BUDIDAYA TIRAM MUTIARA
1. PENDAHULUAN
Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia. Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).
2. PEMILIHAN LOKASI
1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3. Kecerahan cukup tinggi.
4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 0 C.
7. Bebas pencemaran.
3. PEMASANGAN INTI
1. Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2. Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam(nacre)terlihat jelas
Gambar Pemasangan Inti Mutiara Bulat
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
o Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
o Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
o Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.
4. PEMELIHARAAN
1. Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
4. Pemasangan inti mutiara blister
5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.
6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.
7. KONTAK HUBUNGAN
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.
A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters
B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.
Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).
Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.
Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis
plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.
Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.
Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.
2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi
penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008
Tiram Mabe
Pteria pinguin merupakan salah satu jenis tiram mabe yang dibudidayakan sebagai penghasil mutiara sebelah (half pearl). Jenis tiram ini terdapat di perairan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Tiram mabe merupakan pemakan plankton dengan cara penyaringan (filter feeder). Oleh karena itu, lokasi tempat budi dayanya harus cukup subur.
Hasil analisa isi perut tiram mabe menunjukkan bahwa hewan air tersebut pemakan plankton, khususnya ganggang kersik, seperti Nitzschia spp., Chaetoceros, Thalassiotrix, dan Coscinodiscus spp.
Budi daya tiram mabe yang dimaksud dalam tulisan ini terutama dalam proses pengumpulan benih sampai mencapai ukuran siap untuk operasi penyuntikan inti yang berukuran lebar cangkang 7-9 cm. Pengumpulan benih ini sudah biasa dilakukan masyarakat, yang hasilnya akan dijual ke pengusaha budi daya tiram mutiara untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan inti, pembesaran dan panen biji mutiara.
A. Sistematika
Famili : Pteridae
Spesies : Pteria pinguin
Nama dagang : wing's oyster
Nama lokal : tiram kupu-kupu
B. Ciri-ciri dan aspek biologi
1. Ciri fisik
Cangkang berbentuk bujur telur yang agak miring. Telinga sebelah belakang berkembang menyerupai sayap. Engsel cangkangnya memiliki 1-2 gigi (tonjolan) kecil. Sudut engsel
menonjol dan tampak jelas. Permukaan bagian luar cangkang kasar bersisik. Lebar cangkang lebih dari tingginya. Cangkangnya berwarna hitam. Bagian nonnacrea pada cangkang sebelah dalam relatif besar.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan tiram mabe banyak dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus yang optimal untuk pertumbuhan tiram mabe berada pada kisaran 20-40 cm/detik. Pada kondisi lingkungan dengan kecepatan arus di atas 20 cm/detik, laju pertumbuhnya dapat mencapai 15 mm/bulan atau 20 g/bulan.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Tiram mabe hidup di perairan laut berkadar garam tinggi 32— 35 ppt, suhu 20-25 derajat celsius Kecerahan tinggi (> 5 m), dasar perairan berupa lapisan karang mati, kondisi perairan subur, dan berarus sedang.
D. Wadah Budi Daya
pengumpulan tiram mabe menggunakan jaring sebagai spat collector untuk penempelan larva tiram mabe dan dipasang pada perairan teluk, kemudian dipanen pada bulan ke 10 setelah pemasangan spat collector.
Kolektor terbuat dari jaring nilon dengan ukuran mata jaring 4-6 inci dan tali ris nilon ukuran 4 atau 5 mm. Luas jaring 7 m x 1,5 m yang dipasang pada frame kayu, kemudian digantung di rakit pada kedalaman 15-25 m dan menggunakan pemberat dari batu.
Pembesaran tiram mabe yang telah disuntik inti menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit. Rakit yang berukuran 4 m x 4 m dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Keranjang yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan berbentuk empat persegi panjang yang rangkanya terbuat dari besi begel dan kantongnya dari bahan jaring. Ukuran keranjang cukup 0,4 m x 0,6 m. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Benih yang diperlukan untuk budi daya tiram ini masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan spat collector. Cara lainnya adalah mengumpulan tiram muda atau yang berukuran lebih besar yang hidup menempel secara alami pada berbagai substrat yang ada di dalam air. Dewasa ini benih hasil hatchery belum tersedia.
2. Penebaran benih
Pada kegiatan ini lebih banyak ditekankan pada proses pengumpulan benih menggunakan spat kolektor. Adapun penebaran benih dilakukan setelah penyuntikan inti. Keranjang/ jaring untuk pemeliharaan tiram mabe berukuran o,4 m x o,6 m yang berisi 6 ekor tiram. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang/jaring.
3. Pembesaran
Pembesaran jenis tiram ini dilakukan di laut dengan menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit yang terbuat dari bambu atau kayu. Caranya adalah benih yang sudah cukup ukurannya (4-6 cm) ditempatkan dalam keranjang setelah dibersihkan dan dipelihara selama 6 bulan.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada tiram mabe adalah organisme pembusuk, pengebor cangkang, dan predator. Hama organisme pembusuk dapat diberantas/dicegah dengan cara pembersilian cangkang tiram secara rutin, yaitu perendaman dalam air tawar selama beberapa jam.
G. Panen
Panen tiram mabe dapat dilakukan setelah kolektor jaring dipasang (terendam) selama 8— 10 bulan. Panen dengan cara pengambilan tiram yang menempel pada jaring. Tiram mabe yang sudah cukup ukuran operasi, yaitu sekitar 7-9 cm langsung dijual kepada pengusaha mutiara. Namun, tiram yang ukurannya < 7 cm masih perlu dipelihara lagi pada raki budi daya sampai ukuran 7-9 cm.
Daftar Pustaka
Derile,Gray.2003.Pemeliharaan Tiram.Jakarta:Gramedia
www.budidaya//tiram dan kerang.com
www.google//pelestarian tiram//panen.com
BUDIDAYA TIRAM MUTIARA
1. PENDAHULUAN
Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia. Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).
2. PEMILIHAN LOKASI
1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3. Kecerahan cukup tinggi.
4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 0 C.
7. Bebas pencemaran.
3. PEMASANGAN INTI
1. Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2. Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam(nacre)terlihat jelas
Gambar Pemasangan Inti Mutiara Bulat
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
o Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
o Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
o Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.
4. PEMELIHARAAN
1. Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
4. Pemasangan inti mutiara blister
5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.
6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.
7. KONTAK HUBUNGAN
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.
A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters
B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.
Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).
Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.
Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis
plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.
Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.
Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.
2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi
penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008
Tiram Mabe
Pteria pinguin merupakan salah satu jenis tiram mabe yang dibudidayakan sebagai penghasil mutiara sebelah (half pearl). Jenis tiram ini terdapat di perairan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Tiram mabe merupakan pemakan plankton dengan cara penyaringan (filter feeder). Oleh karena itu, lokasi tempat budi dayanya harus cukup subur.
Hasil analisa isi perut tiram mabe menunjukkan bahwa hewan air tersebut pemakan plankton, khususnya ganggang kersik, seperti Nitzschia spp., Chaetoceros, Thalassiotrix, dan Coscinodiscus spp.
Budi daya tiram mabe yang dimaksud dalam tulisan ini terutama dalam proses pengumpulan benih sampai mencapai ukuran siap untuk operasi penyuntikan inti yang berukuran lebar cangkang 7-9 cm. Pengumpulan benih ini sudah biasa dilakukan masyarakat, yang hasilnya akan dijual ke pengusaha budi daya tiram mutiara untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan inti, pembesaran dan panen biji mutiara.
A. Sistematika
Famili : Pteridae
Spesies : Pteria pinguin
Nama dagang : wing's oyster
Nama lokal : tiram kupu-kupu
B. Ciri-ciri dan aspek biologi
1. Ciri fisik
Cangkang berbentuk bujur telur yang agak miring. Telinga sebelah belakang berkembang menyerupai sayap. Engsel cangkangnya memiliki 1-2 gigi (tonjolan) kecil. Sudut engsel
menonjol dan tampak jelas. Permukaan bagian luar cangkang kasar bersisik. Lebar cangkang lebih dari tingginya. Cangkangnya berwarna hitam. Bagian nonnacrea pada cangkang sebelah dalam relatif besar.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan tiram mabe banyak dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus yang optimal untuk pertumbuhan tiram mabe berada pada kisaran 20-40 cm/detik. Pada kondisi lingkungan dengan kecepatan arus di atas 20 cm/detik, laju pertumbuhnya dapat mencapai 15 mm/bulan atau 20 g/bulan.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Tiram mabe hidup di perairan laut berkadar garam tinggi 32— 35 ppt, suhu 20-25 derajat celsius Kecerahan tinggi (> 5 m), dasar perairan berupa lapisan karang mati, kondisi perairan subur, dan berarus sedang.
D. Wadah Budi Daya
pengumpulan tiram mabe menggunakan jaring sebagai spat collector untuk penempelan larva tiram mabe dan dipasang pada perairan teluk, kemudian dipanen pada bulan ke 10 setelah pemasangan spat collector.
Kolektor terbuat dari jaring nilon dengan ukuran mata jaring 4-6 inci dan tali ris nilon ukuran 4 atau 5 mm. Luas jaring 7 m x 1,5 m yang dipasang pada frame kayu, kemudian digantung di rakit pada kedalaman 15-25 m dan menggunakan pemberat dari batu.
Pembesaran tiram mabe yang telah disuntik inti menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit. Rakit yang berukuran 4 m x 4 m dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Keranjang yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan berbentuk empat persegi panjang yang rangkanya terbuat dari besi begel dan kantongnya dari bahan jaring. Ukuran keranjang cukup 0,4 m x 0,6 m. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Benih yang diperlukan untuk budi daya tiram ini masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan spat collector. Cara lainnya adalah mengumpulan tiram muda atau yang berukuran lebih besar yang hidup menempel secara alami pada berbagai substrat yang ada di dalam air. Dewasa ini benih hasil hatchery belum tersedia.
2. Penebaran benih
Pada kegiatan ini lebih banyak ditekankan pada proses pengumpulan benih menggunakan spat kolektor. Adapun penebaran benih dilakukan setelah penyuntikan inti. Keranjang/ jaring untuk pemeliharaan tiram mabe berukuran o,4 m x o,6 m yang berisi 6 ekor tiram. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang/jaring.
3. Pembesaran
Pembesaran jenis tiram ini dilakukan di laut dengan menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit yang terbuat dari bambu atau kayu. Caranya adalah benih yang sudah cukup ukurannya (4-6 cm) ditempatkan dalam keranjang setelah dibersihkan dan dipelihara selama 6 bulan.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada tiram mabe adalah organisme pembusuk, pengebor cangkang, dan predator. Hama organisme pembusuk dapat diberantas/dicegah dengan cara pembersilian cangkang tiram secara rutin, yaitu perendaman dalam air tawar selama beberapa jam.
G. Panen
Panen tiram mabe dapat dilakukan setelah kolektor jaring dipasang (terendam) selama 8— 10 bulan. Panen dengan cara pengambilan tiram yang menempel pada jaring. Tiram mabe yang sudah cukup ukuran operasi, yaitu sekitar 7-9 cm langsung dijual kepada pengusaha mutiara. Namun, tiram yang ukurannya < 7 cm masih perlu dipelihara lagi pada raki budi daya sampai ukuran 7-9 cm.
Daftar Pustaka
Derile,Gray.2003.Pemeliharaan Tiram.Jakarta:Gramedia
www.budidaya//tiram dan kerang.com
www.google//pelestarian tiram//panen.com
BUDIDAYA TIRAM MUTIARA
1. PENDAHULUAN
Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia. Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).
