Kamis, 15 April 2010

CERPEN : Nyanyian Lelaki Di Ujung Senja

Posting cerpen by: Ning Ida
Total cerpen di baca: 445
Total kata dlm cerpen: 934
Tanggal cerpen diinput: Sat, 10 Apr 2010 Jam cerpen diinput: 12:13 PM


Aku! lelaki dari satu masa seperti lelaki-lelaki lain pada umumnya. Suka berhura-hura dan bercinta. Sayang keluarga, tapi tak berdaya untuk membahagiakan mereka. Tertekan? Ya! Tapi tak apa, setidaknya... aku masih memiliki semangat hidup karena mereka. Aku! lelaki yang sama dengan bapakmu, bapaknya dan bapak-bapak biasa lainnya di dunia. Suka bermain-main dengan nasib yang tak menentu akibat naiknya harga susu. Suka sakit kepala karena si Buyung minta mainan baru. Suka bingung saat si Sulung minta uang SPP sambil cemberut. Tak apa! suka..suka..kok! Aku! lelaki yang tak beda dengan suamimu, dan suami biasa manapun di dunia. Aku suka dimanja sekaligus di turut dan bahkan diomeli. Aku suka pula memanjakan sekaligus...mmm... mengekangnya. Sedikit....! Sayangnya aku tak bisa memanjakannya dengan kemudahan dan kesejahteraan padanya, kecuali ... hanya sekedar kerja keras, pujian, bantuan untuk mengurus pekerjaan,dan...ssttt....t
entu saja rayuan, cumbuan...dan ehem-ehemnya di atas ranjang. Aku! lelaki dari jalanan ke jalanan yang dipenuhi oleh banyak sekali lelaki. Aku punya hasrat yang cekak seperti kebanyakan lelaki biasa lainnya. Hidup enak, makan enak, dikelilingi keluarga yang luar biasa... mati masuk surga! mimpi? memang! tak apa... itukhan wajar, lumrah, aku kan lelaki biasa. Aku! datang dari kebiasaan yang paling biasa diantara yang biasa-biasa saja. Ora neko-neko kata orang Jawa. Lumrah, alamiah dan serba pasrah! Aku! duduk di tepian dangau, kebetulan angin tidak terlalu kencang berhembus, ikan tidak terlalu agresif bergerak. Air dangau itu jernih, sampai terlihat endapan lumpur didasarnya yang sedangkal betis. Sampai kulihat sosok lelakiku yang kadang bergelombang tercitra dipermukaannya yang tenang. Aku! teringat pada bapakku yang lelaki biasa. Merana! ditinggal ibu bersama lelaki lain yang tidak biasa. Aku lihat guratan kesedihan di muka bapakku yang mengambang dipermukaan dangau yang tenang. Puh! sorry lho,pak! Aku tidak bisa berbuat apa-apa, sebab aku juga lelaki biasa! sama seperti bapak. Aku! melihat bayangan bapak berubah rupa. Jadi Yanti, bencong rel sepur yang nama aslinya Yanto. " Aku, pingin punya anak, Brew", kata yanti sambil memandangiku dengan masygul. Aku! terkekeh-kekeh sampai perutku mulas. "Kok,ketawa Brew?" "Ya, mesti lah! lha wong kamu itu asalnya rijaalun, alias laki-laki, kok pengen punya anak, impossible, ta! Kaya cebol nggayuh lintang. That's dream never come thrue! ngipi, cong, bencong!" Yanti menangis khas perempuan, sensitif! Aku nyesel ngomong gitu. Hatinya yang selembut sutra jadi terluka. Nah, ini dia! lelaki luar biasa, istimewa! berbeda dengan lelaki pada umumnya. Seperti ikon salah satu film warkop DKI : muka keibuan, kaki kesebelasan, hehehehhe.... Aku! menyesal menertawakan Yanti,dia laki-laki luar biasa. Andai seluruh lelaki di dunia seperti dia, pasti tidak ada pemerkosaan, tapi....? mbuh! Bayangan Yanti memudar.... Aku! tiba-tiba eling isteriku. Isteriku itu adalah....hmmm... sebuah gunung vulkanikyang cuma dalam ribuan abad memuntahkan kemurkaannya pada dunia yang penuh dosa. yang disaat tenang, memberikan kesuburan dan kedamaiannya pada setiap nyawa yang menggantungkan masa depan dan kehidupan mereka di atas tubuhnya. Isteriku itu adalah....hmm... setiap belah samudra, yang dengan cinta memberi kehidupan pada tujuh benua dari kedalaman perutnya.Yang dalam badai marahnya, ia karamkan 'anak-anaknya' kedasar cinta abadinya. Isteriku itu adalah...hmmm... perempuan yang dengan setia menanti setiap kepulanganku dengan dongen menjelang tidur di pembaringan anak-anakku. Perempuan yang menyadari bahwa aku cuma lelaki biasa, dan ia berani menggantungkan masa tuanya pada lelaki biasa ini, tanpa permintaan neko-neko. dan ia bangga karenanya.... Ia pernah bilang... "Aku bangga pada 'kelumrahanmu' berangkat pagi membanting tulang, lalu pulang malam. Di rumah membantu pekerjaanku dan melakukan tugas sebagai ayah dan suami dengan cinta.Lalu kau terlelalap dalam kelelahan. Esoknya, kau lakukan hal yang sama, sepanjang hari. kadang kau merasa bosan. tapi kasih sayangku dan senyum anak-anakmu adalah jamu termujarab dari kebosananmu. Kau tak pernah berpikir lebih dari selain membahagiakan kami.Kau tak pernah melakukan pengkhianatan seperti yang dilakukan lelaki-lelaki hebat lainnya. Kau sungguh bersahaja! Tuhan menganugrahimu isteri dan anak-anak yang manis, dan engkau pasrahkan hati dan hidupmu untuk menjaga anugerah itu". Isteriku tak pernah tahu.... kebanggan dan kepercayaannya adalah harta termahal yang dimiliki seorang lelaki biasa sepertiaku.Seperti piala kristal yang harus aku jaga dengan hati-hati dan seksama, sebab bila retak dan pecah aku takkan sanggup memulihkannya dengan sempurna. bahkan mungkin aku tak diberi hak untuk memilikinya lagi. Betapa berat menjadi lelaki biasa. Aku! lelaki biasa, yang cuma bisa menggelengkan kepala ketika teman-temanku menawarkan setumpuk uang untuk membeli kejujuranku...goblok! begitu mereka biasa mengolokku. Biarlah! sebab isteriku lebih suka menerima sesuap nasi dari hasil meneteskan keringatku, daripada melahap semeja jamuan lezat dari menjual kejujuran. Aku! lelaki yang hanya diam mematung, ketika seorang perempuan menggelitik hasrat kelakianku. Lelaki yang dengan sopan berkata " aku mencintai anak isteriku dan tak ada yang berhak selain mereka", walau makian menderas pada telingaku, Nggak jantan! Impoten! sok suci! Munafik! tak apalah toh bikan isteriku yang memakiku demikian. Aku! adalah seorang bapak yang biasa bagi anak-anakku, seorang sumi biasa bagi isteriku, anak biasa bagi orangtuaku, seorang warga biasa bagi masyrakatku. Aku tak pandai mengutarakan isi persaanku dengan kalimat merdu, tak pandai menarik simpati dengan kata-kata berharmoni. Tak pandai menghamburkan rayuan pada setiap hawa bahkan isteriku sendiri. Isteriku pernah berkata padaku....hmmm..... "SUAMIKU ADALAH LELAKI BIASA YANG TERAMAT BERSAHAJA, DARI LIDAHNYA TAK PERNAH KELUAR KATA-KATA MADU PENGHIAS DUSTA DAN RAYUAN. SEBAB CINTA TAK PERLU ITU, CINTA HANYA PERLU JIWA UNTUK MERASA, LIDAH UNTUK BERTERUS TERANG, DAN HATI UNTUK MENGERTI. Mesti kau tak pandai bermanis madu dibibirmu, mesti kau dianggap budak norma, takut isteri, bodoh, ndeso, kuper....Sungguh Suamiku, apa yang kurang dalam pandangan mereka adalah lebih dalam pandangan kami,"kebiasaan" dirimu adalah teladan dan tempat kami berbakti...." Air dangau beriak lembut dipermainkan angin.Tubuh yang tercitra dipermukaannya terkadang memudar.... Aku! datang dari kebiasaan yang paling biasa diantara yang biasa-biasa saja. Aku! lelaki biasa yang berbahagia dengan segala keterbatasanku sebagai yang hanya biasa.....

Tidak ada komentar: