Sabtu, 27 November 2010

biokimia ttg protein


PROTEIN

1.        Fungsi Protein
a.       Sebagai enzim
            Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
b.      Alat pengangkut dan penyimpan
            Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot.
c.       Pengatur pergerakan
            Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
d.      Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.
e.       Pertahanan tubuh atau imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain.
f.       Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
g.      Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan

2.        Ciri Molekul Protein
Molekul ini adalah makro molekul yang polimer (dibangun oleh asam amino sebagai monomernya) dan tidak bercabang. Tersusun dari unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H) oksigen (O) dan nitrogen (N), dan kadang-kadang disertai unsur sulfur (S), dan posfor (P). Kira-kira 50% dari berat kering organisme hidup adalah protein. Protein dalam organisme hidup ini ada yang berperan sebagai enzim, sebagai sumber energi misalnya untuk pergerakan otot, ada yang bertanggung jawab atas pengangkutan materi melalui peredaran darah misalnya hemoglobin dan zat anti bodi, ada pula yang berperan sebagai persediaan makanan misalnya ovalbumin pada putih telur dan kasein pada susu. Protein juga merupakan bahan untuk perbaikan, pertumbuhan dan pemeliharaan struktur sel dari organ tubuh. Terdapat 20 macam asam amino yang membentuk berbagai macam protein dalam tubuh organisme hidup

Beberapa ciri molekul protein lainnya adalah:
1.        Berat molekulnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul.
2.        Terdapatnya ikatan kimia lain, yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi protein. Sebagai contoh misalnya ikatan hidrogen, ikatan hidrofob (ikatan apolar), ikatan ion atau elektrostatik dan ikatan Van Der Waals.
3.        Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, temperatur, medium pelarut organik, dan deterjen.
4.        Umumya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping yang reaktif dan susunan khas struktur makromolekulnya.
5.        Berbagai macam gugus samping yang biasa terdapat ialah kation, anion, hidroksil aromatik, hidroksil alifatik, amin, amida, tiol dan gugus heterosiklik.

3.    Klasifikasi Protein
Protein terdapat dalam semua sistem kehidupan. Merupakan suatu komponen selular utama dan menyusun sekitar 50% dari berat kering sel. Mikrobiomolekul dengan susunan kompleks ini, merupakan polimer alam dari asam-asam alfa amino, berat molekul berkisar antara lima ribu sampai berapa juta.
Istilah komponen dikemukakan pertama kali oleh pakar kimia bangsa Belanda G. J. Nulder pada tahun 1939, yang diturunkan dari bangsa yunani “proteios”. Proteios sendiri mempunyai arti yang pertama atau yang paling utama. Protein mengandung peranan penting dalam organisme mahluk hidup, yaitu dalam struktur, fungsi dan reproduksi.
Karena protein tersusun atas asam-asam alfa amino, maka susunan kimianya juga mengandung unsur-unsur seperti yang terdapat dalam asam-asam amino penyusunya, yaitu : karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen. Kadang-kadang dalam molekul protein terdapat unsur-unsur belerang, yaitu bila diantara monomernya terdapat asam amino sistein metoinin. Pada protein majemuk disamping unsur-unsur tersebut kemungkinan masih mengandung fosfor, besi atau magnesium. Susunan untuk bagian-baguan protein untuk berbagai macam tidak jauh berbeda, yaitu sekitar : 52,40% karbon; 6,90-7,30% hidrogen; 15,30-18% nitrogen; 21-23,50% oksigen dan 0,80-2,00% belerang.
Berbagai jenis protein yang telah dikenak mempunyai fungsi yang spesifik, misalnya sebagai pengatur metabolik ( hormon ), sebagai biokatalisator ( enzim ), sebagai pertahanan tubuh (antibodi ), sebagai pembangun struktur, sebagai pengatur PH, sebagai pembawa sifat keturunan, sebagai sumber energi dan sebagai pengangkut lipida, oksigen atau ion tembaga dalam tubuh.
a. Berdasarkan bentuknya protein diklasifikasikan sebagai berikut :
*        Protein bentuk serabut (fibrous)
Protein ini terdiri atas beberapa rantai peptida berbentu spiral yang terjalin. Satu sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku. Karakteristik protein bentuk serabut adalah rendahnya daya larut, mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi untuk tahan terhadap enzim pencernaan. Kolagen merupakan protein utama jaringan ikat. Elasti terdapat dalam urat, otot, arteri (pembuluh darah) dan jaringan elastis lain. Keratini adalah protein rambut dan kuku. Miosin merupakan protein utama serat otot.
*        Protein globuler
Berbentuk bola terdapat dalam cairan jaringan tubuh. Protein ini larut dalam larutan garam dan encer, mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam dan mudah denaturasi. Albumin terdapat dalam telur, susu, plasma, dan hemoglobin. Globulin terdapat dalam otot, serum, kuning telur, dan gizi tumbuh-tumbuhan. Histon terdapat dalam jaringan-jaringan seperti timus dan pancreas. Protamin dihubungkan dengan asam nukleat.
*        Protein konjugasi
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-bahan non-asam amino. Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA dan RNA. Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan karbohidrat dalam jumlah besar. Lipoprotein terdapat dalam plasma-plasma yang terikat melalui ikatan ester dengan asam fosfat sepertu kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang terikat dengan mineral seperti feritin dan hemosiderin adalah protein dimana mineralnya adalah zat besi, tembaga dan seng.

b. Menurut kelarutannya protein diklasifikasikan sebagai berikut :
*        Albumin : laut dalam air terkoagulasi oleh panas. Ex : albumin telur, albumin serum.
*        Globulin : tak larut air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan garam, mengendap dalam larutan garam, konsentrasi meningkat. Ex : Ixiosinogen dalam otot.
*        Glutelin : tak larut dalam pelarut netral tapi tapi larut dalam asam atau basa encer. Ex : Histo dalam Hb.
*        Plolamin/Gliadin : larut dalam alcohol 70-80% dasn tak larut dalam air maupun alcohol absolut. Ex : prolaamin dalam gandum.
*        Histon : Larut dalam air dasn tak larut dalam ammonia encer. Ex : Hisron dalam Hb.
*        Protamin : protein paling sederhana dibanding protein-protein lain, larut dalam air dan tak terkoagulasi oleh panas. Ex : salmin dalam ikatan salmon.
c. Berdasarkan senyawa pembentuk protein diklasifikasikan sbb:
*        Protein sederhana (protein saja ) ex : Hb
*        Protein kojugasi dan senyawa non protein
Protein yang mengandung senyawa lain yang non protein disebut protein konjugasi, sedang protein yang mengandung senyawa non protein disebut protein sederhana. Ex : 9 Glikoprotein terdapat pada hati.
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-bahan non-asam amino. Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA dan RNA. Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan karbohidrat dalam jumlah besar. Lipoprotein terdapat dalam plasma-plasma yang terikat melalui ikatan ester dengan asam fosfat sepertu kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang terikat dengan mineral seperti feritin dan hemosiderin adalah protein dimana mineralnya adalah zat besi, tembaga dan seng.
d. Berdasarkan keberadaan asam amino esensial.
Dikelompokkan kedelapan asam amino esensial yang harus disediakan dalam bentuk jadi dalam menu makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
*        Isoleusin
*        Leussin
*        Lisin
*        Methionin (asam amino esensial), fungsinya dapat digantikan sistin (semi esensial) secara tidak sempurna.
*        Penilalanin, yang fungsinya dapat digantikan tirosin (semi esensial) tidak secara sempurna, akan tetapi paling tidak dapat menghematnya.
*        Threonin
*        Triptopan
*        Valin
e. Klasifikasi protein pada biokimia didasarkan atas fungsi biologinya.
*      Enzim
Enzim merupakan golongan protein yang terbesar dan paling penting. Kira-kira seribu macam enzim telah diketahui, yang masing-masing berfungsu sebagai katalisator reaksi kimai dalam jasad hidup. Pada jasad fhidup yang berbeda terdapat macam enzim yang berbeda pula. Molekul ensim biaanya berbentuk bulat (globular), sebagian terdiri atas satu rantai polipeptida dan sebagian lain terdiri lebih dari satu polipeptida. Contoh enzim:ribonuklese,suatu enzim yang mengkatalisa hidrolisis RNA; sitokrom, berperan dalam proses pemindahan elektron; tipsin, kataliator pemutus ikatan peptida tertentu dalam polipeptida
*      Protein Pembangun
Protein pembangun berfungsi sebagai unsur pembentuk struktur. Beberapa contoh misalnya: protein pembungkus virus, merupakan selubung pada kromosom; glikoprotein, merupakan penunjang struktur dinding sel; struktur membran, merupakan protein komponen membran sel; α-keratin,terdapat dalam kulit, bulu ayam, kuku; sklerotin, terdapat dalam rangka luar insekta; fibroin, terdapat dalam kokon ulat sutra; kolagen, merupakan serabut dalam jaringan pengambung; elastin, terdapat pada jaringan penyambung yang elastis (ikat sendi); mukoprotein, terdapat dalam sekresi mukosa (lendir).
*      Protein Kontaktil
Merupakan golongan protein yang berperan dalam proses gerak. Sebagai contoh misalnya: miosin, unsur filamen tak bergerak dalam miofibril; aktin, unsur filamen yang bergerak dalam miofibril; dienin, terdapat dalam rambut getar dan flagel.
*      Protein Pengangkut
Mempunyai kemampuan mengikat molekul tertentu dan melakukan pengangkutan berbagai macam zat melalui aliran darah. Sebagai contoh: haemoglobin, terdiri atas gugus senyawa hame yang mengandung besi terikat pada protein globin, berfungsi sebagai alat pengankut oksigen dalam darah vertebrata; hemosianin, sebagai alat pengangkut oksigen dalam darah beberapa macam invertebrata; serum albumin, pengangkut asam lemak dalam darah; seruloplasmin, alat pengangkut ion tembaga dalam darah.
*      Protein Hormon
Beberapa hormon protein adalah: insulin, mengatur metabolisme glikosa; adrenokortikotrop, mengatur sintesis kortikosteroid; hormon pertumbuhan, menstimulasi pertumbuhan tulang.
*      Protein Bersifat Racun
Bersifat racun terhadap hewan kelas tinggi: racun dari Clostridium botulinum, yang menyebabkan keracunan bahan makanan.
*      Protein Pelindung
Umumnya terdapat dalam darah vertebrata . misalnya: antibodi, protein yang dibentuk jika ada antigen dan dengan antigen yang merupakan protein asing, dapat membentuk senyawa kompleks.
*      Protein Cadangan
Disimpan untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai contoh: ovalbumin, protein yang terdapat padaputih telur; zein, merupakan protein dalam biji jagung.
4.        Organisasi struktur Protein
Protein merupakan polimer yang linear dan tidak bercabang. Tersusun dari asam amino sebagai monomeriknya ditambah polimer atau polipeptidanya. Memiliki panjang tidak lebih 2000 unit. Terdapat 20 macam asam amino saling berikatan menyusun ikatan peptida yang beraneka ragam membentuk kode perintah dalam pembentukan protein.
Secara hirarki, para ahli mengklasifikasikan 4 tingkatan struktur, yaitu:
1. Struktur Primer
Protein yang dibentuk dengan asama amino tergabung dalam ikatan polipeptida.  Setiap asam amino terhubung dengan asam amino lainnya dalam ikatan peptida yang terbentuk karena adanya  reaksi kondensasi gugus karboksil pada setiap masing-masing asam amino.
ch3f13
Gambar 1.1 Struktur Asam amino primer
struktur-primer
Gambar 1.2 Struktur protein primer
Pada ujung dari rangkaian polipeptida yang terbentuk mempunyai sifat kimia yang berbeda: satu ujung mempunyai gugus amino bebas (N atau amino, NH2-) disisi satunya, sedangkan mempunyai gugus karboksil bebas (ujung C atau karboksil, COOH-) pada ujung satunya. Oleh karena itu, arah polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri ke kanan) maupun C →N (kanan ke kiri).
2.  Struktur Sekunder
Pada struktur sekunder, rangkaian polipeptida memiliki konformasi yang berbeda. Bersifat reguler dan memiliki pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua tipe umum struktur protein sekunder yaitu α-heliks dan β-sheet. Keduanya terbentuk karena ikatan hidrogen yang terjadi antara asam amino yang berbeda pada polipeptida.
ch3f15
Gambar 2.1
Alpha helix dan beta sheet sebagai struktur sekunder protein
helixbeta
Gambar 2.2
Alpha helix dan beta sheet sebagai struktur sekunder protein
3.    Struktur Tersier
Struktur polipeptida yang terjadi dari lipatan komponen struktur sekunder polipeptida yang membentuk konfigurasi tiga dimensi. Bermacam-macam gaya ikatan hidrogen antar asam amino yang terjadi pada rangkaian polipeptida inilah maka disebur struktur tersier. Disertai gaya hidrofobik rangkaian ini menempatkannya (asam amino gugus non-polar) dibagian dalam protein dengan tujuan melindunginya dari air. Selain ikatan hidrogen, terdapat juga ikatan kovalen yang disebut juga sebagai jembatan disulfide antara asam amino sistein di berbagai macam posisi pada rangkaian polipeptida.
ch3f16
Gambar 3.1 Struktur Protein Tertsier
tersier
tersier-2
ribbon
Gambar 3.2
Struktur tersier dari protein enzim triosa fosfat isomerase (TPI)
4.    Struktur Kuartener
Asosiasi yang terjadi antara dua atau lebih rangkaian polipeptida, dimana masing-masing terlipat menjadi struktur tersier, menjadi protein multisubunit. Tidak semua protein membentuk struktur kuaternair. Antara rangkian polipeptida yang berbeda struktur protein terikat dengan jembatan disulfide. Sedangkan pada protein yang terdiri dari asosiasi subunit yang lebih lemah akan dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik. Protein ini dapat kembali pada komponen polipeptidanya, atau berubah komposisi subunitnya tergantung pada kebutuhan fungsinya. Singkatnya, struktur kuartener menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama membentuk struktur protein.
Sebagai contoh adalah molekul hemoglobin manusia yang tersusun atas 4 subunit, yang dipaparkan pada Gambar.
kuartener
kuartener-2
Gambar 4.1.
Struktur hemoglobin yang merupakan struktur kuartener protein.
5.      Sifat Larutan Protein
Sifat asam-basa suatu protein dalam larutan, sebagian besar ditentukan oleh gugus R asam aminonya yang dapat berionisasi. Gugus NH2 dan COOH yang terdapat pada kedua ujung rantai polipeptida sedikit sekali menunjang sifat asam-basa protein tersebut. Karena perbedaan macam protein ditentukan oleh urutan asam amino dan konformasi polipeptidanya, maka kemumngkinan ionisasi gugus R itu dipengaruhi oleh gugus tetangganya. Seperti pada asam amino bebas, protein juga mempunyai titik isoelektrik, yaitu pada pH yang menunjukan jumlah muatan positif dan negatif sama dalam protein itu, sehingga pada keadaan ini daya larut protein minimum. Pada pH ini protein tidak akan bergerak bila diletakan dalam medan listrik. pH iso elektriknya ditentukan oleh jumlah dan pK’ gugus R yang berionisasi. Dalam larutan dengan pH di atas pH isoelektrik, protein bermuatan negatif dan akan bergerak ke anoda, pada pH sebaliknya protein bergerak ke katoda.
6.      Pemisahan Protein
Pemisahan protein dari campuran yang terdiri atas berbagai macam sifat asam-basa, ukuran, dan bentuk protein, dapat dilakukan dengan cara:
a. Elektroforesis
Cara ini didasarkan pada kecepatan bergerak yang berbeda-beda dari protein dalam medan listrik, pada pH tertentu. Ada dua cara pemisahan protein: yang pertama adalah elektroforesisi batas gerak (moving boundary electrophoresis) dengan meletakan kedua campuran dalam tabung U yang kedua ujungnya masing-masing dihubungkan dengan anoda dan katoda. Kecepatan gerak protein positif ke katoda maupun protein negatif ke anoda berbeda-beda. Perbedaan kecepatan ini akan menghasilkan batas atau lapisan dalam tabung U yang dapat dilihat dengan menggunakan cara penentuan index refraksinya. Jumlah lapisan yang terjadi menunjukan banyaknya macam protein dalam campuran. Masing-masing protein dapat dipisahkan dengan mengeluarkannya dari tabung U dengan menggunakan kran yang merupakan bagia tabung tersbut. Cara ini mempunya berbagai kekurangan, yaitu lambatnya pekerjaan, dibutuhkannya jumlah campuran protein yang banyak, penentuan indeks refraksi yang sukar, lapisan yang terjadi mudah dipengaruhi oleh getaran; cara ekedua adalah elektroforesis lajur (zone electrophoresis) sedikit campuran protein dari larutan dapat ditempatkan pada suatu matriks padat, misalnya kertas saring, jel kanji. Pergerakan protein pada matriks padat tersebut akan jelas terlihat setelah dilakukan penentuan kualitatif dengan uji warna.
b. Kromatografi
Penentuan dan pemisahan campuran protein dengan cara kromatografi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip kromatografi pada umumnya yaitu dengan mempertimbangkan adanya dua fase yaitu fase gerak dan fase diam.
c. pengandapan protein sebagai garam
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu, seperti, asam trikloroasetat dan asam perkolat. Penambahan asam ini menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendap lainnya adalah asam tungsat, fosfotungsat, dan metafosat. Protein dapat juga diendapakan dengan kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+.
d. pengendapan dengan cara perbedaan kelarutan
Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda didalam air. Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini adalah: pertama, pengaturan protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada pH isoelektriknya beberapa protein akan mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masing-masing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan teknik yang disebut penendapan isoelektrik; kedua, penambahan garam didasarkan pada oengaruh yang berbeda daripada penambahan garam tersebut pada kelarutan beberapa protein globular. Proses ini disebut salt-in, dan tidak dipengaruhi oleh garam netral, tetapi dipengaruhi oleh konsentrasi dan jumlah muatan pada tiap ion dalam lartuan. Dalam proses ini garam divalen seperti MgCl2 dan MgSO4 lebih efektif daripada garam monovalen seperti NaCl, dan KCl; ketiga, penambahan pelarut organik tertentu seperti etanol dan aseton kedalam larutan protein dalam air akan menyebebkan berkurangnya kelarutan protein, sehingga memungkinkan pengandapannya. Kejadian ini disebabkan oleh kelarutan protein yang pada pH dan kekuatan ion tertentu merupakan fungsi konstanta dielektrik daripada medium, dan adanya kecenderungan menurunnya hidratasi gugus ion dengan masuknya pelarut organik tersebut; keempat, temperatur , dalam batas-batas tertentu mempengaruhi kelarutan protein. Pada umumnya kelarutan naik pada suhu yang lebih tinggi (0o-40oC). pada suhu diatas 40oC kebanyakan protein menjadi tidak mantap dan mulai mengalami denaturasi

Selasa, 23 November 2010

contoh laporan limnologi(debit air)

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pengukuran Debit Air” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada para asisten dosen Limnologi karena telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga laporan ini dapat disusun.
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa serta materi yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu penulis menerima kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan praktikum di masa yang akan datang. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita semua.


Pekanbaru,  November 2010

Penulis



I. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Limnologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari lingkungan perairan darat (misalnya danau, situ, waduk, danau, rawa dan lahan basah), terdiri  atas kompoenen biotik dan abiotik, serta pengungkapan proses-proses interaksi diantara komponen-komponen itu (Hehanussa, 2001).
Air merupakan pokok bagi kehidupan dan secara keseluruhan mendominasi komposisi kimia dari semua organisme. Terdapatnya dimana-mana dalam biota sebagai tumbuhan metabolisme biokimia dan mempunyai sifat kimia serta fisika yang unik.
Perairan umum merupakan bagian permukaan bumi yang secara permanen berkala digenangi air, baik air tawar, payau, atau laut yang dihitung dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami maupun buatan (Dinas Perikanan Tingkat 1 Propinsi Riau, 1997).
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Ada beberapa cara mengukur debit air yaitu dengan Emboys Float Method dan metode Weir yang menggunakan papan bercelah.
Pemilihan lokasi debit air mempunyai beberapa syarat antara lain di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, aliran tidak melimpah melewati tebing sungai. (Sihotang, Asmika dan Efawani, 2009)

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan diadakannya praktikum Pengukuran Debit Air ini adalah untuk mengukur debit air (jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu persatuan waktu) dengan Emboys Float Method dan metode Weir.
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu setiap mahasiswa  mengerti dan mengetahui cara-cara mengukur debit air (jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu persatuan waktu) dengan Emboys Float Method dan metode Weir.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Perairan umum merupakan bagian permukaan bumi yang secara permanen berkala digenangi air, baik air tawar, payau, atau laut yang dihitung dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami maupun buatan (Dinas Perikanan Tingkat 1 Propinsi Riau, 1997).
Perairan Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar terutama sektor perikanan maupun keperluan lainya. Ini dapat dilihat dari luas perairan yang ada dan jenis ikan yang terdapat di dalamnya (Djuhanda, 1981).
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk).
Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Sihotang, Asmika dan Efawani, 2006).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa debit air dapat diukur dengan berbagai metode diantaranya yaitu: Emboys Float Method, Rectangular Weir, 90 Notch Weir, cara kecepatan luas ( Sihotang, 2006).
Arus adalah gerak air (atau udara atau fluida lainnya) yang mengalir. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus atau air di suatu lokasi, biasanya menggunakan perangkat  tali  plastik dan bola pimpong (Hehanusa, 2001)
Sitohang (1998) mengemukakan bahwa kecepatan arus adalah jarak (cm) yang ditempuh persatuan waktu (detik). Jenis gerakan air adalah suatu sifat lingkungan yang sangat penting karena ini mengendalikan struktur fisika dari dasar perairan mengalir.
Cara pengukuran debit air dapat dilakukan dengan dibendung, perhitungan debit dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang, didapat dari kerapatan larutan obot, dengan menggunakan pengukur arus magnitis, pengukur arus gelombang supersonis, meter venturi, dan seterusnya.
Menurut Uktoselya (1991), mengemukakan bahwa arus dapat menimbulkan kerusakan fisik pada sungai dan muara sungai seperti terjadinya pengikisan darat, pemindahan sedimen. Disamping itu, besarnya volume air yang mengalir dan kuatnya pasang surut akan mempengaruhi sistem arus pada daerah muara.














III.             METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum Limnologi ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 5 November 2010 pada pukul 10.00 s/d selesai di Laboratorium Limnologi jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan (objek praktikum) pada praktikum Pengukuran Debit Air ini adalah perairan waduk/sungai di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang memenuhi syarat-syarat untuk pemilihan lokasi pengukuran debit air.
Alat yang digunakan pada praktikum Pengukuran Debit Air ini adalah Trapezoid Weir, penggaris panjang, tali sepanjang 3 meter sebanyak 2 buah, bola pimpong, kayu, stopwatch, buku penuntun praktikum dan alat tulis.

3.3. Metode Pengamatan
            Metode yang digunakan dalam praktikum Limnologi yang berjudul Pengukuran Debit Air  ini adalah metode survey, yaitu dengan melakukan kegiatan peninjauan, pengamatan dan pengukuran serta pengambilan data dan informasi melalui pengamatan langsung dilapangan.

3.4. Prosedur praktikum
Adapun prosedur praktikum yang dilakukan oleh praktikan adalah berdasarkan atas petunjuk asisten dosen, yakni :
1.      Pengukuran debit air dengan metode Weir
a.       Menentukan lebar Trapezoid Weir yang digunakan.
b.      Membendung selokan dengan menggunakan Trapezoid Weir.
c.       Mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air.
d.      Mengukur ketinggian air setelah dipasang Trapezoid Weir.
e.       Menghitung debit air dengan menggunakan rumus :
2.      Pengukuran debit air dengan Emboys Float Method
a.       Menentukan panjang selokan yang akan diukur kecepatan arusnya.
b.      Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah ditentukan dengan menggunakan pelampung.
c.       Menentukan konstanta perairan dengan melihat keadaan dasar perairan (0,8 untuk dasar perairan berbau dan berkerikil; 0,9 untuk dasar perairan berlumpur).
d.      Menghitung debit air dengan rumus : 
           
            Ket :    R   :  Debit air (m3/dtk)
                        W  :  Rata-rata lebar (m)
                        D   :  Rata-rata kedalaman (m)
                        A   :  Konstanta perairan
                        L    :  Jarak yang ditempuh pelampung (m)
                        T    :  Waktu (detik)
IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Ø  Hasil pengukuran debit air dengan metode Weir
Dik      :     L    = 34,5 cm = 0,345 m
                  H   = 506 cm   = 0,56 m
Dit       :     Debit air...?
Jawab  :    
Q      =  3,367 (LH) 3/2
         =  3,367 (0,345 x 0,56) 3/2
               =  (3,367 x 0,1525)3/2
                    =  (0,51)3/2  =  0,513  = 0,4867 m3/dtk
Ø  Hasil pengukuran debit air dengan Emboys Float Method
Dik      :    
                 
                  A   = 0,8(berpasir)
                  L    = 3,77 m
Dit       :     Debit air...?
Jawab  :
                                       
4.2. Pembahasan
Perikanan umumnya tidak mengkonsumsi air, tapi sangat memerlukan kondisi kualitas dan kuantitas air tertentu, termasuk perlindungan lingkungan dan kelestarian fungsi sumberdaya flora dan fauna yang terdapat dalam air. Kualitas air secara luas dapat diartikan secara fisik, kimiawi dan biologis yang mempengaruhi manfaat penggunaan bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (Boyd, 1979).
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Ada beberapa cara mengukur debit air yaitu dengan Emboys Float Method dan metode Weir yang menggunakan papan bercelah.
Pemilihan lokasi debit air mempunyai beberapa syarat antara lain di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.
Arus adalah gerak air (atau udara atau fluida lainnya) yang mengalir. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus atau air di suatu lokasi, biasanya menggunakan perangkat  tali  plastik dan bola pimpong (Hehanusa, 2001).
Person dan Hargrave (1977) mengatakan klasifikasi ukuran sedimen yang     umum dipakai adalah pasir (sand). Ukuran 2 - 0,05 mm, lumpur (slit) ukuran                        0,005 - 0,002  mm, butiran yang lebih dari 2 mm digolongkan dalam kelompok kerikil.




V.                KESIMPULAN DAN SARAN
 

5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk).
Pengukuran debit air menggunakan metode Emboys Float berbeda dengan menggunakan Metode Weir. Perbedaan ini disebabkan oleh luas penampang pada celah papan weir, sedangkan pada Emboys Float Method menggunakan lebar rata-rata dan kedalaman rata-rata.

5.2. Saran
Dalam praktikum hendaknya praktikan lebih memperhatikan arahan atau petunjuk dari asisten sehingga praktikum akan lebih lancar. Sebelum melakukan praktikum, segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum telah disiapkan. Baik alat-alat yang akan digunakan pada praktikum maupun bahan atau sampel yang akan dijadikan objek praktikum.










DAFTAR ISI

Isi                                                                                                                      Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ........... ii      
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN................................................................................................... 1
              1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1
              1.2. Tujuan  dan Manfaat praktikum............................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
             
III. METODOLOGI PRAKTIKUM......................................................................... 5
              3.1. Waktu dan Tempat................................................................................... 5
              3.2. Alat dan bahan......................................................................................... 5
              3.3. Metode Pratikum...................................................................................... 5
              3.4. Prosedur pratikum.................................................................................... 6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 7
              4.1. Hasil......................................................................................................... 7
              4.2. Pembahasan.............................................................................................. 8                              

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 9
              5.1. Kesimpulan............................................................................................... 9
              5.2. Saran  ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





DAFTAR PUSTAKA

Boyd, E. C. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Auburn Univercity Agricultural Experiment Stasion. Alabama. 389 p.

Dinas Perikanan Tingkat I Propinsi Riau. 1997. Buku Tahunan Statistik II. I. Press. Jakarta. 393 hal.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Amrico. Bandung.

Hehanussa, P.E. 2001. Kamus Limnologi (Perairan Darat). IHP-UNESCO Panitia Nasional Program Hidrologi Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Person, T. R. M. Takashi dan B.Hargrave. 1977. Biological Oceanografic. 2eds Pergamon Press. Hamburg.332 p.

Sihotang, C,.1988. Limnologi II. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 64 hal.

Sihotang,C. Asmika dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 28 hal.

                        . 2009. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 28 hal.

Uktoselya, H., 1991, Beberapa Aspek Fisika Laut dan Peranannya Dalam Masalah Pencemaran , Puslitbag LIPI, Jakarta.





DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran                                                                                                        Halaman
1.  Gambar alat- alat praktikum........................................................................          12










LAMPIRAN
 
























Lampiran 1. Alat-alat yang digunakan selama praktikum




                                                          Asisten : Simon
Hari Praktikum:Selasa
 


LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI

PENGUKURAN DEBIT AIR



OLEH:


Nama                   :Dian Pamelasari
Nim            :0904121523
Jurusan       :Budidaya Perairan











LABORATORIUM LIMNOLOGI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010