengan kotoran ayam dengan dosis 50 kg/500 m2 diberikan setiap 1-15 hari
* Pengamatan induk yang ditandai dengan:
Betina
- Betuk perut lebih besar dan lembek warna anus kemerahan
- Dikanulasi untuk melihat keseragaman diameter telur
Jantan
Bila dipijit pada perut kearah anus keluar cairan putih dan kental

Pemijahan

* Sebelum dipijahkan induk diberok selama 1 malam
* Pemijahan dilakukan secara buatan dengan menyuntik induk betina dengan hormon kelenjar hipofisa dan HCG
* Penyuntikan dalakukan 2 kali:
Penyuntikan pertama : dengan 1 dosis kelenjar hipofisa donor ikan mas
Penyuntikan kedua : dengan 2 dosis kelenjar hipofisa + HCG dosis 500 Iu/kg
Selang penyuntikan antara pertama dan kedua adalah 1 jam, bagian yang disuntik adalah pangkal sirip punggung bagian belakang
* Ovulasi terjadi 12 jam setelah penyuntikankedua
* Pembuahan dilakukan dengan pengurutan baik sperma maupun telur

Penetasan Telur

Telur yang sudah dibuahi diteteskan dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 40 cm dengan ketinggian air 30 cm, dengan kepadatan 8.000-9.000 butir/akuarium secara merata didasar akuarium.

* Dengan suhu air 25-29 derajat C telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam stelah pembuahan
* Setelah menetas larva dipindah kedalam akuarium yang diaerasi terus menerus dengan ketinggian air 30 cm

Pemeliharaan Larva

* Larva dipelihara dengan kepadatan 50-75 ekor/1 selama 10-14 hari
* Pakan berupa naupli artemiasebanyak 1 sendok teh dengan frekwensi 3-5 kali/hari
* Panen dengan cara penyedotan dengan selang plastik atau ditangkap dengan scopnet

Pendederan di Kolam

* Persiapan kolam meliputi:
- pengeringan 2-3 hari
- perbaikan pematang
- pemupukan engan dosis 500-750 gr/m2
- setelah diisi air selama 3 hari kolam siap digunakan
* Padat tebar 30-5 ekor/m2 untuk ukuran 0,8-1,1 cm
* Pakan tambahan brupa pelet remah sebanyak 10% berat biomas per hari dengan frekwensi 3 kali /hari
* Lama peeliharaan selama 3-4 minggu, kemudian dipanen dengan mengeringkan kolan dan benih ditangkap dengan waring nilon dimana benih sudah mencapai ukuran 5-8 cm

Hak Cipta 2003, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

pengaruh suhu air terhadap perkembangan ikan




suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur.
suhu air yang terlalu rendah (dingin) mengakibatkan proses penetesan pada telur ikan akan menjadi lambat, untuk mempertahankan suhu supaya optimal maka pada budidaya pembenihan secara intensif sering menggunakan alat pemanas air (heater) yang biasa digunakan di akuarium atau di bak fiber. suhu air yang diperlukan untuk proses penetasan telur ikan berkisar antara
25 - 30 derajat celcius.

di alam naik turunnya suhu air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan. perubahan suhu air yang terlalu ekstrim akan berdapat buruk terhadap ikan yang dipelihara.
akibatnya ikan menjadi stres, dan apabila ikan sudah stress maka ikan tersebut akan rentan terhadap penyakit.

suhu akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bila suhu terlalu rendah maka pertumbuhan ikan yang dipelihara akan lambat tumbuh, karena bila suhu rendah maka proses metabolisme ikan akan menjadi lambat dan nafsu ikan akan menurun. suhu harus tepat yaitu kisaran optimum 25 - 30 derajat celcius

Jambal siam (Pangasius suchi)


Jambal siam


atau dengan nama dagang Siammese Shark berasal dari perairan Indonesia bagian barat seperti Sumatera dan Kalimantan serta Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia. Ikan yang bersifat omnivora agak karnivora ini menyenangi suhu perairan 27-30° C dengan pH 6,5-7,0 dan kekerasan 8° dH.



Ukurannya dapat mencapai 75 cm atau dengan berat sekitar 8 kg. Tubuhnya hitam dan perutnya keputihan. Ada juga jenis yang berwarna albino- Bentuknya seperti ikan hiu dan gerakan tubuhnya sangat lincah. Jambal siam ini ada banyak spesies dengan perbedaan yang tidak terlalu mencolok.


Induknya mulai dapat dipijahkan secelah berumur 2,5 tahun dengan berat sekitar 2,5 kg. Biasanya produksi telur dari induk sebesar 2,5 kg cukup banyak, sekitar 70.000 butir. Makin besar induk maka makin banyak jumlah telurnya. Pemijahannya dilakukan dengan Cara suntikan hormon hipofisa maupun buatan. Kadar hormon buatan cukup tinggi, sekitar 0,9 ml/kg induk yang diberikan dua kali, pertama 0,3 ml dan kedua 0,6 ml. Sementara kadar hipofisa untuk betina sebanyak 4 dosis yang diberikan dua kali, pertama 1,5 dosis dan kedua 2,5 dosis.





Penyuntikan pada jantan cukup sekali saja sebanyak 2 dosis.
Perlakuan penyuntikan, pengambilan telur, penetasan, dan perawatan larva ikan ini hampir sama dengan pemijahan jelawat. Hanya perbedaannya terletak pada pakan induknya yang berupa daging keong cincang atau ikan rucah karena sifatnya karnivora.





Pakan tersebut untuk menjaga agar kualitas telurnya bagus. Sementara larva jambal siam sudah bisa diberi tetasan artemia saat mulai berenang karena ukurannya lebih besar.
Wadah pembesaran benih dapat berupa kolam atau empang. Pakan benih berupa pelet. Benih yang ditebarkan untuk pembesaran ini berukuran sekitar 5 cm. Namun, ukuran jual jambal siam sebagai ikan hias sekitar 2-5 cm.



sumber: Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006

Seine Net (Pukat Kantong)




Di Indonesia Seine Net disebut juga Pukat Kantong, karena jaringnya memiliki kantong dan 2 (dua) buah sayap, yang umumnya memiliki tali yang panjang.

Bentuk Pukat Kantong terdiri dari bagian kanton (cod-end) berbentuk empat persegipanjang, bagian badan bentuknya seperti trapesium memanjang. Pada bagian-bagian tersebut ditautkan tali penguat yang dihubungkan dengan tali ris atas (head rope) dan tali ris bawah (foot rope), dilengkapi dengan pelampung (float) dan pemberat (singker).

Tempat operasi penangkapannya dapat dikelompokkan menjadi Pukat Pantai (beach seine) yang dioperasikan di tepi pantai dan PukatTengah dengan pengoperasiannya agak jauh dari pantai.

sumber : Dinas Perikanan propinsi Jabar, 2008

Daftar Pustaka literatur ikhtio,,,,

DAFTAR PUSTAKA Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi, 1990. Beberapa aspek biologi ikan baung (Mystus nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak Buluh Sungai Kampar pusat penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan). Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed. Butterwotrhs, London. ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River, Papua New Guinea Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring Di Kabupaten Bengkalis. Riau. ARSYAD, H dan R. E. HARDINI, 1987. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P. D. Mahkota. Jakarta. 14 halaman. Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya. Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish reseach and development agriculture exsperiment station Auburn University, Auburn 30 pp DAMANIK, N. 2001. Inventarisasi Ikan ordo Cypriniformes yang terdapat di Waduk PLTA Koto Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang, Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 44 halaman (tidak Diterbitkan). Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178. Ottawa. 48 p. Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States University Press. New York. DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan). DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS. 1996/1997. Kebijaksanaan umum tentang perikanan dan kelautan. Bengkalis. 27 hal DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan). Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta DJUHANDA, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman. EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New York. Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal. EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal. Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal FRIDMAN, A. L., 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Diterjemahkan Tim Penerjemah BPPI Semarang. Bagian Proyek Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. 304 hal. Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum. Jurnal Litbang, IX (4) : 6975. GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam Hubungannya dengan Fishing Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal. HAMIDY, Y., M. AHMAD, T. DAHRIL, H. ALAWI dan C. P. PULUNGAN. 1983. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai siak, Riau. Pusat Penelitian Universita Riau, Pekanbaru. 63 hal (tidak diterbitkan). HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing (New Book) Ltd. London. KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai pengembangan penangkapan iakn Semarang, Semarang. 188 hal. KOTTELAT, M., A. J. WHITTEN., S. N. KARTIKASARI dan S. WIROATMODJO. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Limited. Munich, Germany. 293 hal. KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman. Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley and Sons, inc. New York. 506 p. LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York. 260 p. Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan kiri. (tidak diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal. MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung Malaysia. Dewan Bahasa dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 281 Halaman. Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Situbondo. 190 hal. Mustamin, 1997. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan Intervensi Hormon LH-R Analog. Loka Bududaya laut Batam. Batam. 19 hal. Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p. Nontji.1993.Laut Nusantara.Jakarta:Djambatan.368 hal. NOVRIYENNI. 1995. Inventarisasi Jenis Fitoplankton di Sungai Sail Kelurahan Tangkerang Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. UNRI. Pekanbaru. 55 hal (tidak diterbitkan. Ommanney.1985.The fishes.Tira pustaka: Jakarta. Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta. 588 Halaman PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak diterbitkan). PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto Panjang. Riau. Puasat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan). RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 141 hal. RAHAYU. W. 1992. Tekhnologi Fermentasi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. IPB, Bogor140 hal Ratna. E. 1997. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 150 hal. Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo (Kalimantan barat, Indonesia). Calif. Acad. Sci. Mem. 14:1-210 Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung. Shaw, Jim. 1990. Kehidupan didalam air. Tira pustaka : Jakarta. SIHOTANG, C. 1989. Limnologi I. fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal (tidak diterbitkan). SUBARDJA, D.S.B.B. ABDUL MALIK. H. SUHERMAN dan ASNAWATI (1995) Pengenalan Jenis ikan di Perairan Umum Jambi Bagian I. Ikan-ikan sungai utama Batang Hari, Jambi. Dinas Perikanan Provinsi Daerah Tingkat I, Jambi. 144 Halaman. SUMANTADINATA, K. 1983 Pengembangbiakan ikan-ikan pemeliharaan di indonesia. Sunyoto. P dan Mustahal. 1997. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal. Susanto, H. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal. SWINGLE. A. S. 1968. Standardization of Chemical and Analisys for Water and pond muds. FAO World a Symposium on Warm Water Pond Fish culture. Fishery Report 44 (4) 397-421 pp. Sweeta. I. N. 1975. Sifat-sifat air pada umumnya dan untuk budidaya ikan. T.C. Perikanan, Sukabumi 49 hal. Syamsudin, A. R. 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara.Jakarta. 49 hal. Tang, U., M., dan Effendie., 2000. Teknik budidaya Ikan Baung (Mystus nemurus). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 76 hal. Tim Iktiologi. 1989. Iktiologi. IPB Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor. WARDOYO, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan). WEBER, M and L. F. de BEAUFORT. 1916. The Fishes of the Indo Australian Archipelago III. Brill ltd. Leaden. 455 pp. Welcomme,R.L.1985.River Fisheries.Fao Fish Technology Pap,330 pp. Widodo,J.1982.Kontrol Terhadap Usaha Penangkapan Sebagai Salah Satu TeknikPengelolaan Sumberdaya Perikanan.Terubuk V111(131).Himpunan Alumni Fakultas Perikanan Universitas Riau.Pekanbaru.52 Hal. YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).

Kamis, 22 April 2010

Budidaya Ikan baung (Mystus nemurus C.V)


Budidaya Ikan Baung (teori dan praktek)
Ikan baung (Mystus nemurus C.V) termasuk ikan asli Indonesia, tetapi namanya tidak populer seperti ikan-ikan air tawar lainnya. Bahkan ikan ini sepertinya dianggap tidak ada, dan tak pernah dilirik orang.
1. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI

Ikan dan juga hewan lain bisa dibedakan dari klasifikasinya. Klasifikasi ini di buat oleh para ahli biologi. Seorang ahli bernama Imaki et al. (1978) mengklasifikasikan ikan baung ke dalam Phylum : Chordata;

2. HABITAT DAN PENYEBARAN

Ikan baung adalah ikan asli Indonesia. Ikan ini banyak hidup di air tawar. Daerah yang paling disukai adalah perairan yang tenang, bukan air yang deras.
3. SIKLUS DAN PERKEMBANGBIAKAN

Ikan baung mengalami enam fase kehidupan, sama dengan ikan mas dan ikan-ikan lainnya. Bila fase ini dimulai dari telur, sikulus ikan baung adalah telur, larva, benih, konsumsi, calon induk dan induk.

4. KEBIASAAN MAKAN

Dilihat dari kebiasaan makanan (food habit), ikan dibagi kedalam tiga golongan, yaitu ikan pemakan tumbuhan, atau disebut herbivora, ikan pemakan hewan, atau disebut carnivora dan ikan pemakan segala, atau disebut omnivora. (Read more)


5. SYARAT LAHAN

Lahan untuk budidaya baung harus memenuhi syarat. Hal ini bertujuan agar proses produksi dapat berjalan lancar dan tidak menemukan kendala, sehinga target produksi bisa dicapai.

6. KOLAM INDUK

Kolam induk ikan baung adalah tempat untuk pematangan gonad induk jantan dan betina, sebelum atau sesudah dipijahkan. Tidak seperti ikan nila dan mas, kolam induk jantan dan betina harus dibuat terpisah,
7. BAK PEMBEROKAN

Bak pemberokan adalah tempat untuk menyimpan induk-induk yang sudah matang gonad yang berasal dari bak pematangan gonad sampai menjelang induk tersebut dipijahkan.

8. BAK PEMIJAHAN

Pemijahan ikan baung hanya dapat dilakukan dengan satu cara, yaitu dengan sistem kawin suntik (induced breeding). Dalam pemijahan secara induced breeding, bak pemijahan dapat diartikan sebagai tempat penyimpanan induk-induk yang

9. TEMPAT PENETASAN TELUR DAN PEMELIHARAAN LARVA

Telur ikan baung hasil streefing atau pengurutan perlu ditampung di dalam suatu wadah yang dikenal dengan nama tempat penetasan telur. Tempat yang umum digunakan adalah akuarium.

10. KOLAM PENDEDERAN

Kolam pendederan ikan baung adalah tempat untuk memelihara benih lepas akuarium atau berumur 14 hari hingga benih yang siap untuk dipelihara di kolam pembesaran.
11. BAK PENAMPUNGAN BENIH

Bak penampungan benih adalah tempat untuk menampung benih-benih yang baru dipanen dari kolam pendederan atau kolam pembesaran sampai benih tersebut siap ditebar kembali atau dijual.


12. INDUK

Induk merupakan sarana produksi utama dalam budidaya ikan baung, terutama dalam kegiatan pembenihan. Sarana produksi ini harus tersedia dalam jumlah cukup, kualitas yang baik dan kontinyu. Ini sangat menentukan keberhasilan dan kelanjutan usaha.

13. PEMELIHARAAN INDUK

Pemeliharaan induk ikan baung sering juga disebut pematangan gonad. Namun keduanya bisa diartikan sebagai kegiatan memelihara induk yang sudah dipijahkan atau calon induk yang sudah matang kelamin sampai induk matang gonad atau siap untuk dipijahkan.

14. SELEKSI INDUK
Seleksi induk ikan baung adalah kegiatan memilih atau memisahkan antara induk-induk yang sudah matang gonad dengan yang belum. Kegiatan ini dilakukan setelah pematangan gonad dan sebelum pemijahan.

15.pemberokan
Pemberokan induk ikan baung adalah kegiatan menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk hingga menjelang induk tersebut dipijahkan. Kegiatan ini dilakukan karena kandungan lemak pada gonad induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk masih tinggi. (Read more)


16. PENYUNTIKAN
Meski merupakan ikan asli Indonesia, tetapi baung belum dapat dipijahkan secara alami. Ikan baung hanya dapat dipijahkan secara buatan. Yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang
17. PEMBUATAN LARUTAN SPERMA

Larutan sperma ikan baung adalah cairan dari sperma ikan baung yang dicampur dengan larutan garam 0,9 persen (larutan infus manusia). Larutan itu berfungsi sebagai pengencer. (

18. PENGELUARAN TELUR

Pengeluaran telur ikan baung adalah kegiatan mengeluarkan telur dari induk betina yang sudah disuntik. Caranya dengan mengurut perut induk betina ke arah lubang telur.

19. PENETASAN TELUR

Penetasan telur ikan baung adalah kegiatan merawat telur yang baru saja dikeluarkan dari induk betina dan sudah diberi sperma hingga menetas. Penetasan telur ikan baung dilakukan dalam bak beton atau fibre glass.

Budidaya Ikan Manfish (praktis)




Tak semua orang mengenal manfish, meski sebenarnya ikan ini juga banyak dijual di toko-toko ikan hias, termasuk di penjual hias pinggiran jalan di kota-kota besar, seperti Jakarta. Ciri khasnya berbadan tipis, dan bersirip panjang, terutama pada sirip punggung, ekor dan perut. Sedang warnanya bervariasi. Ada yang putih perak, ada yang hitam dan masih banyak lagi, kadang bervariari.

Beda jantan dan betina

Membedakan jantan dan betina manfish relatif mudah. Tak perlu dipegang seperti ikan koki, cukup dipandang dari jauh. Tapi perlakuan ini hanya bisa dilakukan bila manfish sudah dewasa, terutama setelah matang kelamin atau matang gonad. Yaitu setelah berumur lebih dari 6 bulan.

Jantan bercirikan dengan kepala bagian atas menonjol, tanda ini seperti tanda pada ikan gurame. Selain berkepala menonjol juga berwarna lebih cerah dari betina. Bila sudah matang kelamin atau siap pijah, kecerahan warnanya lebih jelas dari biasanya.

Sedangkan betina bercirikan dengan kepala bagian atas datar atau tidak menonjol. Selain itu berwarna lebih kusam dari jantan. Bila sudah matang gonad, atau sipa pijah, kecerahan tidak berubah, namun bentuk perut agak menonjol atau lebih gendut.

Beda lainnya, dalam umur yang sama, jantan lebih besar dari betina.

Pematangan gonad

Pematangan gonad dilakukan di akuarium. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 2 titik aerasi dan biarkan hidup selama pematangan gonad; masukan 10 ekor induk; beri pakan berupa cacing darah atau Dapnia atau jantik nyamuk secukupnya. Dalam pemeliharaan induk, jantan dan betina dipelihara terpisah.

Pemijahan

Pemijahan manfish dilakukan di akuarium secara berpasangan. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 2 titik aerasi dan biarkan hidup selama pemijahan; masukan 2 buah potongan paralon berdiameter 2 inchi dan panjang 10 cm; masukan 1 ekor induk betina; masukan pula 1 ekor induk betina; beri pakan berupa cacing darah atau Dapnia atau jantik nyamuk secukupnya.

Selain berpasangan, pemijahan manfish juga bisa secara massal. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 4 titik aerasi dan biarkan hidup selama pemijahan; masukan 10 buah potongan paralon berdiameter 2 inchi dan panjang 10 cm; masukan 5 ekor induk betina; masukan pula 5 induk betina; beri pakan berupa cacing darah atau Dapnia atau jantik nyamuk secukupnya.

Penetasan dan pemeliharaan larva

Penetasan dilakukan di akuarium lain. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 2 titik aerasi, tapil kecil dan biarkan hidup selama pemijahan; tambahkan larutan methilin blue hingga air berwarna biru seulas; masukan paralon yang berisi telur; biarkan menetas (Catatan :dalam 3 hari telur akan menetas dan setelah 7 hari larva mulai berenang. Sebelum bisa berenang, jangan diganti air dan kena guncangan, karena bisa menyebabkan kematian); beri pakan berupa infusoria, rotifera atau artemia; panen setelah 2 minggu dengan sekupnet halus..

Pendederan

Pendederan dilakukan di akuarium lain. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 2 titik aerasi dan biarkan hidup selama pemijahan; masukan 200 ekor benih yang berasal dari tempat penetasan; beri pakan berupa infusoria, rotifera atau artemia; panen setelah 1,5 bulan.

Pembesaran

Pendederan dilakukan di akuarium lain. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 2 titik aerasi dan biarkan hidup selama pemijahan; masukan 100 ekor benih yang berasal dari tempat pendederan; beri pakan berupa infusoria, rotifera atau artemia; panen setelah 2 bulan. Ikan manfish siap dijual.

komoditi Ekspor ikan sebelah





Disebutnya flatfish atau orang Indonesia sering menyebut ikan sebelah masuk dalam ordo Pleuronectiform, ikan berbadan pipih, kedua mata yang berada pada satu sisi (atas), sementara sisi yang satunya tidak ada mata dan sedikit pigmen. Justru itulah yang menjadikan menjadikan ikan ini paling unik diantara ikan bertulang belakang yang berbentuk simetris.

Secara komersial ikan ini cukup penting karena disamping kandungan nutrisinya yang cukup tinggi rasanya juga nikmat, akan tetapi di alam stoknya terbatas. Ikan dalam spesies benthic ditemukan di perairan tropis dan hangat, biasanya bertelur di daerah lepas pantai, beberapa bertelur di muara sungai. Pada saat tingkat kesuburan tinggi, betina biasanya melepaskan sedikitnya beberapa ratus ribu telur. Untuk betina yang berukuran besar mampu bertelur hingga mencapai lebih dari 2 juta, dan dengan segera telur-telur itu menjadi larvae berukuran 1,5-3 mm.

Ikan berbadan pipih ini suka sekali menyamar, menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya dengan cara memendamkan badannya ke dalam lumpur atau pasir di dasar taut, sementara hanya matanya yang muncul ke permukaan. Matanya dapat diangkat atau diturunkan dan digerakkan dengan bebas. lkan ini memakan terutama binatang berkulit keras, hewan tak bertulang punggung. Tanpa gerak,dengan sangat sabar ia menunggu mangsanya sampai mangsa benar-benar dekat dan lengah dengan gerakan yang sangat cepat dan mendadak menyergap, jarang sekali mangsa dapat lolos dari sergapannya. Sepertinya predator ini diciptakan demikian, pertama untuk melindungi diri dari predator yang lebih besar, kedua untuk memudahkan ia memangsa.

Ordo ini terdiri dart berbagai variasi spesies. Berdasarkan temuan para peneliti dari UE telah terkumpul sebanyak 28 spesies ikan sebelah (flatfish), dan hanya ada 6 spesies yang memiliki nilai komersial tinggi, yanu Botidae, Cynoglossidae, Citaridae, Pleuronectidae, Scoftalmidae, dan Soleidae. Jenis produk ini dipasarkan dalam bentuk fillet, dengan pasar utama Eropa. Dari keenam spesies di atas masing-masing memiliki karakter plot yang berbeda-beda yang mungkin akan rnemuudahkan bagi kita untuk mengidentifikasi, karena yang ada di pasaran dalam bentuk fillet maka yang sering terjadi ketika produk yang lebih berkualitas tidak ada diganti dengan produk yang kualitasnya lebih rendah. Di antara produk flatfish yang paling unggul kualitasnya adalah jenis turbot (Psetta maxima) yang berasal dari Mediterania. Jenis inilah yang di pasaran Eropa sering diganti (dipalsukan) dengan jenis lain yang kualitasnya lebih rendah, yaitu jenis Scophtalmus rhombus, kenapa? karena tekstur dan warna dagingnya mirip dan sulit dibedakan. Indonesia adalah salah satu negara pemasok flatfish ke Uni Eropa. (Sumber : Warta Pasar Ikan Juni 2005).

ikan sebelah(psettodes erumeri)


Secara morfologi ikan ini mempunyai bentuk badan pipih, kedua mata berada pada salah satu sisi, sedang sisi yang lain tidak ada mata (karena itulah ikan ini disebut ikan sebelah) dan sedikit pigmen. Panjang ikan ini rata-rata sekitar 30 cm dan dapat mencapai 45 cm. Ikan ini banyak ditemukan di estuari dan air dangkal, di dasar pasir atau lumpur sampai kedalaman 200 m. Ikan Sebelah yang masih muda umumnya ditemukan di air payau. Makanan utama ikan ini adalah hewan-hewan benthic, umumnya yang berkulit keras dan tak bertulang punggung.
Bentuk asimetris yang ada pada Ikan Sebelah merupakan hasil evolusi tengkorak flatfish secara bertahap. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya fosil ikan bermata aneh dari perairan Eropa Kuno. Fosil ini diperkirakan hidup 50 juta tahun lalu, dengan satu mata di atas kepalanya dan satunya berada di sebelahnya. Bentuk asimetris ini memungkinkan mereka untuk berbaring datar di dasar laut sambil menunggu mangsanya. Fosil ikan sebelah juga ditemukan di museum di Inggris, Prancis, Italia dan Austria. Ikan –ikan tersebut tinggal di perairan dangkal yang hangat di Eropa pada Zaman Eocene Epoch ketika dunia masih beriklim sedang, serta ikan paus dan burung-burung modern baru pertama kali berevolusi.
Ikan Sebelah termasuk ke dalam ordo Pleuronectiform. Ordo ini terdiri dari berbagai variasi spesies. Berdasarkan temuan para peneliti dari Eropa telah terkumpul sebanyak 28 spesies ikan sebelah (flatfish), dan hanya ada 6 spesies yang memiliki nilai komersial tinggi, yaitu Botidae ( Bothus ocellatus ), Cynoglossidae, Citaridae, Pleuronectidae (Pseudorhombus arsius ), Scoftalmidae ( Scophtalmus rhombus ), dan Soleidae. Family Soleidae terdiri dari dua spesies, yaitu Achiroides leucorhynchos dan Achiroides melanorhynchus yang termasuk ke dalam Genus Achiroides. Jenis lain adalah Psettodes erumei, Engyprosopon sp, dan Psetta maxima.
Ikan berbadan pipih ini mempunyai kemampuan untuk menyamarkan tubuhnya dengan lingkungan sekitarnya sebagai penyamaran, sehingga mangsanya dapat dikelabui dan dapat dengan mudah ditangkap. Biasanya ikan ini memendamkan badannya ke dalam lumpur atau pasir di dasar laut, sementara hanya matanya yang muncul ke permukaan. Matanya dapat diangkat atau diturunkan dan digerakkan dengan bebas. Tanpa gerak,dengan sangat sabar ia menunggu mangsanya sampai mangsa benar-benar dekat dan lengah, dengan gerakan yang sangat cepat dan mendadak menyergap, jarang sekali mangsa dapat lolos dari sergapannya. Adaptasi morfologi ikan ini sangat berguna pertama untuk melindungi diri dari predator yang lebih besar, dan kedua untuk memudahkan ia memangsa.
Ikan Sebelah biasanya bertelur di daerah lepas pantai dan ada yang bertelur di muara sungai. Dalam sekali reproduksi betina mampu melepaskan beberapa ratus ribu telur sampai dua juta telur. Telur-telur tersebut akan menjadi larva berukuran 1,5 – 3 mm. Pada saat ia masih larva hingga menjadi ikan sebelah yang dewasa, tubuhnya makin berbentuk pipih, sedangkan salah satu matanya bergerak kearah salah satu sisi tubuhnya. Setelah itu warna bagian tubuh bawah berubah menjadi putih.
Kandungan nutrisi ikan ini cukup tinggi dan rasanya juga enak Daging ikan sebelah memang tidak terlalu tebal tetapi rasanya sangat gurih. Ikan ini juga dipercaya dapat meningkatkan stamina. Ikan Sebelah biasanya dieksport dalam bentuk fillet dengan tujuan Uni Eropa. Jenis yang diminati dan mempunyai nilai jual yang tinggi adalah Psetta maxima. Jenis lain yang juga mempunyai pasar eksport adalah Engyprosopon sp yang banyak ditemukan di perairan Semarang dan sekitarnya dengan tujuan eksport ke Jepang.

Engyprosopon sp yang diminati untuk pangsa eksport adalah yang berukuran di atas 20 cm. Untuk mendapatkan ukuran tersebut perlu mata jaring yang lebih besar sehingga yang tertangkap adalah jenis yang besar dan juga diperlukan kecepatan penarikan jaring yang lebih besar ( sekitar 4-5 knot ). Selain dieksport Ikan Sebelah juga dikonsumsi di dalam negeri, umumnya dijual segar atau dalam bentuk masakan (biasanya digoreng atau dimasak bumbu tauco).

Namun perlu diketahui Ikan Sebelah ternyata juga merupakan salah satu media pembawa hama dan penyakit ikan. Berdasarkan Lampiran Surat Keputusan menteri Pertanian nomor: 841/KptsIK.220/7/99 tanggal 22 Juli 1999 tentang jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina dan Jenis-jenis Media Pembawa Penyakit Ikan Karantina, disebutkan bahwa Ikan Sebelah jenis Psettodes erumei sebagai media pembawa / inang dari penyakit Epizootic Haemotopotic Necrosis ( EHN ) yang disebabkan oleh indovirus dengan daerah penyebaran Amerika, Eropa, Australia, Afrika dan Asia.
Ikan sebelah atau dalam bahasa latinnya Pleuronectidae merupakan ikan yang bentuk tubuhnya pipih. Ikan ini hidup di dasar air baik air tawar maupun asin. Ikan ini banyak menghabiskan waktu di dasar air menunggu mangsanya. Begitu mangsa lewat, maka ia pun akan segera menangkap dan menelannya.

Ikan ini mempunyai kemampuan untuk menyamarkan tubuhnya dengan lingkungan sekitarnya sebagai penyamaran, sehingga mangsanya dapat dikelabui dan dapat dengan mudah untuk ditangkap.

Ikan ini dalam perkembangannya memiliki metamorfosa yang aneh karena pada saat ia masih larva hingga menjadi ikan sebelah yang dewasa, tubuhnya makin berbentuk pipih, sedangkan salah satu matanya bergerak kearah salah satu sisi tubuhnya. Setelah itu warna bagian tubuh bawah berubah menjadi putih.

Salah satu jenis ikan ini (ikan halibut) memiliki ukuran tubuh hingga 2,7 meter dengan berat 270 kilogram. Ikan halibut memakan mahluk laut seperti cumi-cumi, udang, dan kepiting.

*dari berbagai sumber.

Klasifikasi Hewan Kerajaan/Kingdom Animalia

- Pembagian Jenis/Macam atau Kategori Binatang Terbagi Menjadi 10 Filum/Phylum
Sun, 12/11/2006 - 11:04am — godam64

Hewan atau animal yang kita kenal selama ini dapat dibagi manjadi sepuluh macam filum / phylum yaitu protozoa, porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca, echinodermata, arthropoda dan chordata.

1. Phylum / Filum Protozoa atau Protosoa

Protozoa adalah hewan bersel satu karena hanya memiliki satu sel saja alias bersel tunggal dengan ukuran yang mikroskopis hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Protozoa dapat hidup di air atau di dalam tubuh makhluk hidup atau organisme lain sebagai parasit. Hidupnya dapat sendiri atau soliter atau beramai-ramai atau koloni. Contohnya : amuba / amoeba.

2. Phylum / Filum Porifera

Porifera adalah binatang atau hewan berpori karena tubuhnya berpori-pori mirip spon dengan bintang karakter terkenal spongebob squarepants hidup di air dengan memakan makanan dari air yang disaring oleh organ tubuhnya. Contohnya : bunga karang, spons, grantia.

3. Phylum / Filum Coelenterata atau Coelentrata

Coelenterata adalah hewan berongga bersel banyak yang memiliki tentakel contohnya seperti ubur-ubur dan polip. Simetris tubuh coelenterata adalah simetris bilateral hidup di laut. Contohnya yaitu hydra, koral, polip dan jellyfish atau ubur-ubur.

4. Phylum / Filum Platyhelminthes

Platyhelminthes adalah binatang sejenis cacing pipih dengan simetri tubuh simetris bilateral tanpa peredaran darah dengan pusat syarah yang berpasangan. Cacing pipih kebanyakan sebagai biang timbulnya penyakit karena hidup sebagai parasit pada binatang / hewan atau manusia. Contohnya antara lain seperti planaria, cacing pita, cacing hati, polikladida.

5. Phylum / Filum Nemathelminthes

Nemathelminthes atau cacing gilik / gilig adalah hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tiak ada sistem peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang, cacing filaria.

6. Phylum / Filum Annelida atau Anelida

Annelida adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup. Annelida sebagian besar memiliki dua kelamin sekaligus dalam satu tubuh atau hermafrodit. Contohnya yakni cacing tanah, cacing pasir, cacing kipas, lintah / leeches.

7. Phylum / Filum Mollusca atau Molusca / Moluska

Mollusca adalah hewan bertubuh lunak tanpa segmen dengan tubuh yang lunak dan biasanya memiliki pelindung tubuh yang berbentuk cangkang atau cangkok yang terbuat dari zat kapur untuk perlindungan diri dari serangan predator dan gangguan lainnya. Contoh molluska : kerang, nautilus, gurita, cumi-cumi, sotong, siput darat, siput laut, chiton.

8. Phylum / Filum Echinodermata atau Ecinodermata

Echinonermata adalah binatang berkulit duri yang hidup di wilayah laut dengan jumlah lengan lima buah bersimetris tubuh simetris radial. Beberapa organ tubuh echinodermata sudah berkembang dengan baik. Misalnya teripang / tripang / ketimun laut, bulu babi, bintang ular, dolar pasir, bintang laut, lilia laut.

9. Phylum / Filum Arthropoda atau Atropoda

Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat / laler, kecoa.

10. Phylum / Filum Chordata

Chordata adalah hewan yang memiliki notokorda atau chorde yaitu tali sumbu tubuh syaraf belakang dengan rangka. Ukuran chordata beragam ada yang besar dan ada yang kecil dengan otak yang terlindung tengkorak untuk berfikir. Contoh chordata adalah manusia, cacing acorn, ikan lancet, ikan paus pembunuh, katak, burung puyuh, kalkun, lemur, beruk, macan, kucing, dan lain sebagainya.

literatur studi struktur komunitas tumbuhan

Daftar pustakanya cari sendiri aja diperpustakaan,,,,


Menurut Nybakken (1988) bagi tumbuhan akuatik, intensitas cahaya sangat menentukan penggunaan energy untuk fotosintesis.Tumbuhan kekurangan energy jika intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin jauh cahaya matahari yang dapat tembus kedalam perairan dan dengan begitu akan banyak ditemukan tumbuhan laut seperti lamun yang memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis.Pada umumnya perairan organic lebih cerah daripada perairan pantai yang banyak bahan-bahan berbentuk partikel dan bahan terlarut yang terdapat didalamnya.
Berdasarkan bentuknya, waduk dapat diklasifikasikan atas waduk tipe danau (lake type), tipe sungai (river type), tipe bercabang banyak (multiple branch type). Waduk Faperika dapat digolongkan ke dalam tipe danau, karena terjadinya waduk ini akibat pembendungan suatu dataran rendah dan bentuknya yang melebar. Sumber air ini adalah air yang mengalir dan meresap dari catchman area yang ada disekitarnya karena tidak ada aliran sungai yang masuk ke waduk ini. (Nurdin et al, 1996)
Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup didaerah tertentu atau habitat fisik tertentu dengan satuan yang terorganisir. Selanjutnya, dikatakan bahwa komunitas merupakan suatu system dari kumpulan populasi yang hidup pada areal tertentu dan terorganisasi secara luas dengan karakteristik tertentu, serta berfungsi sebagai kesatuan transformasi metabolis.(Odum,1971)
Beberapa karakteristik struktur komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk adanya derajad ketidakstabilan ekologis meliputi : keseragaman,dominansi, keragaman, dan kelimpahan.( Krebs, 1997)
Wardoyo (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya. Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme.
Kecerahan adalah suatu parameter perairan yang merupakan suatu kedalaman dari perairan atau lapisan perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari. Kecerahan merupakan salah satu parameter dari produktivitas perairan karena kecerahan perairan merupakan hubungan langsung dengan zona fotik.
. Suhu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap organisme perairan. Secara langsung suhu berpengaruh pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tak langsung suhu menentukan terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi habitat organisme perairan (Nontji, 1981).
Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan pertumbuhan (pohon,semak,belikar,lumut dan alga)yang menyusun struktur komunitas hewan dan tumbuhan secara fisik(Odum,1971:Krebs,1978:Begon,Harper,dan Townsend,1996)

Daftar Pustakanya cari sendiri aja diperpustakaan....

Senin, 19 April 2010

ikan dalam akuarium

akuarium 1

ikan yang sangat berbahaya didunia ini

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang, Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak

Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan, berikut adalah ikan - ikan paling berbahaya di Dunia :

1. Ikan Piranha

Meskipun ikan ini banyak dimunculkan di film-film horror bikinan manusia, tapi di dunia nyata sesungguhnya ikan ini memang ganas dan menakutkan. Barisan gigi-gigi tajamnya tersusun rapat dan tersambung satu sama lainnya. Gigi-gigi itu didesain sempurna untuk menusuk dan mencabik-cabik daging dengan cepat dimana ikan ini tergolong memiliki nafsu makan yang rakus. Jika sedang lapar dan tidak ada pilihan lain ikan ini juga agresif terhadap jenisnya sendiri dan melakukan kanibalisme

Meskipun ikan ini banyak dimunculkan di film-film horror bikinan manusia, tapi di dunia nyata sesungguhnya ikan ini memang ganas dan menakutkan. Barisan gigi-gigi tajamnya tersusun rapat dan tersambung satu sama lainnya. Gigi-gigi itu didesain sempurna untuk menusuk dan mencabik-cabik daging dengan cepat dimana ikan ini tergolong memiliki nafsu makan yang rakus. Jika sedang lapar dan tidak ada pilihan lain ikan ini juga agresif terhadap jenisnya sendiri dan melakukan kanibalisme
Blog dengan ID 26250 Tidak ada

2. Anglerfish

ikan ini dinamakan demikian (anglerfish=ikan pemancing) karena caranya menangkap mangsa yang unik dengan menggunakan bagian tubuhnya yang menonjol keluar dari kepalanya yang mirip dengan kail pancing yang ajaibnya mampu mengeluarkan cahaya bioluminescent yang berasal dari jutaaan bakteri bercahaya yang menempel di situ. Hal ini cukup menarik mangsanya untuk mendekat dan begitu menyentuh "umpan" ini, Anglefish akan langsung bereaksi cepat melahapnya.


Mulutnya yang besar siap menerkam dan rahangnya yang bergigi panjang dan mengarah ke dalam membuatnya mudah memasukkan mangsa ke perut sekaligus menutup jalan keluar dari mulutnya. Predator mieip mesin ini mampu membesarkan rahang dan perutnya sehingga mangsa yang lebih besar dari dirinya bisa masuk ke dalamnya. Hantu lautan ini dapat ditemukan di kedalaman 3.300 hingga 6.600 ft di bawah lautan. O, ya, panjangnya bisa mencapai 2 ft.

3. Moray Eel (Belut Moray)

Ikan Sejenis belut ini bisa ditemukan di seluruh dunia menyelinap di celah-celah atau retakan karang - dimana dia menunggu mangsanya lewat dan menyergapnya dengan rahangnya yang kuat. Karnivora menakutkan ini adalah pemakan hewan-hewan laut meskipun bisa juga mengakibatkan luka pada manusia yang terlalu dekat dengannya. Kelihatannya belut yang bisa mencapai panjang 13 ft ini lebih suka menghindar daripada menyerang dan hanya menyerang manusia untuk mempertahankan dirinya atau menggigit tangan secara tidak sengaja karena dikira makanannya. Ketika merasa diganggu, makhluk ini menjadi ganas; dan bakteri yang terdapat pada gigi-giginya bisa menyebabkan luka yang serius. Pada beberapa spesiesnya, lendir di kulitnya juga mengandung racun.

Ciri khas Moray lainnya adalah adanya rahang kedua di kerongkongannya yang juga punya gigi. Saat berburu mangsa dan menangkapnya, ikan ini akan mengeluarkan rahangnya ini di mulutnya, melumat mangsanya dan menariknya ke dalam pencernaannya.
4. Tigerfish (Ikan Macan)

ikan ini memiliki gigi-gigi yang sempurna di mulutnya. Ikan ini memang ganas dan dikenal sebagai predator yang rakus dan jenis dewasanya bisa mencapai panjang 6 ft.

Tubuhnya memang seperti diciptakan untuk speed dan power. Seperti kendaraan lapis baja dengan sirip yang kuat dan selalu siap menerkam meski mulutnya tertutup. Ikan ini bahkan sering dijadikan permainan (game) mencari ikan dengan hadiah yang besar. Ikan ini dapat ditemukan di perairan air tawar Afrika. Ikan apa saja yang lewat di jalannya akan diterkam melalui rahangnya yang kuat dan gigi-giginya yang tajam mirip piranha. Ikan ini juga diketahui mampu memangsa ikan lain yang ukurannya lebih besar dari dirinya. Para pencari ikan juga mewaspadai jenis Goliath Tigerfish yang oleh National Geographic digambarkan sebagai “evolution on steroids”.

5. Snakehead Fish (Ikan Kepala Ular)

Ikan yang bisa sepanjang 3 ft ini banyak ditemukan di kawasan Asia Tenggara, sebagian India dan Afrika. Dari yang pernah ditemukan ikan ini mempunyai mulut yang besar dan gigi-gigi yang tajam dan siap memangsa apa saja yang ada di depannya, ikan, burung, katak, atau mamalia lainnya. Pernah juga dilaporkan ikan ini juga menyerang manusia yang berada terlalu dekat dengan anak-anaknya.

Ikan Snakehead konon sudah ada sejak 50 juta tahun yang lalu. Ikan ini juga menjadi bukti adanya adaptasi evolusioner dalam kehidupan; menggunakan sebuah paru-paru dan bernapas dengan udara di atmosfir. Ikan jelek ini sanggup bertahan hidup di tanah basah selama musim yang panjang, merangkak ke kolam atau danau berikutnya untuk mencari mangsa dengan menggunakan tubuh dan siripnya.

6. Viperfish

Salah satu ikan predator ganas lainnya adalah Viperfish. Seperti Anglerfish, Viperfish juga hidup di kedalaman lautan. Pada malam hari, makhluk mengerikan ini akan berenang menuju laut yang lebih dangkal, sekitar kurang dari 700 ft, dimana di situ terdapat lebih banyak makanan. Pacific Viperfish bahkan bisa tumbuh hingga mencapai panjang 2 m. Si muka seram yang panjangnya bisa mencapai 6 ft ini juga mempunyai gigi-gigi yang sangat tidak bersahabat dengan mangsanya.

7. Fangtooth Fish (Ikan Bertaring)

Ikan bertampang kejam ini termasuk salah satu makhluk yang hidup di kedalaman laut yang paling dalam hingga pada kedalaman 5 km di bawah permukaan laut. Wajahnya dihiasi gigi mirip taring yang oversized dan rahang yang kokoh. Gigi taring bawahnya yang paling besar demikian panjang hingga ikan ini punya sepasang soket di kedua sisi otak kecilnya untuk tempat slotnya saat mulutnya tertutup. Ikan ini juga diperkirakan memiliki gigi relatif paling besar di lautan untuk ikan seukurannya, dan digunakan untuk mengunyah makanannya, bahkan yang ukurannya lebih besar dari dirinya. Meski tampang ikan ini menakutkan, tetapi masih terlalu kecil untuk bisa melukai manusia - kecuali tiba-tiba ikan ini nongol di mimpi malam Anda.

Cerita horor laut-dalam masih berlanjut, dan ikan Dragonfish cukup dikenal karena mulutnya yang oversized dan gigi mirip taringnya yang menakutkan. Kepalanya saja semuanya seperti hanya diisi dengan rahang dan mata. dan mengeluarkan cahaya yang indah untuk menarik calon mangsanya, mirip seperti kail pancing Anglerfish. Meski sedikit indah karena cahaya indahnya itu tetap saja ikan ini tergolong predator buas yang menakutkan dan seharusnya dihindari.


9. Gulper Eel (Belut Gulper)

Dengan mulut yang lebih besar dari tubuhnya, makhluk aneh dan mengerikan ini juga dinamakan Belut Pelican, dan rahang besarnya yang menjulur ke bawah itu menjelaskan kenapa dinamai demikian. Mulutnya yang lentur dapat dibuka lebar-lebar untuk melahap mangsa yang lebih besar dari dirinya. Pencernaannya bisa meregang sehingga bisa menampung mangsa yang besar. Tapi meskipun rahang Guler ini besar, ukuran giginya relatif kecil. Monster ini menghuni lautan di kedalaman hingga ribuan kaki. Panjangnya bisa mencapai 6 ft.

10. Conger Eel (Belut Conger)

Belut aneh yang bisa mencapai panjang 10 ft ini masih sodaranya ikan Moray, meski tidak memiliki banyak trik unik sepertinya, tapi ukurannya yang besar membuatnya masuk dalam kategori ikan buas ini. American Conger, atau belut laut, juga dikenal dalam permainan (game) mencari ikan. Jika Anda berhadapan dengan makhluk yang berkepala kekar, mulut lebar, dan bergigi kuat yang bisa saja mengakibatkan celaka, mendingan nggak usah dekat-dekat dengannya - kecuali udah jadi ikan bakar di meja makan

ikan Candiru


, Ikan Paling Berbahaya Melebihi Piranha !

Candiru atau disebut juga canero merupakan jenis ikan air tawar yang sekeluarga dengan ikan lele. Ikan ini dapat ditemukan di sungai amazon dan sungai Oranoco, ikan ini memiliki reputasi sebagai ikanyang paling ditakuti oleh penduduk lokal, ikan ini lebih di takuti daripada ikan piranha. Ikan ini hanya dapat berkembang sampai seukuran 1 sampai 2 inci dan lebar 4 sampai 6 milimeter, memiliki bentuk seperti seekor belut dan hampir transparan, membuatnya hampir mustahil untuk dilihat di dalam air. Ikanyang cepat, perenang yang kuat, lembut dan licin, dengan gigi yang tajam.

Terdapat 3 spesies candiru: candiru berukuran jari dan candiru berukuran tusuk gigi yang biasanya makan dengan cara memasuki ikan yang lebih besar, candiru paus(whale candiru) merupakan pemakan bangkai yang lebih memilih untuk makan dari ikan yang sudah mati

Ikan candiru merupakan parasit, modus operandinya sangatlah simpel dan kejam: untuk menemukan ikan, ikan candiru pertama mengecap air, berusaha untuk mengetahui aliran airyang berasal dari ikan lain, setelah mengetahui dari mana aliran air tersebut, ikan itu akan langsung menuju celah-celah sirip ikan itu, duri yang ada di kepala candiru akan melukai insang ikan dan mengeluarkan darah selagi ikan candiru berada di dalam ikan tersebut. Sehingga ikan candiru disebut sebagai ikan vampirdari Brazil.

Ikan ini ditakuti karena ia tertarik pada air seni atau darah, dan bila seseorang berenang telanjang ia akan masuk ke celah anus atau vagina, atau bahkan bila ikannya kecil ke lubang penis Рdan mungkin ke dalam urethra). Bila ini terjadi ikan candir̼ sangat sulit diambil kembali kecuali lewat operasi. Karena ikan ini menemukan mangsanya dengan mengikuti aliran airdari insang ke sumbernya, kencing sambil berenang meningkatkan kemungkinan candir̼ masuk ke urethra manusia.

Cara untuk membunuh ikan ini adalah dengan pengobatan tradisional, dengan air dari dua tanaman : Xagua dan apel Buitach yang dimasukkan ke daerah yang terkena. kedua tanaman ini akan melarutkan ikan tersebut. Dapat juga memalui operasi, tetapi operasi membutuhkan biaya dan waktu.Lebih sering, infeksi menyebabkan shock dan kematian korban sebelum candiru dapat diambil.

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.

Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.

Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.
Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengaoung, mengambang, atau melayang didalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus.

Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi – cumi, paus, dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang didasar laut, contohnya: kerang, teripang, bintang laut, karang, dll.

Penggolongan Plankton

Plankton digolongkan kedalam beberapa kategori, yaitu:

1. Berdasarkan Fungsi

Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.

a. Fitoplankton

Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm). fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai.

Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut.

Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer producer.

Bahan organic yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi yang terkandund didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan.

b. Zooplankton

Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya is sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.

Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod, kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.

Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar Taut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.

c. Bakterioplankton

Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin memahami bahwa bakteri pun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam lour hara (nutrient cycle) dalam ekosistem Taut. la mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel, dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposes). Semua biota laut yang mati, akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaur-ulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam prows fotosintesis.

d. Virioplankton

Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil ( kurang dari 0,2 um ) dan menjadikan biota lainnya, terutama bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memecahkan dan mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua dekade lalu para ilmuwan banyak mengkaji virioplankton ini dan menunjukkan bahwa virioplankton pun mempunyai fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam ekosistem laut.

2. Berdasarkan Ukuran

Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil kingga yang besar. Dulu orang menggolongkan plankton dalam tiga kategori berdasarkan ukurannya, yakni:

a. Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap dengan jaring dengan mata jaring (mesh size) berukuran 20 ,um, atau dengan kata lain plankton berukuran lebih besar dari 20 ,um.

b. Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2,um. Atau berukuran 2-20 ,um;

c. Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 µm.

Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang.

a. Megaplankton (20-200 cm)

Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak ubur­ubur termasuk dalam golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa mempunyai ukuran diameter payungnya sampai lebih dari satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa sampai beberapa meter pajangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-ubur Cyanea arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih dua meter dan dengan panjang tentake130 m lebih .

b. Makroplankton (2-20 cm)

Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula termasuk dalam golongan ini.

c. Mesoplankton (0,2-20 mm)

Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod, amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa fitoplankton yang berukuran besar masuk dalam golongan ini seperti Noctiluca.

3. Berdasarkan Daur Hidupnya

Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi :

a. Holoplankton

Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton.

b. Meroplankton

Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat didasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai plankton sementara.

Pada umumnya ikan menjalai hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam tahap telur dan larva kemudian menjadi nekton sstelah dapat berenang bebas. Kerang dan karang adalah contoh hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton pada tahap telur hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang hidup melekat atau manancap didasar laut.

Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan larva yang bertingkat – tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya buidaya udang, crustacea, mollusca, dan ikan.

c. Tikoplankton

Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup didasar laut sebagai bentos. Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton.

4. Berdasarkan Sebaran Horizontal

Plankton terdapat dilingkungan air tawar hingga tengah samudra. Dari perairan tropis hingga ke perairan kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak dihuni oleh plankton. Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton dibagi menjadi:

a. Plankton Neritik

Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas (kadar garam) yang relatif rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke perairan payau di depan muara dengan salinitas sekitar 5­10 psu (practical salinity unit; dulu digunakan istilah °/oo atau permil, g/kg). Akibat pengaruh lingkungan yang terus-menerus berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan tawar. Beberapa di antaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria (muara) yang payau, misalnya Labidocera muranoi.

b. Plankton Oseanik

Plankton oseanik (oceanic plankton) hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam kelompok ini.

Penggolangan seperti di atas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga plankton yang hidup mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik-oseanik.

5. Berdasarkan Sebaran Vertikal

Plankton hidup di laut mulai dari lapisan tipis di permukaan sampai pada kedalaman yang sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton dapat dibagi menjadi:

a. Epiplankton

Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat menembus. Namun dari kelompok epilankton ini ada juga yang hanya hidup di lapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton semcam ini disebut neuston. Contoh yang menarik adalah fitoplankton Trichodesmium (Gambar 10.), yang merupakan sianobakteri berantai panj ang yang hidup di permukaan dan mempunyai keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10 cm disebut hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai arti yang penting karena bisa mempunyai komposisi j enis yang kompleks.

Dari kelompok neuston ini ada juga yang mengambang di permukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain lagi tersembul ke udara. Yang begini disebut pleuston.

b. Mesoplankton

Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400 m (jangan dikelirukan dengan ukuran plankton yang istilahnya sama). Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai gelap. Oleh sebab itu, di lapisan ini fitoplankton, yang memerlukan sinar matahari untuk fotosintesis, umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini dan lebih dalam didominasi oleh zooplankton. Beberapa kopepod seperti Eucheuta marina tersebar secara vertikal sampai ke lapisan ini atau lebih dalam. Dari kelompok eufausid juga banyak yang terdapat di lapisan ini, misalnya Thysanopoda, Euphausia, Thysanoessa, Nematoscelis. Tetapi eufausid ini juga dapat melakukan migrasi vertikal sampai ke lapisan di atasnya.

c. Hipoplankton

Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400 m. Termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton (bathyplankton) yang hidup pada kedalaman > 600 m, dan abisoplankton (abyssoplankton) yang hidup di lapisan yang paling dalam, sampai 3000 – 4000 m.

Sebagai contoh, dari kelompok eufausid, Bentheuphausia ambylops (Gambar 13) dan Thysanopoda adalah jenis tipikal laut-dalam yang menghuni perairan pada kedalaman lebih dari 1500 m. Kelompok kaetognat Eukrohnia hamata, dan Eukrohnia bathypelagica (Gambar 13) termasuk yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 m.

Benthos



Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Benthos

Benthos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di dasar laut, dikenal sebagai zona bentik. Mereka tinggal di dekat laut atau endapan lingkungan, dari pasang surut di sepanjang tepi kolam, dan kemudian ke bawah abisal pada kedalaman.

Karena cahaya tidak menembus ke dalam laut, sumber energi yang mendalam untuk ekosistem bentik memiliki organik yang lebih tinggi dari pada air bawah kolom yang masuk ke kedalaman.

Sabtu, 17 April 2010

VF super red arowana

My Arowana Eats Mouse

Albert's VIP Red Asian Arowana - Monsterfishkeepers.com

N1WAN Red Arowana

ikan kelisa kembar

Memancing Ikan Talapia Cara Mudah

ikan air tawar

Ikan air tawar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal lingkungan ini berbeda dengan lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh.

41% dari seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali.

Ikan air tawar berbeda secara fisiologis dengan ikan air asin dalam beberapa aspek. Insang mereka harus mampu mendifusikan air sembari menjaga kadar garam dalam cairan tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga memainkan peran penting; ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Karakteristik lainnya terkait ikan air tawar adalah ginjalnya yang berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar berukuran besar karena banyak air yang melewatinya.

Banyak spesies bereproduksi di air tawar namun menghabiskan sebagian besar kehidupannya di laut. Mereka dikenal dengan nama ikan anadromous, meliputi salmon, trout, dan stickleback. Beberapa ikan, secara berlawanan, lahir di laut dan hidup di air tawar, misalnya belut.

Spesies yang bemigrasi antara air laut dan air tawar membutuhkan adaptasi pada kedua lingkungan. Ketika berada di dalam air laut, mereka harus menjaga konsentrasi garam dalam tubuh mereka lebih rendah dari pada lingkungannya. Sedangkan ketika berada di air tawar, mereka harus menjaga kadar garam berada di atas konsentrasi lingkungan sekitarnya. Banyak spesies yang menyelesaikan masalah ini dengan berasosiasi dengan habitat berbeda pada berbagai tahapan hidup. Belut, bangsa salmon, dan lamprey memiliki toleransi salinitas di berbagai tahap kehidupan mereka.

RESEP MASAKAN IKAN BAWAL BUMBU IRIS


Bahan :
750 gr ikan bawal segar, bersihkan lalu dikerat-kerat
1 ½ sdm kecap ikan
5 bh bawang merah, iris tipis
2 siung bawang putih, iris tipis
1 1/2 sdm tausi
2 cm jahe, potong korek api
1 bh cabai hijau, iris miring tipis, buang biji
1 bh cabai merah, iris tipis, buang biji
1 btg daun bawang, potong panjang tipis

Cara membuat:
1. Lumuri ikan dengan kecap ikan, tata di pinggan tahan panas.
2. Taburkan bawang merah, bawang putih, tausi, jahe, cabai merah, cabai hijau dan
daun bawang ke atas ikan bawal.
3. Panaskan kukusan, masukkan pinggan, kukus selama 30 menit.

Untuk 3 orang

sumber:http://resepmasakanindonesia.idcc.info/resep-masakan-ikan-bawal-bumbu-iris.htm

Steam Bawal


Bahan :

Bawal (cari yang fresh)

Cabe besar potong kecil

Tomat

Jahe

Daun bawang besar potong 3cm

Bawang merah & putih cincang

Kecap asin

Saus oyster

Cook :

Peras jeruk nipis pada ikan, supaya amisnya ilang ;D

Tambahkan kecap dan saus oyster pada ikan

Tambahkan daun bawang, cabe, jahe, tomat, bawang merah dan bawang putih

Steam 15 menit

litratur SISITEM PEREDARAAN DARAH pada ikan

System peredaran darah pada ikan adalah system peredaran darah tunggal. Jantung sebagai tempat pemompa darah yang diselimuti oleh pericardium. Jantung terdiri dari dua bagian yaitu: atrium dan ventricle yang berdinding tipis dan tebal. Pada jantung terdapat rung tambahan berdinding tipis yaitu sinus venusus sebagai penampung darah dan duktus cuvieri dan vena hepaticus yang mengirimnya keatrium, yang berfungsi menghalangi darah yang masuk keventricle tidak masuk lagi keatrum oleh atrio ventricular(Went, 1979)

Menurut Tim Ikhtiologi(1989) pada umumnya sisitem peredaraan darah pada ikan adlah peredaraan darah tunggal.Sistem peredaraan darahnya terdiri dari jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah, vena berfungsi sebagai pembawa darah ke jantung ,dan arteri berfungsi sebagai pembawa darah dari jantung dan kapiler berfungsi sebagai penghubung antara arteri dan vena

Sistem Sirkulasi Pisces





Sistem Sirkulasi Pisces


Sistem peredaran darah pada ikan terdiri dari: jantung beruang dua, yaitu sebuah bilik (ventrikel) dan sebuah serambi (antrium). Jantung terletak dibawah faring di dalam rongga parikambium, yaitu bagian dari rongga tubuh yang terletak di anterior (muka). Fungsi jantung memompa darah Selain itu, terdapat organ sinus venosus, yaitu struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung.


Gbr: Jantung ikan terdiri dari Atrium dan Ventrikel

Darah sendiri merupakan Suatu fluida (plasma) tempat bbrp bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan bbrp bahan lain tersuspensi. Fungsi darah pada Ikan adalah sbagai berikut :

1. Mengedarkan suplai makanan ke sel-sel tubuh
2. Membawa oksigen ke jaringan2 tubuh
3. Membawa hormon dan enzim ke organ yg memerlukan


Volume darah pada ikan pada ikan Teleostei berkisar 1,5-3% dari bobot tubuh. Jumlah organ yang membuat darah pada ikan jumlah lebih banyak dari mamalia. Darah pada pisces terdiri dari plasma dan sel darah (Sel darah merah dan Sel darah putih).


Plasma Darah
Berapa cairan jernih berisikan mineral terlarut, hasil pencernaan makan yg diserap oleh buangan jaringan,enzim, antibodi & gas terlarut


Erytrocyte (Sel darah merah)

* Memiliki inti
* Berwarna merah kekuningan
* Erytrocyte dewasa bentuk lonjong, kecil, diameter 7-36 mikron (tergantung spesies ikannya)
* Jumlah tiap mm3 darah berkisar antara 20.000 – 3.000.000
* Pengangkutan oksigen dalam darah bergantung pada HB yang terdapat dalam erytrocye



Leucocyte (sel darah putih)

* Tidak berwarna
* Berjumlah 20.000-150.000 dlm tiap mm3 darah
* Dibedakan 2: granulocyte dan agranulocyte



Granulocyte
neutrophyl, acidophil (easinophil), basophil.


Agranulocyte
lympocyte, monocyte, thrombocyte.(terbesar dr leucocyte)


Organ pembentuk darah pada Cyclostoma semua jenis darah dibentuk dalam Limpa yang tersebar pada sub mucos usus alat pencernaan makanan. Pada Ikan berahang limpa terbagi atas :

1. Cortex (bagian luar) berwarna merah membentuk erytrocyte dan thrombocyte
2. Medulla (bagian dalam) berwarna putih membentuk lymphocyte dan granulocyte


Pada Actinopterigii limpa berfungsis untuk melebur erytrocyte. Trombocyte dibentuk dalam ginjal mesonephros dan granulocyte yang berasal dari sub mucosa esophagus, hati, gonad dan ginjal. Pada Chondrichthyes dan Dipnoi Katup spiral usus membentuk leucocyte.

Ada suatu jaringan seperti bunga karang berwarna coklat kemerahan yang mengelilingi jantung ikan Acipenser, Polyodon, Lepidosinen membentuk lymphocyte dan granulocyte. Rawan cranial pada Squaliformes, Chimaeridae mbtk semuajenis sel darah.

Suhu tubuh ikan golongan hewan berdarah dingin (Poikoloterm) suhu tubuh menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Perubahan suhu mendadak sering mjd penyebab kematian ikan. Perubahan suhu yang kecil pada lingkungan akan menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh ikan sebagai efek perpindahan panas melalui kapiler kulit dan kapiler insang. Ikan muda karena rasio antara insang dan permukaan tubuh lebih besar dari ikan dewasa, akan lebih cepat dalam menyesuaikan suhu tubuhnya.

Sistem sirkulasi ikan berupa system peredaran darah tertutup atau peredaran darah tunggal. Pada sisitem peredaran darah tunggal darah melalui jantung hanya satu kali peredaran. Darah dari seluruh tubuh yang mengandung karbon dioksida mengalir ke sinus venosus, kemudian masuk ke atrium. Sinus venosus adalah ruang atau rongga jantung yang terletak diantara ventrikel dan atrium. Pada saat jantung mengendur, darah mengalir melalui klep, masuk kedalam ventrikel. Dari ventrikel darah diteruskan ke konus ateriosus, kemudian menumju aorta ventralis dan dilanjutkan ke insang. Di Insang, aorta bercabang-cabang menjadi kapiler-kapiler (Pembuluh-pembuluh kecil). Kapiler-kapiler insang melepaskan karbon dioksiada dan mengambil oksigen dari air. Dari kapiler-kapiler insang, darah mengalir ke aorta dorsalis yang bercabang-cabang. Dari cabang-cabang aorta dorsalis ini darah mendistribusikan ke kapiler-kapiler seluruh bagian tubuh. Selain darah juga mengambil kabron dioksida untuk dibawa kembali ke jantung melalaui vena kava dan sinus venosus.

Jumat, 16 April 2010

BUDIDAYA IKAN BERONANG (Siganus sp)


1. PENDAHULUAN

Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupi kebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi perikanan laut sebagian besar masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan dari alam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu digali dari 2 (dua) sumber yaitu penangkapan dan budidaya. Salah satu komoditi ikan laut yang potensial dan sudah dapat dibudidayakan adalah ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil penelitian ternyata komoditi beronang mempunyai nilai yang menguntungkan sebagai berikut:

1. Ikan beronang merupakan makanan yang enak dan gurih dan disukai banyak orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.
2. Ikan ini umumnya “primary herbivor” yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan dan juga memakan makanan buatan.
3. Selama musim-musim tertentu benih beronang dapat diperoleh dalam jumlah banyak.
4. Ikan beronang mempunyai toleransi besar terhadap salinitas dan suhu.
5. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat.
6. Ikan ini sudah dapat dipijahkan di dalam laboratorium sehingga prospek pembenihan dari hatchery cukup baik.
7. Ikan beronang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang ada telurnya selama tahun baru cina.
8. Teknologi pembesaran ikan beronang sudah dikuasai.

Mengingat budidaya ikan beronang relatif baru dikenal masyarakat, maka petunjuk teknis ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi yang berminat melakukan usaha budidaya beronang.

2. BIOLOGI

1. Diskripsi dan Taksonomi
Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar. Ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan memipih latural, dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar bisa/racun pada ujungnya. Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut.

* Kelas:
o Dada : Percipformes
o Sub dada : Acanthuroidei
o Famili : Siganidae
o Genus : Siganus
o Species : Siganus spp.

1. Kebiasaan Makanan
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan.
2. Penyebaran
Penyebaran ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap species sangat terbatas seperti yang terdapat di LON LIPI daerah penyebaran setiap
species sebagai berikut:
TEKNOLOGI BUDAYA

1. Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis. Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:
1. Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
2. Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air
kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan arus.
3. Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
4. Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas, binatang yang selain potensial dapat mengganggu (predator).
5. Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :

* Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
* Suhu air berkisar antara 28 ~ 32 0 C.
* O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
* Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.

1. Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudah diperoleh. Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan
dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.
2. Sarana produksi
Metoda budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan metoda. Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.
1.

Gbr 1
Gbr 2
Gbr 3
Gbr 4
Gbr 5
Gbr 6

1. Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung
Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen
tersebut adalah sebagai berikut:

* Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu. Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.
Gambar 1. Kerangka Rakit
* Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75 ~ 1″. Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m 3 . Jaring apung yang telah siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka. Pola pembuatan kurungan dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dan agar kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat. Gambar 2. Pola Pembuatan Kurungan Apung. Gambar 3. Cara Pengikatan Jaring Gambar 4. Kurungan Telah Dipasang pada Rakit
* Pelampung
Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastik volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm. Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka Rakit
* Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi. Gambar 6 Pengaturan dan Pemasangan Jangkar

1. Benih

* Persyaratan Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambat pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah penularannya ke ikan di dalam wadah budidaya. Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara lain adalah :
o Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak sakit;
o Gerakan ikan lincah;
o Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan.
o Penyediaan Benih
Sampai saat ini benih ikan beronang yang digunakan dalam usaha budidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan beronang dapat diperoleh dalam jumlah besar pada saat musim puncak benih. Untuk setiap jenis beronang musim puncaknya akan berlainan setiap lokasi. Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampai saat ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapa
jenis sudah berhasil dilakukan.
o Penanganan dan Transportasi Benih
Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti suhu dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronang
sangat perlu dijaga hati-hati. Pada saat pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus selalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih dapat dilakukan sehari setelah pengumpulan dan cukup memberikan istirahat bagi ikan dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk menggunakan seser yang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit akibat persentuhan benih satu sama lain. Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak dekat dapat digunakan keramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di air. Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan untuk jarak jauh dapat digunakan kantong-kantong plastik atau periuk-periuk tanah. Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup dapat ditransportasi sampai maksimum 48 jam.

1. Pakan

* Persyaratan Pakan
Salah satu faktor yang sangat penting menentukan pertumbuhan ikan yang dipelihara adalah faktor ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknya yaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah nutrient/zat makanan yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknya yang masih baru (pellet) dan segar (ikan rucah).
* Penanganan Pakan
Untuk menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya ikan beronang perlu diperhatikan penanganan terhadap pakan yang digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pakan antara lain adalah tempat penyimpanan pakan harus bersih dan kering.

1. Teknologi Budidaya
1. Pola Produksi
Dalam usaha budidaya ikan laut pengaturan pola tanam perlu disesuaikan dengan ketersediaan seperti (benih, pakan) dan pengaruh dari musim serta ketersediaan pasar. Untuk itu dalam kegiatan budidaya ikan di laut setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat. Dalam pengaturan pola tanam yang berhubungan daya serap pasar alternatif pola tanam adalah setiap KK adalah melakukan penanaman pada 1 unit karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah jurungan dan penebaran benih dapat dilakukan selang 3 hari – 1 minggu setiap KK atau tergantung dari daya serap pasar.
2. Cara Penebaran Benih
Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian secara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
3. Cara Pemberian Pakan
Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Konversi pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4 yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet sebanyak 4 kg.
4. Penanganan Hasil
Panen ikan beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulan setelah penebaran. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : – Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telah berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan menggunakan serok/lampit/alat angkap.

* Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke arah suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan kemudian diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap denganberhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen sebaiknya dilakukan pada saat udara sejuk.

1. Manajemen Budidaya
Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan jaring apung adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkan untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan menggunakan mesin semprot jaring.
2. Hama dan Penyakit
1. Hama
Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari kurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh manusia perlu juga diwaspadai.
2. Penyakit dan Pencegahannya
Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan
dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :

* Ada kelainan tingkah laku : salah satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya dan cara berenangnya miring atau “driving” (ikan yang
berada di permukaan langsung menuju dasar dengan cepat). Gejala demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian :
penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan bahan kimia logam berat, dan kekurangan vitamin.
* Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah berapa lama keadaan ini terjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes (oxydized fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang terjadi karena persediaan pakan sedikit.
* Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan dan permukaan tubuh ikan.
* Mata tidak normal : disebabkan oleh bakteri dan parasit tremotoda Giganea sp. Untuk organ tubuh bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi pada : Insang : Hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah dan keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik. Otak : Terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia sp. Jantung : Menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh bakteri klas Mycospradia, membran jantung membesar karena diserang bakteri Streptococcud spp. Hati : Membesar atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkan oleh perubahan kadar lemak (fatty change liver desease). Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah pecah. Lambung : Menjadi kembung, luka dan berlobang, disebabkan oleh parasit yang termasuk klas Cestoda. Usus : Luka, pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis, disebabkan oleh parasit dalam klas Nematoda, Trematoda, Cestoda dan Acanthocephala. Limpa : Menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh
adanya penyakit di bagian lain. Otot : Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh bakteri Nacordia sp atau serangan parasit Microsporidae.

1. Penanganan Ikan Sakit
Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah yaitu :

* Berdasarkan teknik budidaya :
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain adalah :
o Menghentikan pemberian pakan pada ikan;
o Mengganti makanan dengan jenis lain;
o Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatannya/ densitasnya rendah;
o Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah bagi ikan yang lain.
o Berdasarkan terapi kimia :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
+ Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan digunakan;
+ Memeriksa batas dosis yang aman untuk masing-masing obat agar tidak terjadi “over dosis”;
+ Menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri;
+ Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat tersebut.

1. d. Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat yang akan digunakan dapat ditentukan sendiri dengan memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena penyakit, kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan (tempat budidaya). Ada beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu :

* Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;
* Disebarkan pada permukaan;
* Dicampurkan dalam pakan;
* Dengan cara injeksi.
Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis monogenetik trematoda pada bagian insangnya, parasit ini dapat dilepaskan dengan mengunakan “dipterex” (organoposfat, sinonim : Dylox, Masoten, Neguvon) dengan dosis sebesar 30 ppm selama 8 – 16 m enit dan 50 ppm selama 4 – 5 menit. Percobaan ini hasilnya positif, dengan tingkat kematian ikan beronang sampai 0%. Waktu dan dosis obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hati-hati agar tidak terjadi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa jumlah dosis yang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa dosis yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang.
Tabel 4. Dosis Dipterex yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang (Tanaka dan Basyari, 1982).
1. Pencegahan penyakit
Untuk mencegah agar ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

* Menjaga kebersihan tempat budidaya;
* Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahan-bahan kimia pertanian;
* Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan kontaminasi jamur;
* Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Dana Kusumah, E., 1985, Beberapa Aspek Biologi Ikan Beronang (Siganus spp) Workshop Budidaya Laut 28 Oktober – 1 Nopember 1985 di Lampung. 10 pp.
2. WASPADA, E, Hiroki, 1985. Percobaan Pemberian Pakan pada Pemeliharaan Benih Ikan Beronang, Workshop Budidaya Laut 28 Oktober – 1
Nopember. 68 – 73 p.
3. Marto Sewajo, S., Burhanudin, Djamali, P. Sianipar. 1981. Ikan Beronang. Biolobi , Potensi dan Pengelolaannya. LON – LIPI. 45 p.
4. Basyori, A., E. Dana Kusumah; Philip T. T, Pramu, S, Musthahal dan M. Isra. Budidaya Ikan Beronang (Siganus spp). Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan IDRC, 39 p.
5. Informasi Teknologi, BBL.

5. SUMBER

Pedoman Teknis Budidaya Ikan Beronang, Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1997.

6. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

====================

Makalah-2

1. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ikan baronang adalah salah satu jenis komoditas yang potensial untuk dikembangkan mengingat harganya yang cukup mahal. Saat ini sudah banyak masyarakat yang membudidaya-kannya dengan menggunakan benih dari alam. Sejak tahun 1988 ikan baronang sudah dapat dibenihkan dengan berbagai upaya baik secara alami maupun penggunaan hormon dan stripping.
2. Persyaratan Lokasi
1. Sumber air laut bersih dan jernih sepanjang tahun.
2. Bebas dari pencemaran.
3. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.
4. Dekat dengan lokasi pemasaran/pemasok induk

2. TEKNIK PEMBENIHAN

1. Bahan
1. Induk ikan jantan dan betina perbandingannya 1 : 1.
2. Bak pemijahan.
3. Bak penetasan.
4. Bak pemeliharaan larva.
2. Seleksi Induk
Induk yang matang telur hasil pembesaran dalam kurungan apung dipindahkan ke dalam bak-bak pemijahan dengan volume air + 3 m 3 .
3. Metoda Pemijahan
Metoda yang digunakan adalah pemijahan alami, pemijahan dengan rangsangan rangsangan hormon dan pemijahan dengan stripping.
1. Pemijahan alami
Induk ikan baronang umumnya memijah pada bulan gelap, waktu memijah sekitar petang menjelang malam atau dinihari menjelang subuh. Ikan baronang memijah umumnya pada bulan Pebruari s/d September.
2. Pemijahan dengan hormon
Induk ikan yang sudah matang telur dirangsang untuk memijah dengan suntikan hormon gonadotropin. Induk betina disuntik dengan 500 MU dan induk jantan disuntik dengan 250 MU (mouse unit). Biasanya setelah 6 -8 jam ikan akan memijah.
3. Pemijahan dengan stripping
Stripping dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara kering dan cara basah.
1. Cara kering
Sel telur hasil stripping dari induk betina dicampur dengan sperma jantan, pencampuran dilakukan dengan bulu ayam/bulu bebek, kemudian dibiarkan selama + 10 menit. Setelah itu dicuci dengan air laut yang telah disaring dan disterilisasi, baru telur dipindahkan ke bak penetasan.
2. Cara basah
Sel telur dan sperma hasil stripping dicampur dalam air laut yang telah disterilisasi dan dibiarkan selama + 10 menit, kemudian dicuci dan dipindahkan ke dalam bak penetasan.
4. Penetasan Telur
1. Persiapan
Bak penetasan disiapkan dengan dibersihkan menggunakan bahan kimia chlorin dengan dosis 200 ppm. Kualitas air seperti oksigen, pH, salintas, suhu, kecerahan, kandungan gas dan logam berat harus dijaga agar tidak melebihi batas ambangnya.
2. Penetasan
Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 22 – 24 jam pada suhu air 26 – 28 0 C. Telur yang tidak dibuahi akan tenggelam ke dasar bak.
5. Pemeliharaan Larva

* Larva yang dirawat dengan seksama terutama sesudah kuning telurnya habis. Pada tahap ini larva diberi pakan hidup alami berupa chlorella sp, rotifera dan daging ikan yang dicincang.
* Gambar 1. Pemijahan
* A. Pengambilan Sperma
B. Pengambilan telur dengan cara stripping
C. Pencampuran sperma dan telur
D. Diaduk dengan bulu ayam/bebek
E. Pencucian telur
F Pencucian dengan air mengalir dalam plankton net.
* Dari beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan secara bersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan perkembangan larva. Hari ke Jenis Pakan 10 20 30 40
o Larva bivalvia
o Rotifera
o Nauplii artemia
o Copepoda (Tigropus sp)
o Daging cincang
o Daging/udang/ikan

1. Pengelolaan Kualitas Air
Air laut untuk pemeliharaan larva adalah air laut yang sudah mengalami beberapa saringan, pertama melalui saringan pasir kemudian saringan millipore yang berdiameter 10 dan 15 mikron. Pembersihan tangki harus dilakukan secara periodik dengan menggunakan siphon (pipa plastik), larva telah berumur antara 7 – 20 hari, dasar tangki harus dibersihkan setiap 2 hari sekali, bila larva berumur di atas 21 hari pembersihan dasar tangki dilakukan setiap hari.

3. SUMBER

Booklet Jenis-Jenis Komoditi Laut Ekonomis Penting Pada Usaha Pembenihan, Direktorat Bina Pembenihan, Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta,
1996

4. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.