2. PEMILIHAN LOKASI
1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3. Kecerahan cukup tinggi.
4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 0 C.
7. Bebas pencemaran.
3. PEMASANGAN INTI
1. Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2. Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam(nacre)terlihat jelas
Gambar Pemasangan Inti Mutiara Bulat
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
o Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
o Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
o Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.
4. PEMELIHARAAN
1. Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
4. Pemasangan inti mutiara blister
5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.
6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.
7. KONTAK HUBUNGAN
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.
A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters
B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.
Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).
Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.
Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis
plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.
Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.
Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.
2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi
penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008
Tiram Mabe
Pteria pinguin merupakan salah satu jenis tiram mabe yang dibudidayakan sebagai penghasil mutiara sebelah (half pearl). Jenis tiram ini terdapat di perairan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Tiram mabe merupakan pemakan plankton dengan cara penyaringan (filter feeder). Oleh karena itu, lokasi tempat budi dayanya harus cukup subur.
Hasil analisa isi perut tiram mabe menunjukkan bahwa hewan air tersebut pemakan plankton, khususnya ganggang kersik, seperti Nitzschia spp., Chaetoceros, Thalassiotrix, dan Coscinodiscus spp.
Budi daya tiram mabe yang dimaksud dalam tulisan ini terutama dalam proses pengumpulan benih sampai mencapai ukuran siap untuk operasi penyuntikan inti yang berukuran lebar cangkang 7-9 cm. Pengumpulan benih ini sudah biasa dilakukan masyarakat, yang hasilnya akan dijual ke pengusaha budi daya tiram mutiara untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan inti, pembesaran dan panen biji mutiara.
A. Sistematika
Famili : Pteridae
Spesies : Pteria pinguin
Nama dagang : wing's oyster
Nama lokal : tiram kupu-kupu
B. Ciri-ciri dan aspek biologi
1. Ciri fisik
Cangkang berbentuk bujur telur yang agak miring. Telinga sebelah belakang berkembang menyerupai sayap. Engsel cangkangnya memiliki 1-2 gigi (tonjolan) kecil. Sudut engsel
menonjol dan tampak jelas. Permukaan bagian luar cangkang kasar bersisik. Lebar cangkang lebih dari tingginya. Cangkangnya berwarna hitam. Bagian nonnacrea pada cangkang sebelah dalam relatif besar.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan tiram mabe banyak dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus yang optimal untuk pertumbuhan tiram mabe berada pada kisaran 20-40 cm/detik. Pada kondisi lingkungan dengan kecepatan arus di atas 20 cm/detik, laju pertumbuhnya dapat mencapai 15 mm/bulan atau 20 g/bulan.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Tiram mabe hidup di perairan laut berkadar garam tinggi 32— 35 ppt, suhu 20-25 derajat celsius Kecerahan tinggi (> 5 m), dasar perairan berupa lapisan karang mati, kondisi perairan subur, dan berarus sedang.
D. Wadah Budi Daya
pengumpulan tiram mabe menggunakan jaring sebagai spat collector untuk penempelan larva tiram mabe dan dipasang pada perairan teluk, kemudian dipanen pada bulan ke 10 setelah pemasangan spat collector.
Kolektor terbuat dari jaring nilon dengan ukuran mata jaring 4-6 inci dan tali ris nilon ukuran 4 atau 5 mm. Luas jaring 7 m x 1,5 m yang dipasang pada frame kayu, kemudian digantung di rakit pada kedalaman 15-25 m dan menggunakan pemberat dari batu.
Pembesaran tiram mabe yang telah disuntik inti menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit. Rakit yang berukuran 4 m x 4 m dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Keranjang yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan berbentuk empat persegi panjang yang rangkanya terbuat dari besi begel dan kantongnya dari bahan jaring. Ukuran keranjang cukup 0,4 m x 0,6 m. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Benih yang diperlukan untuk budi daya tiram ini masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan spat collector. Cara lainnya adalah mengumpulan tiram muda atau yang berukuran lebih besar yang hidup menempel secara alami pada berbagai substrat yang ada di dalam air. Dewasa ini benih hasil hatchery belum tersedia.
2. Penebaran benih
Pada kegiatan ini lebih banyak ditekankan pada proses pengumpulan benih menggunakan spat kolektor. Adapun penebaran benih dilakukan setelah penyuntikan inti. Keranjang/ jaring untuk pemeliharaan tiram mabe berukuran o,4 m x o,6 m yang berisi 6 ekor tiram. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang/jaring.
3. Pembesaran
Pembesaran jenis tiram ini dilakukan di laut dengan menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit yang terbuat dari bambu atau kayu. Caranya adalah benih yang sudah cukup ukurannya (4-6 cm) ditempatkan dalam keranjang setelah dibersihkan dan dipelihara selama 6 bulan.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada tiram mabe adalah organisme pembusuk, pengebor cangkang, dan predator. Hama organisme pembusuk dapat diberantas/dicegah dengan cara pembersilian cangkang tiram secara rutin, yaitu perendaman dalam air tawar selama beberapa jam.
G. Panen
Panen tiram mabe dapat dilakukan setelah kolektor jaring dipasang (terendam) selama 8— 10 bulan. Panen dengan cara pengambilan tiram yang menempel pada jaring. Tiram mabe yang sudah cukup ukuran operasi, yaitu sekitar 7-9 cm langsung dijual kepada pengusaha mutiara. Namun, tiram yang ukurannya < 7 cm masih perlu dipelihara lagi pada raki budi daya sampai ukuran 7-9 cm.
Daftar Pustaka
Derile,Gray.2003.Pemeliharaan Tiram.Jakarta:Gramedia
www.budidaya//tiram dan kerang.com
www.google//pelestarian tiram//panen.com
BUDIDAYA TIRAM MUTIARA
1. PENDAHULUAN
Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia. Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).
2. PEMILIHAN LOKASI
1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3. Kecerahan cukup tinggi.
4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 0 C.
7. Bebas pencemaran.
3. PEMASANGAN INTI
1. Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2. Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam(nacre)terlihat jelas
Gambar Pemasangan Inti Mutiara Bulat
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
o Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
o Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
o Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.
4. PEMELIHARAAN
1. Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
4. Pemasangan inti mutiara blister
5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.
6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.
7. KONTAK HUBUNGAN
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.
A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters
B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.
Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).
Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.
Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis
plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.
Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.
Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.
2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi
penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008
Tiram Mabe
Pteria pinguin merupakan salah satu jenis tiram mabe yang dibudidayakan sebagai penghasil mutiara sebelah (half pearl). Jenis tiram ini terdapat di perairan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Tiram mabe merupakan pemakan plankton dengan cara penyaringan (filter feeder). Oleh karena itu, lokasi tempat budi dayanya harus cukup subur.
Hasil analisa isi perut tiram mabe menunjukkan bahwa hewan air tersebut pemakan plankton, khususnya ganggang kersik, seperti Nitzschia spp., Chaetoceros, Thalassiotrix, dan Coscinodiscus spp.
Budi daya tiram mabe yang dimaksud dalam tulisan ini terutama dalam proses pengumpulan benih sampai mencapai ukuran siap untuk operasi penyuntikan inti yang berukuran lebar cangkang 7-9 cm. Pengumpulan benih ini sudah biasa dilakukan masyarakat, yang hasilnya akan dijual ke pengusaha budi daya tiram mutiara untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan inti, pembesaran dan panen biji mutiara.
A. Sistematika
Famili : Pteridae
Spesies : Pteria pinguin
Nama dagang : wing's oyster
Nama lokal : tiram kupu-kupu
B. Ciri-ciri dan aspek biologi
1. Ciri fisik
Cangkang berbentuk bujur telur yang agak miring. Telinga sebelah belakang berkembang menyerupai sayap. Engsel cangkangnya memiliki 1-2 gigi (tonjolan) kecil. Sudut engsel
menonjol dan tampak jelas. Permukaan bagian luar cangkang kasar bersisik. Lebar cangkang lebih dari tingginya. Cangkangnya berwarna hitam. Bagian nonnacrea pada cangkang sebelah dalam relatif besar.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan tiram mabe banyak dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus yang optimal untuk pertumbuhan tiram mabe berada pada kisaran 20-40 cm/detik. Pada kondisi lingkungan dengan kecepatan arus di atas 20 cm/detik, laju pertumbuhnya dapat mencapai 15 mm/bulan atau 20 g/bulan.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Tiram mabe hidup di perairan laut berkadar garam tinggi 32— 35 ppt, suhu 20-25 derajat celsius Kecerahan tinggi (> 5 m), dasar perairan berupa lapisan karang mati, kondisi perairan subur, dan berarus sedang.
D. Wadah Budi Daya
pengumpulan tiram mabe menggunakan jaring sebagai spat collector untuk penempelan larva tiram mabe dan dipasang pada perairan teluk, kemudian dipanen pada bulan ke 10 setelah pemasangan spat collector.
Kolektor terbuat dari jaring nilon dengan ukuran mata jaring 4-6 inci dan tali ris nilon ukuran 4 atau 5 mm. Luas jaring 7 m x 1,5 m yang dipasang pada frame kayu, kemudian digantung di rakit pada kedalaman 15-25 m dan menggunakan pemberat dari batu.
Pembesaran tiram mabe yang telah disuntik inti menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit. Rakit yang berukuran 4 m x 4 m dilengkapi dengan pelampung dan jangkar. Keranjang yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan berbentuk empat persegi panjang yang rangkanya terbuat dari besi begel dan kantongnya dari bahan jaring. Ukuran keranjang cukup 0,4 m x 0,6 m. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang.
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Benih yang diperlukan untuk budi daya tiram ini masih diperoleh dari pengumpulan di alam dengan menggunakan spat collector. Cara lainnya adalah mengumpulan tiram muda atau yang berukuran lebih besar yang hidup menempel secara alami pada berbagai substrat yang ada di dalam air. Dewasa ini benih hasil hatchery belum tersedia.
2. Penebaran benih
Pada kegiatan ini lebih banyak ditekankan pada proses pengumpulan benih menggunakan spat kolektor. Adapun penebaran benih dilakukan setelah penyuntikan inti. Keranjang/ jaring untuk pemeliharaan tiram mabe berukuran o,4 m x o,6 m yang berisi 6 ekor tiram. Untuk setiap rakit, dapat dipasang 25 buah keranjang/jaring.
3. Pembesaran
Pembesaran jenis tiram ini dilakukan di laut dengan menggunakan keranjang yang digantung pada sebuah rakit yang terbuat dari bambu atau kayu. Caranya adalah benih yang sudah cukup ukurannya (4-6 cm) ditempatkan dalam keranjang setelah dibersihkan dan dipelihara selama 6 bulan.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada tiram mabe adalah organisme pembusuk, pengebor cangkang, dan predator. Hama organisme pembusuk dapat diberantas/dicegah dengan cara pembersilian cangkang tiram secara rutin, yaitu perendaman dalam air tawar selama beberapa jam.
G. Panen
Panen tiram mabe dapat dilakukan setelah kolektor jaring dipasang (terendam) selama 8— 10 bulan. Panen dengan cara pengambilan tiram yang menempel pada jaring. Tiram mabe yang sudah cukup ukuran operasi, yaitu sekitar 7-9 cm langsung dijual kepada pengusaha mutiara. Namun, tiram yang ukurannya < 7 cm masih perlu dipelihara lagi pada raki budi daya sampai ukuran 7-9 cm.
Daftar Pustaka
Derile,Gray.2003.Pemeliharaan Tiram.Jakarta:Gramedia
www.budidaya//tiram dan kerang.com
www.google//pelestarian tiram//panen.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar