Rabu, 14 April 2010

SUMBER DAYA IKAN CUCUT (SHARK) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA S

Ikan cucut atau hiu (shark) termasuk dalam sub kelompok (sub grup) Elasmobranchii dari kelompok (grup) ikan Cartilaginous. Saat ini tercatat sedikitnya 370 species ikan cucut di dunia, sebanyak 84 spesies telah dikenali di Indonesia. Pada umumnya ikan cucut bersifat predator. Adapun habitatnya bervariasi dari perairan dekat pantai (inshore) hingga palung dalam (trench).

Umumnya ikan cucut berbiak dengan cara melahirkan (vivipar) dan bersifat antara lain fekunditas rendah, dewasa pada umur yang relatif tua, masa mengandung yang lama dan berumur panjang (mampu mencapai 45-50 tahun). Dari segi perikanan, ikan cucut merupakan salah satu komoditas bernilai ekonomis tinggi terutama siripnya sehingga banyak nelayan yang sengaja menangkap cucut untuk diambil siripnya, sedangkan bagian tubuh lainnya dibuang ke laut.

Dibandingkan dengan jenis perikanan lainnya, perikanan cucut di Indonesia termasuk yang paling sedikit informasinya. Beberapa pakar mengestimasi potensi cucut mako (Isurus paucus) sekitar 16.202 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan sekitar 52,6 %. Sedangkan jenis cucut lainnya belum diketahui statusnya. Jenis ikan cucut hasil penelitian Balai Riset Perikanan Laut tahun 1999-2000 di Samudera Hindia teridentifikasi sebanyak 43 spesies. Jenis ikan cucut yang dominan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Tanjung Luar adalah : Carcharhinus hemiodon, Prionace glauca, C.amboinensis, C. longimanus, Sphyrna lewini. Jenis ikan cucut yang dominan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Cilacap adalah: Alopias pelagicus, Carcharhinus falciformis, Alopias superciliosus, Prionace glauca, Alopias vulpinus.

Dari segi pemanfaatannya ikan cucut di Samudera Hindia umumnya tertangkap sebagai tangkapan samping tuna long line dan drift gillnet. Selain itu ikan cucut juga ditangkap secara khusus dengan shark drift long line oleh nelayan Tanjung Luar (Lombok). Produksi ikan cucut yang berasal dari Samudera Hindia selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dipengaruhi antara lain oleh angin muson yang selanjutnya mempengaruhi kemampuan akifitas operasi armada penangkapan. Di Tanjung luar dan Cilacap menunjukkan gejala yang relatif sama bahwa ikan cucut tertangkap sepanjang tahun, namun puncak produksinya terjadi antara bulan Juli dan Agustus.

Semakin intensifnya penangkapan ikan cucut menyebabkan ikan cucut rentan terhadap jumlah populasinya di perairan Indonesia sehingga haruslah menjadi pemikiran bagi semua pihak (Departemen Kelautan dan Perikanan serta pengusaha) untuk menyusun suatu pengelolaan yang tepat melalui Nasional Plan of Action (NPOA) untuk kelestarian spesies cucut sehingga tidak mengalami kemusnahan karena tekanan penangkapan. Hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap International Plan of Action (IPOA) untuk konservasi beberapa jenis ikan cucut yang telah disusun oleh FAO.

Disarikan dari Balai Riset Perikanan Tangkap - BRKP

Tidak ada komentar: