Kamis, 06 Mei 2010

METODE BUDIDAYA BAUNG



Usaha pembesaran ikan baung dapat dilakukan didalam keramba ataupun di kolam air tenang.

1. 1. Pembesaran di Keramba

Berdasarkan bentuknya,keramba di Indonesia mempunyai dua bentuk yaitu bentuk persegi panjang dan bentuk bundar panjang. Karamba berbentuk empat persegi panjang umumnya terbuat dari papan, bilah bamboo atau bambu bulat, sedangkan karamba yang berbentuk kotak terbuat dari kawat ayam atau jaring. Karamba bundar panjang terbuat dari bilah bambu yang dianyam seperti hampang.

Lokasi penempatan karamba dapat dilakukan di sungai, danau, rawa dan saluran irigasi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penempatan karamba yaitu :

a. Lokasi penempatan harus aman dan tidak mengganggu masyarakat.

b. Lokasi terhindar dari segala macam gangguan baik dari manusia, binatang maupun lalu lintas.

c. Kualitas air lokasi penempatan baik. Dengan kata lain masih dalam kisaran toleransi ikan baung.

Kisaran toleransi kualitas air bagi ikan baung yaitu

* suhu antara 20 – 40°C
* pH 4 – 11
* Salinitas 0 – 12 ppt
* Oksigen terlarut 1 – 9 ppm
* Alkalinitas ≥ 16 ppm

Keramba untuk pembesaran ikan harus dipelihara dengan baik agar terhindar dari kerusakan sebelum habis masa operasinya. Perawatan karamba harus dilakukan selama pemeliharaan ikan dan setelah panen ikan. Perawatan tersebut meliputi membersihkan sampah dan lumut pada dinding karamba, memperbaiki dinding dan lantai karamba jika terjadi kebocoran, perbaikan pelampung yang rusak dan lain-lain.

1. 2. Pembesaran di Kolam Air Tenang

Lokasi pembuatan kolam pembesaran ikan baung tidak berbeda jauh dengan kolam untuk jenis ikan yang lain. Bentuk kolam yang biasa digunakan adalah empat persegi panjang. Tinggi pematang berkisar antara 1,5 – 2 m yang dapat dibuat dari tanah atau tembok. Tinggi air pemeliharaan minimal 0,5 m dan debir air berkisar 15 liter /dtk/ha.

Sifat fisika kimia air, seperti suhu air sebaiknya berkisar antara 26 – 30°C, pH berkisar antara 4 – 9, kandungan oksigen terlarut minimal 1 mg/liter dan optimal adalah 5 – 6 ppm dan kandungan NH3 kurang dari 1,5 ppm.

KEBUTUHAN NUTRIEN

Penelitian tentang kebutuhan gizi pada ikan baung masih terbatas, sehingga pendekatan kebutuhan pakan yang sesuai dibatasi dari ikan lele yang relative lengkap.

1. 1. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan ikan untuk memelihara sel – sel tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh yang rusak dan penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan.

Ikan baung membutuhkan proyein dalam jumlah yang cukup besar. Berdasarkan penelitian Gaffar (1993), kebutuhan protein bagi ikan baung berukuran 37,7 gram sebanyak 28 %. Hasil penelitian Khan et al (1993), justru menganjurkan agar pertumbuhan juvenile ikan baung dapat optimal sebaiknya diberikan pakan dengan protein 40 %.

1. 2. Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Kebutuhan karbohidrat pada ikan baung belum ada data yang tersedia. Oleh karena itu, kebutuhan karbohidrat kita dapat menggunakan patokan kebutuhan karbohidrat pada ikan lele yaitu sebesar 10 – 15 %.

1. 3. Lemak

Lemak merupakan sumber energi yang juga berfungsi memelihara bentuk dan fungsi menbran atau jaringan sel yang penting bagi organ tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak, mempertahankan daya apung tubuh dan sebagai antioksidan.

Kebutuhan lemak ikan baung belum diteliti, maka kebutuhan lemak dapat menggunakan patokan kebutuhan lemak pada ikan lele yaitu kurang dari 20 %.

1. 4. Vitamin

Vitamin dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan yang normal, perawatan tubuh dan reproduksi. Pada umumnya ikan membutuhkan 1 % vitamin dari total komponen pakan.

1. 5. Mineral

Fungsi mineral dalam tubuh ikan dalah untuk pembentukan struktur rangka, memelihara system koloid (tekanan osmosis, viskositas, difusi) dan regulasi keseimbangan asam basa. Kebutuhan mineral ikan baung belum didapatkan, tetapi untuk kebanyakan ikan mineral sebaiknya lebih kecil dari 1 %.

PAKAN DAN MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN

ikan pada umumnya mempunyai kemampuan beradaptasi tinggi terhadap makanan dan pemanfaatan makanan yang tersedia di suatu perairan. Ikan baung merupakan jenis ikan pemakan segala (omnivora) dengan kecendrungan pada jenis insekta air dan ikan atau mengarah ke pemakan daging (karnivora). Ada dua jenis pakan yang biasa diberikan yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami cenderung diberikan pada larva hingga bukaan mulut ikan siap untuk menerima pakan buatan.

Pakan Alami

Dewasa ini pakan yang lazim diberikan pada larva stadia wal yang bukaan mulutnya besar dalah kutu air(Daphnia sp. Dan Moina sp.), makanan untuk larva yang bukaan mulutnya sedang adalah Artemia, sedangkan untuk larva y6ang bukaan mulutnya kecil adalah Rotifera.

Larava ikan baung berumur 1 – 5 hari dapat diberi pakan alami berupa Artemia salina atau Molina sp. Dengan kepadatan 1 – 2 ekor/ml. pada saat berumur 4 – 8 hari, larava ikabn baung sudah dapat diberi cincangan cacing Tubifex sp. dan Daphnia sp. . Ketika berumur 7 hari, larva ikan baung dapat diberi pakan berupa cacing Tubifex sp. sebanyak 10 mg/ekor.

Sifat Biologis

Baung adalah ikan air tawar yang dapat hidup dari perairan di muara sungai sampai ke bagian hulu. Bahkan di Sungai Musi (Sumatera Selatan), baung ditemukan sampai ke muara sungai di daerah pasang surut yang berair sedikit payau. Selain itu, ikan ini juga banyak ditemui di tempat-tempat yang letaknya di daerah banjir. Secara umum, baung dinyatakan sebagai ikan yang hidup di perairan umum seperti sungai, rawa, situ, danau, dan waduk.

Baung bersifat noktural. Artinya, aktivitas kegiatan hidupnya (mencari makan, dll) lebih banyak dilakukan pada malam hari. Selain itu, baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, baung termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan carnivora, karena lebih dominan memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil (Arsyad, 1973). Pakan baung antara lain ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, remis, insekta, molusca, dan rumpu

Tidak ada komentar: