Sabtu, 01 Mei 2010

LITERATUR ikan kapiek(Puntius schwanefeldi)

Klasifikasi ikan kapiek yaitu Ordo Ostariophyshi, family cyprinidae, genus Puntius, spesies puntius schwanepeldi(Kottelate et al,1993).

Cirri-ciri ikan kapiek adalah bentuk tubuh simetris bilateral, bentuk tubuh pipih(compressed), bubir atas tidak terpisah dengan rahang bawah. Mulut protactile, mempunyai sepasang lubang hidung.(SAANIN, 1984)

Secara umum ikan Kapiek dijumpai pada kedalaman 1,0 – 4,0 m, suhu antara 25 – 30 oC, kecerahan antara 40 – 120 cm, pH berkisar 5 – 7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat – tempat yang merupakan lubuk. Hidup pada dasar perairan berpasir Lumpur dan ditempat – tempat berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air (Pulungan, 1987).

Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Blkr) termasuk spesies ikan air tawar penghuni daerah tropis yang hidup di perairan sungai, danau dan rawa. Penyebarannya meliputi negara – negara India, Srilangka, Malaysia dan Indonesia. Sedangakan di Indonesia ikan ini telah lama ditemukan di Sumatera dan Kalimantan Barat ( Weber and de Beafourt, 1961).

Ikan Kapiek dapat diklasifikasikan ke dalam sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Cyprinoidea, famili Cyprinidae, genus Puntius, spesies Puntius schwanefeldi Blkr (Weber and de Beafourt, 1916). Ikan ini tergolong sebagai ikan pemakan segala makanan (omnivora) dan tidak mengganggu jenis ikan kecil diperairan dimana dia hidup ( Djuhanda, 1981 dan Grazimek, 1973). Dari segi biologi reproduksinya ikan ini tergolong pada ikan yang mempunyai tipe reproduksi biseksual, dimana sperma dan telur berkembang secara terpisah pada individu yang berbeda, dengan kata lain ikan jantan dan ikan betina berkembang sejak lahir atau menetas serta setiap individu akan tetap sebagai jantan atau betina selama hidupnya ( Siregar, 1999).

Ikan kapiek bentuk tubuh gepeng dan berbadan tinggi. Warna tubuh putih seperti petak dengan punggungyang abu-abukecoklatan dan perutnya putih mengkilat jumlah gurat sisiada 35-36 keping. Gurat sisi sempurna, sirip punggung merah dengan bercak kehitaman. Pada ujungnya, sirip dadqa dan perut berwarna nmerah, sirip ekor berwarma orange atau merah dengan pinggiran garis hitam atau putihsepanjang cuping sirip ekor. (SAANIN 1984)

Ikan kapiek hidup di dasar perairan berpasir lumpur dan tempat berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air.Distribusi ikan kapiek di indonesia terdapat hampir di seluruh perairan Pulau Sumatera ,di samping itu juga Borneo.Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman perairan 1-4 meter,suhu 25-30 derajat celcius,kecerahan 40-120 cm,pH 5-7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat yang merupakan lubuk.(EFFENDI,1979)

Ikan Kapiek memiliki cirri-ciri sebagai berikut:sirip punggung terdiri dari 4 jari-jari keras dan 8 jari-jari lemah.Sirip anus terdiri dari 4 jari keras dan 5 jari-jari lemah.Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 14-16 jari-jari lemah.Kerangka tubuh kuat melengkung mulai dari hidung sampai ke punggung.Panjang baku 4,1-4,3 kali panjang kepala dan tinggi badan 2,3-2,4 kali panjang baku.Mulut di ujung kepala(terminal)memiliki 2 sungut kecil.Sungut di sungut mulut dan di rahang atas ,daerah pipi sempit terdapat 8-9 sisik antara garis rusuk dan sirip anus.Warna badan keputih-putihan bagian punggung coklat kehijauan,tepi atas dan bawah sirip ekor terdapat garis hitam.Pada ikan muda ujung-ujung sirionya berwarna merah,panjang maximum 23,5-24 cm (Webwr dan Beafort, 1916; Djuhanda,1981; Saanin,1984; Pulungan et al,1986; dan Kottelat et el,1993)

Ikan Kapiek menurut (PULUNGAN, 2000) Adalah moncong menonjol kedepan dan tumpul,kepalah bersegi tidak bersisik mata di bawah garis segi, mulut sub terminal, pada rahang atasa terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir, bibir luar rahang atas di sudut mulut menutupi lipatan bibir bawah, pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek di atas bibir atas terdapat sungut pendek dan kecil, permukaan kepalah licin, garis rusuk sempurna 34-36 sisik.bentuk tubuh gepeng dan badannya tinggi, warna tubuh putih seperti perak dan punggung abu-abu kecoklatan dan perutnya putih mengkilat (DJUHANDA, 1981).

Ikan kapiek (Puntius schwanefeldi) yang termasuk pada golongan Cyprinidae yang hidup di permukaan air merupakan jenis ikan air tawar yang tergolong masih hidup secara alami di perairan dan digemari masyarakat dalam keadaan segar maupun salai, karena rasa dagingnya yang cukup lezat dan gurih sehingga ikan ini dijadikan ikan adat oleh masyarakat Kampar,dimana harganya itu relative mahal yaitu sekitar Rp.15.000,-20.000/kg,dan Rp.20.000,- 25.000/kg dalam bentuk salai.

Ikan Kapiek menurut Pulungan (2000) adalah ikan yang moncong menonjol ke depan dan tumpul, kepala bersegi tidak bersisik, mulut sub terminal, pada rahang atas terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir,lipatan rahang atas di sudu mulut menutupi lipatan bibir bawah.Pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek sekali,permukaan kepala licin sekali,garis rusuk sempurna 34-36 sisk,bentuk badan memanjang persegi,perut mendatar dan bersisik.

Bentuk mulutnya protactile, ukuran mulutnya sedang, posisi mulut tegak lurus atau sedukit dibelakang obla mata, ukuran bibirnya tebal. Keadaan bibirnya, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah dan bentuk vivir atas tidak bergerigi.

Manda et al(2005). Mulut dan sungut pada ikan terletak pada bagian anterior kepala dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan hidup dimana ikan-ikan itu berada. Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi dalam rangka mencari makanan.

Kriswantoro(1987) mengklasifikasikan ikan dengan ciri-ciri ikan kembung ini tergolong bilateral simetris, memiliki bentuk seperti torpedo, bentuk kepala agak tumpul dengan sirip yang lengkap memiliki sirip yang mengalami penyempurnaan seperti adifose fin dan finlet.

Ikan kapiek hidup pada dasar perairan berpasir dan berlumupur dan tempat berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air. Effendi (1979) menyatakan bahwa distribusi ikan kapiek di Indonesia terdapat hampir di seluruh perairan sumatra, disamping juga borneo. Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman perairan 1-4 meter. Suhu 25-30 derajat selsius, kecerahan 40-120 cm, pH 5-7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat yang merupakan lubuk.
DAFTAR PUSTAKA

Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi, 1990. Beberapa aspek biologi ikan baung (Mystus nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak Buluh Sungai Kampar pusat penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan).

Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed. Butterwotrhs, London.

ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River, Papua New Guinea

Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring Di Kabupaten Bengkalis. Riau.

ARSYAD, H dan R. E. HARDINI, 1987. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P. D. Mahkota. Jakarta. 14 halaman.

Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya.

Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish reseach and development agriculture exsperiment station Auburn University, Auburn 30 pp

DAMANIK, N. 2001. Inventarisasi Ikan ordo Cypriniformes yang terdapat di Waduk PLTA Koto Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang, Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 44 halaman (tidak Diterbitkan).

Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178. Ottawa. 48 p.

Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States University Press. New York.

DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan).

DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS. 1996/1997. Kebijaksanaan umum tentang perikanan dan kelautan. Bengkalis. 27 hal

DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).

Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta

DJUHANDA, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.

EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New York.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.

Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal

FRIDMAN, A. L., 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Diterjemahkan Tim Penerjemah BPPI Semarang. Bagian Proyek Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. 304 hal.

Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum. Jurnal Litbang, IX (4) : 69-75.

GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam Hubungannya dengan Fishing Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal.

HAMIDY, Y., M. AHMAD, T. DAHRIL, H. ALAWI dan C. P. PULUNGAN. 1983. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai siak, Riau. Pusat Penelitian Universita Riau, Pekanbaru. 63 hal (tidak diterbitkan).

HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing (New Book) Ltd. London.

KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai pengembangan penangkapan iakn Semarang, Semarang. 188 hal.

KOTTELAT, M., A. J. WHITTEN., S. N. KARTIKASARI dan S. WIROATMODJO. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Limited. Munich, Germany. 293 hal.

KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman.

Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley and Sons, inc. New York. 506 p.

LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York. 260 p.

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan kiri. (tidak diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal.

MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung Malaysia. Dewan Bahasa dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 281 Halaman.

Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal

Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Situbondo. 190 hal.

Mustamin, 1997. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan Intervensi Hormon LH-R Analog. Loka Bududaya laut Batam. Batam. 19 hal.

Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.

Nontji.1993.Laut Nusantara.Jakarta:Djambatan.368 hal.

NOVRIYENNI. 1995. Inventarisasi Jenis Fitoplankton di Sungai Sail Kelurahan Tangkerang Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. UNRI. Pekanbaru. 55 hal (tidak diterbitkan.

Ommanney.1985.The fishes.Tira pustaka: Jakarta.

Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta. 588 Halaman

PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak diterbitkan).

PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto Panjang. Riau. Puasat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan).

RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 141 hal.

RAHAYU. W. 1992. Tekhnologi Fermentasi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. IPB, Bogor140 hal

Ratna. E. 1997. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 150 hal.

Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo (Kalimantan barat, Indonesia). Calif. Acad. Sci. Mem. 14:1-210

Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.

Shaw, Jim. 1990. Kehidupan didalam air. Tira pustaka : Jakarta.

SIHOTANG, C. 1989. Limnologi I. fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal (tidak diterbitkan).

SUBARDJA, D.S.B.B. ABDUL MALIK. H. SUHERMAN dan ASNAWATI (1995) Pengenalan Jenis ikan di Perairan Umum Jambi Bagian I. Ikan-ikan sungai utama Batang Hari, Jambi. Dinas Perikanan Provinsi Daerah Tingkat I, Jambi. 144 Halaman.

SUMANTADINATA, K. 1983 Pengembangbiakan ikan-ikan pemeliharaan di indonesia.

Sunyoto. P dan Mustahal. 1997. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Susanto, H. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

SWINGLE. A. S. 1968. Standardization of Chemical and Analisys for Water and pond muds. FAO World a Symposium on Warm Water Pond Fish culture. Fishery Report 44 (4) 397-421 pp.

Sweeta. I. N. 1975. Sifat-sifat air pada umumnya dan untuk budidaya ikan. T.C. Perikanan, Sukabumi 49 hal.

Syamsudin, A. R. 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara.Jakarta. 49 hal.

Tang, U., M., dan Effendie., 2000. Teknik budidaya Ikan Baung (Mystus nemurus). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 76 hal.

Tim Iktiologi. 1989. Iktiologi. IPB Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor.

WARDOYO, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).

WEBER, M and L. F. de BEAUFORT. 1916. The Fishes of the Indo Australian Archipelago III. Brill ltd. Leaden. 455 pp.

Welcomme,R.L.1985.River Fisheries.Fao Fish Technology Pap,330 pp.

Widodo,J.1982.Kontrol Terhadap Usaha Penangkapan Sebagai Salah Satu TeknikPengelolaan Sumberdaya Perikanan.Terubuk V111(131).Himpunan Alumni Fakultas Perikanan Universitas Riau.Pekanbaru.52 Hal.

YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).

Tidak ada komentar: